Terkait wabah Corona yang sedang melanda tanah air saat ini, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan kepada semua lembaga perbankan dan leasing untuk memberikan keringanan dan penangguhan pembayaran kredit hingga satu tahun terhadap nasabah yang terdampak virus Corona. Maka lembaga perbankan milik BUMN khususnya, telah menyambut instruksi tersebut, dengan mekanisme dan prosedur masing-masing, dengan syarat dan ketentuan tersendiri.

Beda dengan Fintech, sebagai lembaga keuangan non perbankan, tampaknya lembaga ini tidak terpengaruh dengan instruksi tersebut. Artinya, soal penagihan dan pembayaran kredit dari nasabah, lembaga Pinjaman Online ini tetap berjalan seperti biasa.

Berikut adalah hal-hal yang dilakukan Fintech terhadap nasabah di saat wabah Corona:


1. Tetap Menagih Seperti Biasa

Awalnya Ane begitu senang membaca sebuah email yang dikirim oleh sebuah lembaga kredit. Isinya bicara tentang dampak virus Corona dan upaya pencegahannya. Ane menduga mereka akan memberikan keringanan atau dispensasi pembayaran.

Eh ujung-ujungnya diperingatkan dan ditagih juga cicilan pembayarannya yang akan jatuh tempo satu minggu lagi. "Tetap jaga kesehatan ya, agar tetap bisa bayar tepat waktu" begitu makna yang dapat Ane tangkap dari email tersebut.


2. Tidak Lagi Memberikan Pinjaman



Mungkin sebagai langkah antisipasi kredit macet dan bagian dari manajemen risiko, sebagian Fintech tidak lagi memberikan pinjaman untuk sementara waktu, entah sampai kapan, yang mungkin melihat perkembangan kasus Corona di tanah air. Jika sudah aman, baru mereka beroperasi kembali.

Meski demikian, mereka tidak menutup akun atau aplikasi. Aplikasi masih bisa diakses untuk melakukan pembayaran atau melihat masa jatuh tempo, riwayat peminjaman, promo, dan sebagainya.

Namun ketika akan meminjam, ada notifikasi bahwa sistem sedang Main Tenis, Aplikasi Ditolak Karena Melanggar Kebijakan Platfom, dan sebagainya, yang intinya menolak pinjaman secara halus. Padahal nasabah tak pernah menunggak pembayaran atau melanggar kebijakan yang ditetapkan.


3. Mengurangi Limit Kredit

Pada dasarnya jika pembayaran kredit lancar, maka limit kredit akan bertambah, minimal tetap seperti sebelumnya. Namun ada sebagian Fintech yang mengurangi limit kredit, yang mungkin sebagai antisipasi risiko kredit macet saat wabah Corona ini.


4. Memberikan Perpanjangan Masa Kredit

Barangkali hanya ini solusi yang diberikan sebagian kecil Fintech atau lembaga kredit lainnya terhadap nasabah untuk pinjamannya. Mereka memberikan perpanjangan masa kredit, dengan pembayaran yang lebih ringan, namun tetap ditagih.

Misalnya, nasabah punya pinjaman dengan masa kredit 6 bulan dengan cicilan Rp.500 ribu per bulan. Maka masa kredit diperpanjang menjadi 12 bulan dengan cicilan Rp.300 ribu per bulan.

Dengan demikian, cicilan menjadi ringan, namun masa kredit makin lama, dan bunganya juga bertambah.


5. Memberikan Asuransi Kesehatan

Sebagian Fintech juga ada yang memberikan asuransi kesehatan Proteksi Aman. Jika nasabah sakit, maka semua biaya kesehatan akan diganti oleh pihak asuransi, dengan melakukan klaim disertai bukti-bukti pengeluaran selama berobat.

Uang asuransi itu akan dipotong dengan jumlah cicilan, dan selebihnya dikembalikan kepada nasabah. Namun nasabah harus lapor dulu saat akan jatuh tempo jika sedang sakit, sehingga tidak terkena denda keterlambatan pembayaran.

Tentunya asuransi ini sudah disepakati saat akan transaksi peminjaman. Jadi bukan diberikan saat nasabah mengalami sakit.

Adapun alasan Fintech tidak memberikan keringanan pembayaran kredit adalah Fintech hanyalah sebagai lembaga yang mempertemukan antara Debitur dan Kreditur. Jadi, uang yang dipinjamkan itu adalah milik pihak ketiga, maka Fintech tidak berwenang mengambil kebijakan tanpa persetujuan semua debitur.(*)
***
Referensi: Pengalaman pribadi, Ref 1, dan Ref 2.