darmawati040Avatar border
TS
darmawati040 
[True Story] Tertipu Penghuni Air Terjun Tancak
Sumber Gambar


Welcome to My Thread

Hai, hai, penduduk Kaskus, apa kabar semua? Ane harap sehat dan baik-baik saja. Sudah lama sekali ane tidak meramaikan platformtercinta ini. Rasanya rindu juga berinteraksi dengan GanSist. Okay, langsung saja, deh. Kali ini ane akan membagikan cerita bertema horor seperti beberapa bulan lalu. Nah, buat pecinta kisah horor, bolehlah, kepoin thread ane.

Bay the way, kisah ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh empat anak muda yang hendak berwisata di Gunung Pasang Jember.

***Insiden Menuju Air Terjun***

Sebut saja nama mereka Ayu, Rara, Indra, dan A'ang. Dua gadis dan dua laki-laki usia 20 an yang memiliki hobi yang sama, yaitu, mendaki juga berwisata. Kecuali Rara, gadis cantik ini rupanya baru pertama kali berwisata ke tempat yang lokasinya terbilang sulit. Jalan menuju lokasi harus melalui perkebunan kopi dan menanjak.

Pukul 08:15, mereka memulai perjalanan. Sekitar setengah jam memacu sepeda motor, ke empatnya sampai juga di Panti (Nama Daerah). Pukul 08:45, mereka menuju loket.

"Mau ke wisata Bomanya atau ke air terjun tancak?" tanya penjaga loket saat Ayu dan kawan-kawan hendak membayar.

Ayu menoleh ke teman-temannya dengan mimik wajah bertanya. Belum sempat temannya menyahut, Ayu segera menyarankan agar ke air terjun saja.

"Jauh, nggak?" tanya Rara pelan.

"Jauh nggak, Mas? Parkirannya gimana?" Indra menanyai Penjaga loket.

"Lumayan, Mas. Sekitar 4 kiloan. Nanti sampean jalan lurus saja. Terus nanti ada perkampungan setelah wisata Boma. Kalian bisa nitip sepedanya di rumah sebelah yang paling utara." jelas Penjaga loket, panjang lebar.

"Terus, sampai situ kami jalan, ya, Mas?" tanya Ayu lagi.

"Iya, Mbak. Itu nanti ada pabrik kopi, kalian melipir saja ke kanan, terus jalan lurus dah. Masuk kebun kopi."

Sejenak, suasananya hening.

"Gimana, rek? Gas ta?" tanya Ayu sambil menoleh ke teman-temannya.

"Ayok, dah. Coba dulu. Kalau capek, kita balik," sahut Rara.

"Aku, sih okay-okay saja. In sya Allah kuat," ujar Ayu.

"Kalian giamana?" Ayu menoleh ke Indra dan A'ang.

"Ayok, dah. Udah di sini juga. Kalau nggak ke sana, kan, rugi," ujar Indra semangat. A'ang hanya bisa ikut saja tanpa berkomentar.

****

Perjalanan dari loket menuju wisata Boma rupanya cukup jauh. Ditambah harus menuntaskan keinginan untuk melihat indahnya Air Terjun Tancak. Mereka sudah pasti akan melalui perjalanan yang tidak mudah. Namun, meski demikian, sebagai anak muda, sudah pasti menikmatinya sambil bercanda ria.

Setelah jauh berjalan, dan melewati Boma, akhirnya akan memasuki area hutan sebagaimana yang diarahkan oleh penjaga loket tadi. Dari pabrik kopi, tampak sebuah sawung tempat istirahat. Ayu menganggap itu sebagai pos 1. Di sawung itu mereka istirahat sejenak karena Rara sudah mulai capek. Di sekitarnya terlihat bekas-bekas pembuatan api unggun.

"Loh, slayer aku mana, ya?" kata A'ang sambil melihat ke belakang.

"Tadi, kan, kamu gantung di pinggangmu, Ang," sahut Rara.

"Iya, tapi ini nggak ada, Ra."

"Ya udah, sih. Slayer doang, nanti pas balik mungkin ketemu di jalan," ujar Indra dengan nada bercanda.

Tanpa basa-basi dan mendengarkan teman-temannya, A'ang balik sendirian untuk mencari slayer tersebut. Namun sayang, setelah mencarinya, A'ang kembali dengan tangan kosong dan membiarkan teman-temannya menunggu. Beberapa saat Rara dan A'ang ceksok. Namun berhasil dilerai oleh Indra dan juga Ayu.


Setelah semuanya tenang, mereka melanjutkan perjalanan. Padahal, bekal yang mereka bawa hanya ada 4 botol air putih dengan berat 330 ml. Mereka benar-benar nekat dan tidak memperhitungkan situasi dan keadaan. Ya, anak muda memang seringkali melakukan hal seperti itu, bukan?

Rara jalan bergandengan dengan Ayu. Indra dan A'ang ikut dari belakang. Jalur yang dilewati cukup menanjak dan becek. Beruntungnya, masih ada beberapa pencari rumput yang berpapasan dengan mereka. Jadi, masih dirasa aman.

Perjalanan menuju pos 2 tak terjadi sesuatu yang aneh. Semua aman terkendali. Sampai saatnya belok kanan di pertigaan jalan usai membelakangi pos 2. Mereka menuju pos 3. Tak lama dari pos dua, akhirnya sampai di pos 3 dan beristirahat sebentar. Jarum jam menunjukan pukul 11:01, mereka memutuskan lanjut agar tidak kesorean saat turun. Setelah membelakangi pos 3, jalur yang dilewati ternyata cukup seram.

Tampak jembatan kecil yang di bawahnya ada air mengalir. Ditambah lagi pepohonan besar di sekitar tempat tersebut. Mereka kehabisan air dan mengisinya kembali usai menemukan air di jembatan itu. Lalu, Ayu mulai melangkah hendak melanjutkan perjalanan. Namun, Rara tiba-tiba menyahut,

"Eh, kok, gelap jalannya?"

"Nggak apa-apa, Ra. Ayok, jalan sama aku. Kita loh nggak cari masalah, cuma mau lihat ciptaan-Nya doang. Ngapain takut," ujar A'ang dan menatap ke arah Rara.

Baru beberapa langkah, tiba-tiba Ayu merasa pusing. Kepalanya terasa seperti dipukul benda keras. Telinganya juga ikut berdengung, membuatnya merasa tidak nyaman. Beberapa kali Ayu istigfar dan baca ayat qursyi sambil menatap langit. Tak lama kemudian rasa pusingnya mereda.

Akan tetapi, masalah tidak sampai di situ saja. Ketika mereka ingin lanjut, sesuatu kembali terjadi.

"Eh, Yu!" teriak Indra.

Ayu yang sudah siap melangkah ke depan, menoleh dengan cepat. Ia pun terkejut melihat temannya pingsan. Ya, Rara yang tadinya baik-baik saja terkapar tanpa aba-aba. Selama 15 menit, mereka berusaha membuat Rara sadar. Indra membaca ayat-ayat Qur'an yang ia hafal. Tak lama, Rara bangun dan sedikit kebingungan.

"Aku kenapa, Ang?" tanyanya ketika sadar dirinya berada di dekap A'ang.

"Kamu pingsan, Ra. Kamu sakit atau gimana?" ujar A'ang.

"Kamu bikin kita panik, tahu, Ra," timpal Ayu.

"Udah, udah, perasaan kamu gimana sekarang?" Kali ini Indra yang bertanya.

Hening, Rara masih setengah sadar.

"A-aku nggak apa-apa, aku baik-baik ajah, kok," jawabnya kemudian bangkit.

"Jadi gimana, nih? Masih mau lanjut?" tanya A'ang.

"Lanjutlah, masa enggak?!" ujar Rara tampak semangat.

Meski sedikit heran, ketiga temannya pun setuju. Karena memang, perjalanan mereka sudah cukup jauh. Sayang jika harus balik sebelum melihat air terjun.

Untuk sampai ke air terjun, jalur yang dilalui sudah seperti mendaki gunung-gunung tinggi. Lewati tanjakan dan cukup jauh untuk berjalan kaki.

Tak terasa mereka sudah sampai ke pos 4. Tanpa istirahat sedikit pun, Ayu dan kawan-kawan langsung menuju pos 5.

Dokpri

Di pos 5, mereka istirahat. Di pos 5 ini ternyata baru awal untuk menuju Air Terjun. Setelah tenaga kembali, mereka lanjut dan melewati jalan yang di samping kiri kanannya dipenuhi semak belukar. Setelahnya, anak air terjunnya terlihat juga. Rara dan Ayu yang senang melihat sungai berair deras itu, langsung menikmati suasana dingin sambil duduk-duduk di batu besar yang ada di lokasi. Namun, sebelum duduk, Ayu terbiasa untuk permisi dulu. Sementara Rara yang baru pertama kali berwisata di alam pegunungan, tidak berpikir untuk mengatakan apa-apa. Ia langsung saja duduk semaunya.

Dokpri

A'ang dan Indra saling mengambil gambar dan sibuk melihat-lihat. Sesekali A'ang memotret Rara dan juga Ayu. Mereka terus mendokumentasikan moment tersebut melalui handphone. Namun, sesuatu kembali terjadi. Lagi-lagi Rara merasa pusing. Tengkuknya pun terasa berat. Ia kembali pingsan. A'ang segera menghampiri dan menopang tubuh Rara. Ayu dan Indra ikut panik. Akhirnya Rara dibawa keluar dari sungai, karena belum berhasih membuat dia sadar. Setelah berada di luar sungai, Rara kembali dibacakan ayat-ayat lagi seperti sebelumnya. Kali ini, butuh waktu sedikit lama untuk membuat Rara sadar.


Bersambung ....

Untuk lanjutannya, tolong ditunggu, ya, GanSist ..., secepatnya ane akan update. Terima kasih sudah mampir dan membaca. See you, GanSist emoticon-Big Kiss

Penulis: @darmawati040
Diubah oleh darmawati040 22-08-2022 04:43
bukhorigan
genji32
zenzeiokta
zenzeiokta dan 16 lainnya memberi reputasi
17
5.5K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan