Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
[Cerpen #17] Harga Jantung [Kompetisi KGPT]


Langit benar-benar tampak indah hari ini.

Baya terus membatinkan kalimat itu dalam pikirannya. Langit yang biru, awan yang putih kapas, semua pemandangan biasa itu mendadak menjadi begitu indah beberapa hari ini. Tanpa sadar Baya mengangkat tangannya tinggi, mencoba meraih langit yang jauh di luar jangkauannya.

Baya bertanya-tanya, apakah dia bisa terbang ke sana? Langit itu terlihat amat nyaman dan bebas. Berbeda jauh dengan pagar besi yang mengelilinginya di atap rumah sakit.

Mungkin … tak lama lagi.

“Kau di sini rupanya.”

Baya menoleh. Dokter Reza berjalan ke arahnya dengan sekotak cemilan di satu tangan.

“Kau suka donat? Aku punya banyak,” tawarnya sembari duduk di sebelah Baya. Baya menatap kotak donat itu sambil ragu-ragu.

“Apa aku boleh makan ini sebelum oprasi?” tanyanya dengan suara bergetar.

“Memang apa bedanya? Jangan buat dirimu lebih menderita dari yang sudah ada,” jawab Dokter Reza sembari tersenyum pahit. Dia memasukkan donat ke mulutnya untuk mengusir kepahitan itu. Baya pun ikut mengambil satu dan memakannya dengan gigitan kecil.

“Langit benar-benar tampak indah hari ini,” Dokter Reza bergumam. “Cuma di saat-saat macam ini saja kau bisa menyadari keindahannya.”

Baya diam saja dan terus makan donat.

“Hidup memang singkat dan itulah yang membuatnya indah. Hal-hal yang indah memang cuma bertahan sebentar. Harta, tahta, semua itu malah jadi tak menarik saat kita dekat dengan kematian.”

“Dok, tak perlu menghiburku.”

Dokter Reza tersenyum kecut. Dia menunduk, tak berani memandang Baya.

“Aku masih tak setuju dengan semua ini,” ucapnya pahit.

“Tak apa. Aku ikhlas. Justru karna ini aku jadi sadar dunia ternyata seindah ini.”

“Makanya, kau harus hidup.”

“… Atasanmu akan marah kalau kau berkata begitu.”

Baya menghembuskan napas panjang, napas kehidupan yang selama ini tak pernah dia rasakan. Mengapa butuh selama ini sampai dia sadar bahwa setiap tarikan napas dan setiap detak jantung adalah anugrah? Semua itu ada padanya, tapi dia tak pernah peduli. Dia hanya sadar saat sudah sangat terlambat.

Besok Baya akan menemui akhir hidupnya. Dia tidak meninggal karena penyakit atau kecelakaan. Besok, jantungnya akan diambil dan diberikan pada orang lain.

Ada seorang anak jenius yang telah memberikan kontribusi besar bagi negara ini dengan penemuan-penemuannya. Bakat anak itu dianggap amat langka, mungkin hanya sekali dalam seratus tahun. Sudah jelas bahwa anak itu akan mengukir namanya dalam sejarah, bersanding dengan nama-nama besar seperti Einstein dan Hawking.

Namun sayangnya, anak itu ternyata punya jantung yang tidak sehat. Dia tak akan hidup lama jika tidak mendapat donor. Malangnya lagi, sangat sulit untuk mendapat donor yang cocok untuknya. Tubuhnya menunjukkan tanda komplikasi yang kuat.

Akhirnya pemerintah pun mencari donor ke seluruh penjuru negeri dan satu-satunya orang dengan kecocokan lebih dari 90 persen hanyalah Baya. Baya hanyalah remaja 16 tahun biasa dengan kecerdasan rendah dan tak menunjukkan bakat apa pun. Sudah jelas mana yang perlu diprioritaskan.

Pemerintah membuat tawaran dan orangtua Baya menyetujui tawaran tersebut. Baya tak banyak berkata-kata, dia tahu bahwa dunia tidak membutuhkannya. Dunia ini lebih membutuhkan si anak jenius dengan potensi masa depan yang cerah.

“Hidup memang kadang tak adil, betul?” tanya Dokter Reza.

“Aku tak paham maksudmu, Dok. Keluargaku itu miskin, aku punya empat adik yang masih harus bersekolah. Adik-adikku pintar. Asal kami punya uang mereka pasti punya masa depan cerah. Apalah artinya satu nyawa kalau dibandingkan dengan empat … lima nyawa?”

Dokter Reza menggeleng.

“Aku selalu menyelamatkan pasienku tak peduli siapa. Menurutku, semua nyawa itu setara. Nyawa tak seharusnya dibeli dengan uang.”

Baya menyentuh dada kirinya. Dia bisa merasakan detakan jantung melalui getaran di kulitnya. Jantung itu … jantung yang bersamanya sejak lahir, miliknya.

“Kau terlalu baik, Dok. Kalaupun aku hidup mungkin aku cuma akan jadi orang biasa tanpa kontribusi apa-apa. Setelah itu aku akan mati. Tak ada yang spesial. Kalau anak jenius itu hidup dia mungkin bisa menyelamatkan jutaan orang di masa depan. Terima sajalah, tidak semua nyawa itu setara.”

Baya mencengkram dadanya lebih erat lagi. Tiba-tiba saja tetesan hujan turun membasahi tangannya … bukan, bukan hujan. Itu adalah air matanya sendiri.

“Kenapa?” dia bertanya dalam kesedihan, “Kenapa aku? Kenapa jantung lain tak bisa?”

Pertanyaan itu membuat Dokter Reza tertegun cukup lama. Setelah hening yang menyakitkan dia mengangkat jari telunjuknya dan menekan dada kiri Baya dengan lembut.

“Jantung memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Tanpa jantung yang sehat, tubuh kita bisa mengalami berbagai macam penyakit fatal. Jantung sangatlah spesial. Jantunglah yang memberi makan ke seluruh tubuh dan karena itulah dia berharga. Sesuatu yang berharga tak mungkin ditemukan dengan mudah. Mungkin … mungkin kalian memang sudah ditakdirkan satu sama lain.”

Waktu terus berjalan. Kurang dari 24 jam lagi Baya tak akan ada untuk melihat langit biru. Sejujurnya dia takut, dia ingin sembunyi, tapi dia tahu mana yang benar-benar harus dilakukan.

Dia percaya bahwa nyawa setiap manusia tidaklah setara. Sejak lulus Smp dia tidak mendaftar ke Sma walau orangtuanya punya biaya untuk itu. Baya memilih ikut bekerja agar adik tertuanya bisa masuk Sma favorit. Dia bangga pada adiknya dan itu cukup untuk mengubur kesedihannya.

Jika mereka diperlakukan sama maka tak ada di antara mereka yang akan jadi apa-apa, tapi jika satu rela berkorban maka yang lain bisa hidup lebih baik. Seperti itulah hidup, itulah yang Baya yakini. Dia yakin hidupnya tidak dimaksudkan untuk bahagia, tetapi dia sanggup membuat orang lain bahagia.

Untuk keluarganya, untuk masyarakat, untuk dunia. Satu jantung yang Baya punya kini memiliki arti yang amat besar. Seumur hidup dia tak pernah merasa begitu spesial. Mungkin inilah arti hidupnya. Singkat, tapi menyala paling indah layaknya kembang api.

“Aku tak akan lari, Dok. Inilah yang terbaik. Aku takut, tapi aku senang. Meski hanya beberapa hari, tapi aku merasa sangat hidup sejak tahu kalau aku akan mati. Mungkin aku tak akan pernah merasa seperti ini lagi. Jadi, tolong, jangan menangis. Biarlah aku mati di saat aku merasa sangat hidup.”

Mendengar itu Dokter Reza mengusap air matanya. Dia tak pernah menyangka pengetahuan yang selama ini dia pelajari untuk menyelamatkan orang-orang besok akan digunakan untuk mengakhiri nyawa orang lain. Yang lebih parah lagi dia malah membangun kedekatan emosional dengan Baya. Tidak boleh, seorang dokter tak boleh emosional.

“Kau sangat dewasa untuk umurmu. Kau akan hidup, Baya. Jantungmu akan terus berdetak dan menjadi tiang penyokong dunia ini. Aku janjikan hal itu padamu.”

Dengan penuh kasih dia mengusap kepala Baya. Dia memilih bersikap egois dan membiarkan emosi menguasainya. Bukan sebagai dokter melainkan sebagai seorang manusia biasa. Dia masih tidak setuju, tapi dia juga menghormati apa yang telah Baya pilih. Jika itu adalah keinginannya maka dia akan melakukan yang terbaik untuk mewujudkan keinginan itu.

“Makasih, Dok. Aku berhutang banyak padamu.”

“Ya …. Di kehidupan berikutnya, hiduplah lebih lama. Lihatlah langit itu. Tak peduli berapa lama waktu berlalu itu akan tetap jadi langit yang sama dengan yang kau lihat hari ini. Lain kali, di kehidupan lain, pastikan kau meraihnya.”

***


10 tahun kemudian ….

Dokter Reza mengunyah donat di tangannya dalam satu gigitan besar. Meski demikian dia tak terlalu memperhatikan makanannya, matanya sibuk membaca artikel berita tentang penghargaan nobel atas penemuan yang menggemparkan dunia.

Dia masih tak percaya kalau sepuluh tahun telah berlalu sejak dia melakukan operasi transplantasi jantung ke anak itu. Anak yang hampir mati sepuluh tahun lalu kini menciptakan sesuatu yang akan menyelamatkan nyawa jutaan manusia. Mau tak mau Dokter Reza merasa bangga akan hal itu.

“Sepuluh tahun … sudah lama sekali.”

Mendadak saja sebuah bola plastik menghantam belakang kepalanya. Tidak sakit, tapi cukup untuk membuat wajahnya menghantam donat yang dia pegang.

“Maaf Dok. Maaaafffff.”

Seorang anak kecil berlari ke arahnya, wajahnya panik dengan mulut terbuka lebar, mungkin meminta maaf.

“Kalau nendang bola itu jangan keras-keras. Kalau jatuh keluar terus kena kepala pasien gimana?”

“Maaf, Dok.”

Anak itu menunduk menyesal, tetapi Dokter Reza hanya tersenyum sembari mengusap krim coklat dari wajahnya.

“Kau mau donat?” tawarnya kemudian. Wajah anak itu seketika berubah cerah.

“Dokter sedang apa di sini?” tanya anak itu saat dia sudah duduk nyaman di bangku atap rumah sakit.

“Istirahat. Langitnya cerah hari ini.”

“Dokter suka langit?”

“Suka? Hmm … ya, aku suka.”

“Kalau aku suka banget,” anak itu berseru gembira. “Kemarin aku naik pesawat dengan ayah dan langit itu luuuuuuuaaaassss sekali. Di atas sama semuanya biru. Sangat luas dan bebas. Sudah kuputuskan, aku akan jadi pilot.”

“Wow, itu cita-cita yang bagus, Nak. Tapi memangnya kau tidak takut? Langit itu tinggi sekali lo.”

“Aku takut,” jawabnya jujur, “tapi aku senang. Aku merasa sangat hidup.”

Mendengar itu membuat Reza menoleh pelan sekali seolah beban pikiran seberat ribuan ton baru saja dijatuhkan ke kepalnya. Dia menatap anak itu dalam keheningan, pikiran-pikiran terus berseliweran dalam kepalnya.

“Hei Nak … siapa namamu?” tanyanya kemudian, setengah takut untuk mendengar jawabannya.

“Aku? Namaku Baya. Ayahku bilang itu diambil dari Bayu si Dewa Angin. Seperti angin, aku akan terbang dengan bebas di langit yang luas. Nama yang bagus kan?”

Seolah kehilangan seluruh tenaga, Reza menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Mulutnya menganga, matanya sibuk memandang segala arah sampai akhirnya terfokus pada langit biru luas yang sangat jauh di atasnya. Dia tertawa kecil, lalu tersenyum lebar berlinang air mata.

“Oh Tuhan …. Langit benar-benar tampak indah hari ini.”

--END--

Diubah oleh ih.sul 10-08-2023 01:59
pulaukapok
indrag057
arshadaslam6433
arshadaslam6433 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.1K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan