cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Tipe-tipe Tetangga dan Cara Menghadapinya


Penulis:        Susi Retno Utami
Editor:         Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Mau bertempat tinggal di kota, atau juga di desa, pasti kita akan selalu hidup berdampingan dengan orang lain alias bertetangga. Ya, bahkan meskipun memilih tinggal di tengah hutan atau tempat lain yang minim manusia pun, kita akan tetap bertetangga. Bedanya, yang jadi tetangga kita ya bukan manusia, tapi yang lain-lainnya, hehehe.

Tapi kalau ngomongin perihal tetangga, dari kecil aku diajarin untuk selalu berbuat dan bersikap baik sama tetangga. Siapapun orangnya, tetangga itu adalah orang-orang yang paling dekat dan paling sering ditemui. Kalau ada apa-apa, kita akan lebih mudah untuk langsung menghubungi tetangga. Semisal kita lagi kerepotan dalam suatu hal, meminta bantuan tetangga adalah jalan ninja. Apalagi kalau tinggalnya di pedesaan, yang notabene situasi gotong royong dan kebersamaan itu masih dengan sebegitunya dilestarikan.

Maka enggak heran, kalau aku selalu diajak untuk terbiasa berbuat baik sama tetangga. Karena biarpun punya lini saudara yang banyak, tapi kalau tempat tinggalnya udah beda kompleks bahkan beda pulau mah, mau gimanapun tetep akhirnya ke tetangga lagi dan lagi.

Aku senantiasa mencoba menurut untuk selalu baik sama tetangga. Tapi masalahnya, beberapa tahun ke belakang, aku ngerasa sulit buat selalu ramah sama beberapa orang tetanggaku. Pasalnya, enggak semua dari mereka bikin aku respect untuk bersikap baik. Namanya juga manusia kan ya, wajar aja kalau ada sisi-sisi yang bikin orang lain enggak nyaman. Aku menyadari hal itu dengan benar. Sebab aku juga kadang sering egois, dan besar kemungkinan ada orang-orang yang juga enggak nyaman dengan sikapku itu.

Nah, oleh sebab aku juga menyadari kekurangan dalam diri, maka mau gimana pun tetanggaku bikin ulah, selama itu masih dalam batas yang bisa dimaklumi, aku akan berusaha untuk meminimalkan luapan emosi dengan tetap berbuat baik kepada mereka.

Caranya gimana?

Ok, tenang. Sebentar lagi kita akan menyimaknya. Tapi sebelum itu, aku mau kasih tahu dulu, kalau cara-cara yang akan kusampaikan nanti akan beriringan pula dengan ragam tipe tetangga yang aku temui di lingkungan tempat tinggalku.

Jadi, bisa aja bakal related, tapi juga bisa beda jauh. Intinya mah ini berdasar pengalamanku, kalau kamu misal nanti punya tambahan tipe tetangga dan cara menghadapinya, bisa kok spill juga di kolom komentar, ok?

Daaan, tidak basa-basi lagi, mari meluncur sekarang juga.

1. Suka Berbagi Makanan
Kalau punya tipe tetangga kayak begini, siapa sih yang enggak suka? Tentu saja suka sekali dong, wkwk. Ya gimana enggak suka, wong tipe tetanggaku yang pertama ini, setiap bikin masakan yang berlebih atau juga bikin cemilan selalu enggak kelupaan buat ngasih ke rumahku.

Untuk menghadapi tetangga semacam ini mah enggak perlu pusing-pusing kan ya. Yang pasti selalu berterima kasih dan tidak lupa kalau di rumah lagi bikin makanan yang sekiranya bisa dibagi, ya gantian aja ambil beberapa, lalu ketuk pintu tetangga dan kasih makanannya.

Intinya, jangan pelit. Apalagi kalau memang lagi kondisi berlebih. Dan enggak cuma saling berbagi makanan aja. Misalkan aku sama orang rumah lagi enggak bisa gantian kasih makanan, ya bisalah kasih yang lain. Bisa berupa bantuan apapun yang bermanfaat.

2. Super Peka Membantu
Kalau di rumah lagi ada acara yang bikin aktivitas jadi super repot, si tetanggaku ini selalu siap sedia buat meringankan kesibukanku. Enggak perlu dikode atau sengaja dimintai bantuan pun, kalau dia longgar, ya ayo-ayo aja buat bantu-bantu.

Kadang suka enggak enak juga sih, tapi karena emang hubungan pertetanggaan di antara kami sudah bisa dikatakan erat, ya jadilah bantu membantu adalah sesuatu yang lumrah. Dan untuk itu, kalau aku lagi longgar dan mampu buat bantu-bantu, ya kalau dia pas repot langsung gasss aja.

Kamu punya tetangga yang super peka kayak gini juga enggak? Kalau punya, ayo dijaga baik-baik ya hubungannya. Di era sekarang ini, susah juga soalnya kalau cari orang yang seikhlas dan setulus itu kalau kasih bantuan.

3. Senang Membicarakan Keburukan Orang Lain
Tipe yang pertama sama yang kedua masih baik-baik ya. Untuk tetap menghadapinya dengan baik juga masih ok, masih sangat bisa untuk diupayakan. Tapi untuk yang ketiga ini, hmm agak sulit rupanya kawan.

Bukannya aku anti buat ngomongin orang, atau sok bener banget sampai enggak mau ngomongin orang. Bukan begitu. Jujur, aku masih suka juga menjadikan orang sebagai topik dalam obrolan. Tapi dengan catatan, yaitu ngomongin orang dengan tanpa merembet pada hal-hal negatif apalagi sampai ngejelek-jelekin orang lain.

Ya, kayak buat apa sih begitu? Enggak ada untungnya kan? Yang ada justru double rugi. Rugi waktu, pun rugi karena nge-gibah yang jelas-jelas itu adalah dosa. Enggak menutup kemungkinan juga, kalau aku kadang larut dalam pergibahan duniawi semacam itu. Namun bukan berarti aku mau terus-terusan begitu. Selain kerugian yang udah kusinggung, ada dampak kurang menyenangkan yang secara langsung kurasain, seperti gelisah dan merasa emosi enggak jelas gitu deh.

Nah, terus gimana dong cara menghadapi tetangga yang suka mengajak buat membicarakan keburukan orang lain?

Simple tapi harus serius dijalankan, yaitu, kalau ketemu ya sapa dan ngobrol seperlunya saja. Enggak perlu lama, tapi juga enggak sebentar banget. Intinya, kalau obrolan dia udah mengarah ke hal yang menurut persepsi kita salah, ya kita mundur secara perlahan aja. Cari alasan yang tepat untuk bisa menghindar, sekaligus tanpa menyakiti si tetangga kita ini.

Bukan tidak menghargai tetangga, tapi kita juga harus paham apa-apa saja yang perlu kita pedulikan, dan apa-apa yang tidak perlu untuk dipedulikan. Masalah udah banyak, jadi jangan nambah masalah dengan mikirin keburukannya orang lain.

okay?

4. Hobi Makan
Orang punya hobi mah wajar ya. Tiap orang kan emang punya kesenangannya masing-masing. Seperti salah satu tetanggaku nih, hobinya makan. Sekilas, nampak enak didengar, alias enggak bermasalah. Tapi ternyata enggak se-sepele itu guys. Hobi makan yang digeluti tetanggaku ini agaknya perlu untuk sedikit diwaspadai.

Kenapa begitu?

Baiklah, mari sini sedikit kujelaskan. Jadi, tetanggaku ini suka bertandang ke rumah-rumah tetangganya, termasuk rumah yang kutinggali. Namanya didatengin sama tetangga, ya pasti wajar dong kalau nawarin minum sama nawarin makan. Setiap ada tamu, itu udah jadi kebiasaan banget di rumah.

Nah, karena seperti yang udah kubilang kalau tetanggaku ini hobinya makan, jadi ya pas ditawarin makan ya enggak ada jaim-jaimnya. Langsung aja dia gas ambil piring, sendok lanjut nasi sama lauk pauk berikut sayurnya.

Awal-awal sih aku sama orang rumah seneng-seneng aja. Soalnya jarang kan ya, orang kalau bertamu terus disuruh makan langsung ambil kayak di rumah sendiri. Jarang banget, kecuali kalau saudara atau kalau enggak ya sosok yang udah klop banget sama kita.

Tapi ya itu, senengnya awal-awal doang. Semakin ke sini, semakin agak ragu buat nawarin tetanggaku yang ini buat makan. Bukannya mau pelit atau gimana. Tapi masalahnya adalah, dia hobi makan. Hobi makan yang dalam artian kalau udah makan itu ya suka kecanduan. Bablas aja gitu, enggak ada abisnya sebelum makanan bener-bener mau abis.

Kalau sedia makanan banyak mah enggak masalah. Toh malah seneng kalau bisa berbagi sama orang lain. Sayangnya kan kadang stok makanan juga enggak selalu banyak. Dan kalau ini tetangga sering berkunjung yang mana di setiap kunjungan selalu makan dengan porsi yang besar ya gimana, nanti tuan rumahnya dong yang malah jadi hobi nahan laper.

Maka untuk menghadapi tetangga yang seperti ini, cara yang bisa diupayakan adalah kalau dia bertandang ya dijamu dengan minuman dan makanan yang secukupnya saja. Jangan semuanya disajikan. Sekali lagi, ini bukan bermaksud pelit. Tapi ini adalah untuk kemaslahatan bersama.

5. Kepo Maksimal
Huh, mari tarik napas dulu sebelum benar membahas tipe tetangga yang kelima ini. Pasalnya, tipe yang ini sedikit menguras emosi tiap kali ketemu.

Selalu dan selalu, setiap bertatap muka pasti ada yang dia tanyain. Enggak masalah sih, kalau pertanyaan masih dalam batas yang wajar. Sayangnya ini tuh enggak. Pertanyaannya tuh udah kayak petugas sensus tahu enggak sih. Tanya udah umur berapalah, udah jadi apa sekarang, udah ada pacar belum, mau nikah kapan, dan seabrek detail pertanyaan yang bagiku cukup menyebalkan.

Kalau tanyanya juga cuma sekali sih aku pasti bakal maklum. Tapi kalau berkali-kali, ya aku jelas kepengin marah dong. Ini orang tujuannya apa sih, manfaatnya dia bertanya berulang kali dengan pertanyaan yang sama itu apa? Apa dia terlalu peduli? Atau ada maksud terselubung? Tuh kan, jadi bikin aku berprasangka buruk.

Kalau dia tahu aku udah punya pacar, dia mau apa? Kalau belum pun, juga mau apa? Mau nyariin? Itu baru satu pertanyaan loh, yang tujuannya enggak jelas. Belum yang lainnya.

Mau kutegur kok ya aku tuh orangnya sulit negur. Mau marah, apalagi. Susahlah kalau di muka umum marah-marah. Apalagi ini tetangga punya usia yang lebih dari aku. Jadi ya gimana, masak kumarahin. Kesannya jadi enggak sopan.

Jadi ya daripada makin sebel karena emosi yang selalu kepancing tiap ketemu, maka cara yang kulakuin buat menghadapi dia adalah dengan usahain bertemu kalau emang udah perlu atau kepepet banget. Enggak maksud buat ngejauh atau mutusin tali silaturahmi, tapi ini adalah keputusan untuk menjaga kesehatan pikiran.

Sekalian juga, usaha untuk minimalin dosa akibat marah-marah sama berprasangka buruk. Kalau udah telanjur ketemu, ya sama kayak di poin ketiga di atas, yaitu ngobrol seperlunya lalu cari alasan dengan penyampaian yang baik untuk menghindar.

6. Sering Pinjam Uang
Sebagai tetangga yang baik, kalau ada tetangga yang membutuhkan bantuan, maka sebisa mungkin ya kita bantulah. Termasuk urusan membantu untuk memberi pinjaman uang. Namun ini bukan pemaksaan juga sih. Bantu membantu itu harus tetap sesuai dengan takaran yang seharusnya. Kalau bisa dan ikhlas, ya bantulah. Tapi kalau emang kepaksa banget enggak bisa, ya urungkan niat dulu.

Apalagi soal uang. Notabene uang susah dicari, jadi masuk dan keluarnya harus dijaga juga. Misal ada lebih dan ada tetangga yang butuh, ya enggak masalah kalau mau minjemin. Sementara kalau lagi minim, ya bilang aja dengan apa adanya kalau di saat itu juga belum bisa bantu. Dan jangan lupa, doain juga biar tetangga yang lagi butuh rupiah itu bisa segera menemui jalan keluar.

Karena bantu doa itu gratis, guys.

Ya kurang lebih begitu, buat menghadapi tetangga yang sering pinjam uang. Nah apalagi kalau ada kata 'sering', sesekali mah nolak enggak apa-apa kalau emang berhalangan buat bantuin. Dan karena udah sering pula, maka ini tetangga sifat dan perangainya kalau bayar utang kan pasti udah ketahuan ya. Perhatikan itu, biar jadi pertimbangan kalau mau minjemin lagi buat ke depannya.

7. Cuek
Yaiii, akhirnya sampai di tipe tetangga yang terakhir nih guys, yaitu cuek. Ada tetanggaku yang begini, kalau ketemu ya cuek aja. Sapa seperlunya, kadang juga enggak nyapa. Bahkan di suatu kesempatan malah kayak enggak kenal gitu. Tak acuh bae. Kadang kesel sih, soalnya udah kenal tapi kok ya kelihatannya enggak kenal gitu. Belum lagi nih ya, aku pernah nyapa duluan, eh enggak digubris dong. Kayak enggak denger aja gitu.

Tapi setelah sekian panjang nulis persoalan tetangga dengan tipe yang beragam ini, aku jadi makin sadar sih, kalau setiap orang memang hidup dengan caranya masing-masing. Termasuk di dalamnya mencakup pula cara bertetangga. Realitanya, mau ramah atau mau cuek, kita enggak akan bisa semena buat menghakimi.

Jadilah kemudian, emosi yang ada kucoba untuk kuusir secara perlahan. Prasangka buruk juga, kusuruh mundur. Biar isi kepala bisa rileks dan termasuki oleh jernihnya pemikiran.

Tetangga cuek mah biarin aja. Yang penting kan kita enggak bikin masalah sama dia. Kalau enggak disapa ya jangan baper. Dan semisal menyapa lebih dulu tapi dikacangin, ya its okno problem. Awalnya sulit sih emang, tapi biasain aja, lama-lama juga jadi enggak kesel kok.


Kesimpulannya, gimanapun tipe tetangga kita, mau enggak mau ya harus kita terima. Sebab ya hidup kita berdampingan, dan yang tinggal di daerah dengan suasana kebersamaan masih dijunjung tinggi, tetap baik kepada tetangga adalah hal yang harus selalu dipelajari sekaligus dipraktikkan.

Disclaimer!
Tulisan ini aku buat dengan tanpa niat yang buruk, seperti menjelekkan keburukan tetangga. Tidak sama sekali. Justru, aku mau berterima kasih kepada para tetangga. Karena seperti apapun kesan yang kalian berikan, kalian adalah inspirasi utama untuk lahirnya tulisan ini, hwehehe. Baiknya mari diambil. Lalu buruknya, sebisa mungkin jangan diadopsi.

Kamu punya tipe tetangga yang lain? Jangan ragu buat berbagi di kolom komentar yaa!

Sampai jumpa,
di lain tulisan.



hansenraynaldhi
bukhorigan
baikl
baikl dan 2 lainnya memberi reputasi
3
995
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan