Kaskus

Automotive

deni.kaAvatar border
TS
deni.ka
Dulu Sempat Menggemparkan Dunia Perbusan, Mengapa STJ Sekarang Meredup ?

Sudiro Tungga Jaya (STJ), merupakan perusahaan otobus yang sempat menggemparkan dunia perbusan Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Bus ini berasal dari tempat kelahiran TS, yakni Magetan, lebih tepatnya bus STJ berasal dari kecamatan Maospati, Lokasinya berbatasan dengan Madiun. Untuk sekarang, garasinya persis di depan Lanud Iswahyudi.

Bagi Agan dan Sista yang berasal dari Jawa Tengah atau Jawa Timur yang sekarang merantau di Jabodetabek, dan setiap pulang kampung naik bus, pastinya pernah mendengar kiprah bus tersebut. Dalam kesempatan ini, TS akan membahas mengapa bus ini sekarang mulai meredup dan banyak trayeknya tutup ?

STJ sendiri memulai kiprahnya di segmen bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) pada 2017, rute pertama yang dibuka Plaosan - Magetan -Solo Jakarta serta Madiun - Maospati - Solo - Jakarta. Bus ini langsung sukses menarik perhatian karena menawarkan kecepatan dan bisa sampai tujuan sebelum matahari terbit. Salah satu faktor bus STJ dulu naik daun karena banyak diliput oleh Youtuber dan Bismania.

Kecepatan bus ini memang tergolong cepat Gan Sist pada masanya, dapat julukan speedo mentokoleh para penggemarnya (mania) karena bus dipacu sampai batas kecepatan tertinggi.

Dulu Sempat Menggemparkan Dunia Perbusan, Mengapa STJ Sekarang Meredup ?

Salah satu unit premium STJ, Mercedes 2542. Ilustrasi oleh TS. Foto: dokumentasi pribadi


Singkat cerita, STJ melakukan ekspansi dengan membuka banyak rute. Mulai dari Pacitan, Ponorogo, Bojonegoro dengan tujuan Jakarta. Bus STJ juga cukup membuka rute lain di Jawa Tengah seperti rute Wonogiri - Jakarta, Purwodadi - Jakarta, Tayu - Pati - Kudus - Jakarta. Serta yang berani juga membuka rute Jogja - Jakarta dan Jakarta - Surabaya - Madura.

Di masa pandemi, STJ juga sempat membuka rute Wonosobo - Jakarta dan Pekalongan - Jakarta, namun rute ini tak bertahan lama. Pada masanya, STJ juga diisi bus dengan armada premium seperti Mercedes 1836, Mercedes 2542, Scania K410ib dan Scania K360ib. STJ juga menerapkan pelyanan memakai pramugari khusus untuk armada premium.

Bus ini menjadi pelopor bus AKAP tujuan Jakarta yang melewati jalur pegunungan Cemoro Sewu - Tawangmangu. Tidak banyak bus rute Jakarta yang lewat jalur tersebut. Ada bus Haryanto, tapi cuma sampai Tawangmangu. Tidak sampai turun ke wilayah Plaosan dan Magetan.

Dulu Sempat Menggemparkan Dunia Perbusan, Mengapa STJ Sekarang Meredup ?

Salah satu unit premuim STJ, Scania K410ib. Foto: dokumentasi pribadi


Setelah 7 tahun kiprahnya melayani rute bus menuju Jakarta, perlahan pamor STJ malah semakin meredup. Kabar terbaru, beberapa unit Scania K410ib (bus 6x2/tronton) sudah banyak yang dijual ke perusahaan bus lain.

Rutenya pun kini banyak yang ditutup, rute terakhir yang tutup adalah Wonogiri - Jakarta. Rute yang tersisa adalah Ponorogo - Madiun - Magetan - Jabodetabek. Menurut informasi yang TS dapat, kini manajemen fokus ke bus pariwisatanya, yakni Agam Tungga Jaya. Berikut ini adalah beberapa penyebab kenapa STJ sekarang meredup:

1. Memaksa beli bus premium


Ini kesalahan terbesar STJ menurut ane. Sebagai bus yang baru terjun di rute Jakartaan, harusnya tidak memaksa beli bus premium seperti Mercedes 1836, Scania K360 atau K410. Karena perawatan armada premium tidak bisa sembarangan. Selain itu, suku cadangnya baru bisa didapatkan minimal dalam waktu setahun atau bahkan lebih. Sekarang banyak bus premium STJ yang banyak djual, salah satunya karena faktor perawatan yang mahal.


2. Bus sering dipacu pada kecepatan tinggi


Bus mereka terlalu sering dipacu sampai batas maksimal kecepatannya. Sehingga komponen mesin menjadi tidak awet. STJ dulu terapkan sistem putar balik. Misal sampai Jakarta pagi, bus langsung berangkat lagi ke arah timur. Hal ini jika dilakukan terus-terusan tanpa perawatan mesin yang baik, bisa membuat bus cepat rusak. Hal ini sempat terjadi pada Mercedes 1836 milik mereka yang alami masalah mesin, dalam waktu kurang dari setahun setelah bus dipakai jalan rute Jakarta.


3. Membuka terlalu banyak trayek (rute)


Bagi bus yang baru merintis, membuka banyak trayek itu tidak efisien Gan Sist. Bukannya untung malah buntung. Untuk STJ, waktu itu seharusnya fokus dulu ke rute Jawa Timur seperti Ponorogo - Madiun - Magetan - Ngawi dulu. Tapi, mereka malah ekspansi ke rute Kudus - Pati - Jakarta. Di mana warga di wilayah itu fanatik pada bus asli daerahnya, maka susah buat STJ bersaing di rute itu.

Buka rute Jakarta - Madura juga bukan hal tepat, jalur ini banyak diisi pemain lama seperti Haryanto, Lorena dan Pahala Kencana. Hal serupa juga terjadi di rute Jakarta - Jogja. Rute ini memang ladang cuan, tapi persaingannya mengerikan.


4. Sistem pramugari yang buru-buru


Sekitar tahun 2019 sampai 2021 kalau TS tak salah ingat, bus STJ ini menghadirkan sosok pramugari khusus untuk bus premium. Tapi, menurut ane ini bukan hal tepat juga. Karena dalam satu bus jadi terlalu banyak krunya. Komposisinya jadi ada dua driver, satu kernet dan satu pramugari.

Hal ini berbeda dengan Rosalia Indah yang tetap menerapkan sistem dua driver dan satu pramugari. Empat kru dalam satu bus itu menurut ane terlalu banyak Gan Sist, otomatis pengeluaran untuk menggaji kru juga bertambah. Bus di Pulau Jawa rata-rata cuma ada 3 kru, Sinar Jaya sekarang ini malah cuma ada 2 driver tanpa kernet.

Bagi bus baru, sistem pramugari ini kurang cocok. Tujuannya memang baik, untuk menarik minat penumpang. Tapi, perlu diingat, kalau pakai pramugari; perawatan busnya harus benar-benar dilakukan dengan baik. Jangan sampai terjadi kendala di jalan. Jika terjadi, bisa merusak citra bus itu sendiri.


5. Manajemen belum siap


Sempat membuka banyak rute di berbagai daerah, manajemen STJ sendiri bisa dibilang belum siap. Ini berkaitan dengan poin nomor tiga tadi Gan Sist. Dengan banyak rute, berarti harus siapkan bus lebih banyak, hal ini yang tidak terjadi waktu itu. Setiap membuka rute baru harusnya dilakukan survei ke lapangan, apakah rute ini benar-benar potensial atau tidak ? Jika tidak, seharusnya jangan buru-buru buka trayek baru.

Menurut opini ane, STJ yang dulu itu buka trayek baru hanya sekadar untuk bisa viral di kalangan bismania saja dan mendapat popularitas (cmiiw). Kalau mereka serius melayani penumpang, rute yang dibuka dulu pasti banyak yang masih eksis.

Dulu STJ punya banyak trayek, tapi tidak diimbangi dengan jumlah armada yang banyak. Sehingga terkadang bus yang waktunya perawatan, malah masih harus bekerja. Dalam hal ini manajemen harusnya mempertimbangkan bagaimana perawatan busnya serta berapa banyak bus yang dibutuhkan untuk membuka rute baru.

Dulu Sempat Menggemparkan Dunia Perbusan, Mengapa STJ Sekarang Meredup ?

Saat ini STJ fokus di rute jarak dekat Magetan - Surabaya dan Ngawi - Surabaya. Foto: dokumentasi pribadi


Saat ini dengan menutup sebagian besar trayek ke arah Jakarta, STJ mulai fokus melayani rute bus Patas via tol dengan tujuan Magetan - Surabaya dan Ngawi - Surabaya. Mereka cukup sukses di rute jarak dekat ini. Untuk rute Jakarta yang terisa adalah Ponorogo - Madiun - Magetan - Jakarta.

Harapan TS, manajemen STJ bisa berbenah menjadi lebih baik lagi kedepannya. Lebih baik punya sedikit trayek dengan konsisten memberi pelayanan yang terbaik dari pada punya banyak trayek tapi tidak bisa memberi pelayanan maksimal.

Nah, itu sedikit cerita dari dunia perbusan kali ini. Apakah Agan dan Sista pernah naik bus STJ ? Silakan nanti tuliskan pengalaman kalian dengan berkomentar di bawah, sampai jumpa emoticon-Cendol (S)




Sumber Tulisan: opini dan pemikiran pribadi
Ilustrasi: dokumentasi pribadi
vegamioAvatar border
jlampAvatar border
alfidatamaAvatar border
alfidatama dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.2K
25
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan