Quote:
Original Posted By hannepin►
harusnya adik-adik formil yang manis paham kenapa dulu bisa beli dan sekarang tidak.
ingat yang namanya persentase pertumbuhan/ perkembangan ekonomi? yang ditahan 5% mati-matian oleh mentri ekonomi kita? nah itu korelasinya dengan neraca perdagangan dan juga tentunya nilai tukar rupiah terhadap dollar. karena belanja negara terutama segi konsumsi tergantung dari dollar.
nah di era SBY dollar begitu murah, karena itu seperti negara surplus, padahal ini hanyalah keadaan yang sementara saja. situasi global yang demikian enak, bukannya untuk investasi dan membangun ekonomi justru dinikmati begitu saja dan digunakan untuk padat belanja. akhirnya neraca pembayarannya defisit parah ketika dollar kembali ke titik awal dan kemudian diwariskan kepada pemerintahan setelahnya dalam kondisi carut-marut. dalam keadaan ekonomi yang demikian, 4 tahun yang lalu jangankan belanja militer, ekonomi gak kena kolaps saja sudah bagus.
di bawah ada neraca perdagangan
korelasinya dengan harga tukar terhadap dollar
titik ketemunya di 2012. dollar kembali menguat karena faktor pelemahan eksternalnya sudah selesai maka mulailah ketahuan bahwa perasaan bahwa ekonomi kita yang tampak tokcer 5 tahun sebelumnya hanya terbuai oleh dollar murah dan nyatanya tanpa investasi ataupun arah pembangunan yang konkrit maka sama sekali tidak siap menghadapi kembalinya dollar pada value nya yang semula. lalu mulailah defisit demi defisit dan turunnya rating investasi yang menyebabkan spiral penurunan ekonomi.
bicara ekonomi yang seperti di atas pada tahun 2014-2015 masih ada yang mau bicara belanja militer? coba dipikir dulu yang sehat. memangnya situ kalau nyaris pailit lalu kredit card sudah banyak nunggak lalu mau mengajukan kredit mobil mewah begitu?
karena itu bagi ane ataupun orang lain yang melek ekonomi, yang dibicarakan oleh adik-adik manis di formil ini dalam hal pembelian alutsista begitu
jauh dari kenyataan ataupun kewarasan/ akal sehat secara ekonomi. ketika sedang mati-matian nahan rating ekonomi agar bisa survive, lah ini malah ribut mau belanja macam-macam.
Trus kenapa rezim ini trus berhutang luar negeri yang besar dengan membangun infratruktur? Kenapa tidak berhemat atau mengalihkan utang luar negeri ke sektor2 yang produktif secara jangka pendek?
Oiya, jangan lupa tahun 2008 dan seterusnya SBY harus menghadapi krisis global tapi masih sempat2 nya beli alutsista mahal2 di periode kedua pemerintahannya.