deni.kaAvatar border
TS
deni.ka
Menikmati Hijaunya Hutan Sampai Kemacetan Jalan, Pergi ke Solo Bersama Sugeng Rahayu
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi pengalaman naik bus gan sist, masih di jalur Maospati-Solo juga emoticon-Peace Jadi begini ceritanya, awalnya saya ingin mencoba naik bus Mira ke kota Solo, sebenarnya saya pergi ke Solo tidak ada kepentingan apa pun emoticon-Hammer (S) Cuma ngeluyur nggak jelas sambil naik bus, ada yang pernah melakukan hal seperti ini juga ? emoticon-Big Grin

Sekitar 9 hari sebelum perjalanan kali ini (16 Januari 2022), saya sebenarnya sudah naik bus, tapi cuma sampai ke Sragen, meski saya bilang ke kondektur untuk turun di kota Solo. Karena waktu tempuh yang meleset jauh dari perkiraan awal, jadi lah saya turun di Sragen waktu itu. Pada hari Selasa, 25 Januari 2022 saya merencanakan perjalanan tanpa tujuan lagi. Kali ini harus finish di kota Solo.

Saya berangkat dari rumah jam 10, dan sampai terminal Maospati sekitar jam 10 lebih 20. Dari rumah saya sudah merencanakan untuk naik bus Mira waktu itu, karena dulu juga sering merasakan naik Mira Solo-Maospati PP. Tapi setelah sekian lama menunggu ternyata yang masuk terminal bus Sugeng Rahayu, menurut mandor bus Sugeng Rahayu di terminal, jadwal siang itu dari arah timur didominasi Sumber Group. Kalau memaksakan menunggu Mira mungkin saya akan kesorean sewaktu sampai Solo nanti, yowes akhirnya naik Sugeng lagi pada akhirnya.

Sebenarnya saya kecewa berat waktu itu, lantaran dapat armada dengan bodi Jetbus lagi. Kekecewaan saya memuncak saat saya ternyata kebagian duduk di bangku konfigurasi 3, di mana saya duduk di tengah diapit oleh dua orang laki-laki emoticon-Nohope Dan ternyata di posisi tengah itu kaki kiri saya tepat berada di atas mesin, jadi sampai Ngawi saya harus merelakan kaki saya merasakan sensasi panasnya mesin depan dari Hino AK8.


Quote:



Bukan tanpa alasan saya memilih duduk di depan, pasalnya saya termasuk tipe penumpang penikmat perjalanan, jadi saya lebih suka duduk di depan. Meski berhasil duduk di depan, tetapi sialnya saya malah dapat bodi Jetbus, jadi pandangan saya agak terhalang sekat kaca. Agak kecewa, tapi ya sudah terlanjur naik, jadi pasrah saja.

Bus berangkat dari terminal Maospati pukul 10:26, lepas Maospati bus masih dipacu santai. Oh ya gan sist, saya sudah memperkirakan jika Maospati-Solo akan ditempuh selama 2,5 jam. Karena pengalaman saya naik bus pemberangkatan siang hari, bus cenderung lebih santai. Selain itu lalu lintas kendaraan yang ramai membuat perjalanan jadi agak molor.

Tak lama setelah naik, Pak Kondektur seperti biasa meminta uang pembayaran. Waktu itu saya membayar Rp 27.000. Bus yang saya naiki waktu itu bernomor polisi W7727UY, kalian bisa melihat nomor tersebut tertempel di bagian kaca sebelah kanan dan juga di bagian depan dan belakang bus di sisi luar. Meski kecewa karena pandangan saya terhalang sekat kaca, tapi bus ini sebenarnya cukup bersih, tanpa dilengkapi boneka, strobo maupun stiker yang tidak penting. Senjujurnya saya suka naik bus yang seperti ini.



Dikejar Pak Jokowi


Sekitar 15 menit bus menyusuri Jl. Raya Maospati, bus sudah tiba di daerah Geneng, kabupaten Ngawi. Di sini terjadi hal unik, di mana kernet bus mendapat telepon dari kernet bus yang berada di belakangnya yang mengabarkan bahwa bus dibelakang sudah sampai Maospati. Mendengar hal itu sang sopir bilang begini "Jokowi kok cepet men (Jokowi kok cepat banget)."

Saya awalnya bingung, kok sang sopir menyebut Jokowi ? Setelah beberapa saat loading, saya baru ngeh, ternyata memang ada bus Sugeng Rahayu yang punya julukan Jokowi. Pasalnya wajah beliau memang sekilas mirip dengan Pak Jokowi, bus yang dimaksud kemungkinan bernomor polisi W7159UP, di mana bus tersebut berangkatnya setelah bus yang saya naiki ini.

FYI memang seperti inilah kondisi hidup di jalan sebagai kernet bus di jalur Sby-Jogja. Biasanya sesama kernet akan bertukar nomor hp untuk nanti sling memberi kabar posisi masing-masing, terkadang jika ada kemacetan panjang atau trouble pada armada bus yabg lain di jalan, maka hal itu bisa tersampaikan.

Sekitar pukul 10.50 bus sudah sampai di Ngawi Lama, di sini ada beberapa penumpang yang naik. Di sini bertemu dengan bus patas Sugeng Rahayu tujuan Kuningan. Berhenti tak sampai 5 menit bus melanjutkan perjalanan kembali.


Quote:



Selama perjalanan bus dipacu konstan antara 40 sampai 70 km/jam, hal itu bisa saya lihat pada kotak berbentuk hitam yang merupakan alat pengukur kecepatan di bus ini. Sayangnya selama perjalanan kali ini tidak ada musik dangdut koplo yang menemani.

Sekitar pukul 11:05 bus tiba di terminal Ngawi Baru (terminal Kertonegoro), di sini bus tidak berhenti lama. Ada beberapa penumpang yang naik dan juga turun di terminal ini. Untungnya dua orang laki-laki di sebelah saya turun di sini, jadi bangkunya jadi sedikit lebih lega. Saya pun agak bergeser ke pinggir untuk mencari lokasi yang aman dari panasnya mesin bus.

Tak sampai 5 menit bus kembali melanjutkan perjalanan dari terminal Kertonegoro. Dan sekitar pukul 11:17 bus sudah tiba di daerah Sidowayah, di mana di sini ada 3 orang yang naik. Di Sidowayah ini terdapat semacam terminal angkutan desa (angdes), di mana juga terdapat beberapa agen bus malam.


Quote:




Menyusuri Hutan Ngawi


Setelah kawasan Sidowayah ini, bus akan membelah kawasan hutan Ngawi. Kawasan hutan ini membentang sampai Gendingan. Kawasan ini adalah salah satu spot menarik, karena sepanjang jalan kita disuguhi tanaman hijau di kanan dan kiri jalan. FYI gan sist, kawasan ini juga rawan kecelakaan, jadi harus tetap waspada jika melewati jalur ini dengan kendaraan pribadi.

Jalur ini didominasi tikungan, turunan serta tanjakan yang akan menguji kesabaran para pengendara. Di sepanjang kawasan hutan ini juga terdapat banyak warung yang biasanya dijadikan rest area oleh para sopir truk.


Quote:



Pukul 11.35 bus tiba di terminal Gendingan, di mana terminal ini bisa disebut sebagai terminal bayangan yang punya peran penting. Di mana di terminal ini banyak terdapat agen bus malam yang cukup lengkap ke berbagai tujuan. Perjalanan di Ngawi memang selalu memakan waktu yang lama gan sist jika menggunakan bus. Pasalnya jalan nasional yang membentang ke perbatasan Jawa Tengah tersebut lumayan panjang.

Di terminal ini para kru akan mempersilakan penumpang untuk pergi ke toilet, karena bus ekonomi biasanya akan berhenti agak lama di sini. Di Gendingan ini seingat saya tidak ada penumpang yang naik. Setelah hampir lima menit berhenti, bus melanjutkan perjalanan kembali.


Quote:



Setelah lepas terminal Gendingan bus kembali dipacu santai di angka 70 km/jam, setelah Gendingan, wilayah terakhir yang akan dilewati adalah Mantingan. Yang merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Sekitar pukul 11:50 bus sudah sampai wilayah perbatasan, ditandai dengan tugu warna hitam di sisi masing-masing jalan sebagai penandanya. Di perbatasan ini lagi-lagi perbaikan jalan masih belum usai, sama seperti 9 hari yang lalu saat saya melintasinya.


Quote:



Setelah melewati batas provinsi tadi, maka tibalah saya di Banaran, yang merupakan bagian dari kabupaten Sragen. Di sini bus kembali dipacu konstan di angka 70 km/jam. Waktu itu lalu lintas kendaraan cukup lancar, di mana truk-truk muatan berat mendominasi jalanan waktu itu.

Sepanjang jalan, dari arah berlawanan sering bertemu bus ekonomi dan patas Sumber Group serta Eka Mira. Sementara kernet bus selalu mendapatkan panggilan dari rekannya, jadi sebagai ganti musik koplo, percakapan kernet dengan temannya via telepon membuat saya jadi sedikit terhibur.

Biasanya percakapan antar kernet itu adalah menanyakan soal posisi, kernet akan memberi kabar dengn kode plat nomor bus dari arah Solo kepada bus lain yang mengarah ke Surabaya. Jika bus yang dimaksud masih berada jauh, bus didepannya bisa dipacu lebih santai. Jika bus yang dimaksud jaraknya dekat, bus yang berada di depan tadi akan terus menanyakan update selanjutnya kepada kru bus lain yang mengarah ke barat. Tujuannya agar bus itu tidak disalip secara tiba-tiba, walaupun terkadang berhasil disalip, tapi setidaknya bus mereka sudah mendapatkan tambahan penumpang.

Sekitar 12.04 bus tiba di Pilangsari, mendekati terminal bus Sragen. Di depan pom bensin, lagi-lagi proyek jalannya belum selesai. Di sini bertemu bus Mira entah nopolnya berapa, di sini kernet langsung menghubungi bus lain yang mengarah ke timur bahwa ada sebuah bus Mira yang sudah sampai Pilangsari.

Dari perempatan Pilangsari, bus belok ke kiri menuju terminal. Tapi waktu itu bus tidak masuk terminal. Entah mengapa gan sist, selama pandemi ini bus ekonomi Sby-Jogja tidak masuk terminal Pilangsari. Padahal sebelum pandemi bus rutin masuk saat hari masih terang, meski tidak ada penumpang yang naik.


Quote:



Kini penumpang dari Sragen yang hendak pergi ke Solo/Jogja naik di depan terminal Pilangsari, jadi agak sedih juga melihat situasi seperti ini. Karena terminal adalah sebuah ekosistem, jadi jika ada bus yang masuk terminal setidaknya akan ada air mineral atau jajanan lain yang bisa dijual ke kru atau penumpang. Bus malam arah Jakarta pun jarang masuk terminal ini, kecuali jika ada penumpang.

Nah di Sragen ini ada seorang mbak-mbak yang mencuri perhatian saya, dia juga duduk di bangku depan persis di sebelah kiri saya. Dia duduk di bangku konfigurasi 2-2 bersebelahan dengan seorang bapak-bapak. Ingin rasanya saya bertukar posisi dengan bapak tersebut emoticon-Hammer (S)

Dan rupanya si mbak ini akan turun di kota Solo, wah sama dengan saya nih emoticon-Big GrinTapi dia tidak menyebutkan akan turun di mana ? Berharap dia juga turun di Tirtonadi emoticon-Hammer (S) Sebagai laki-laki normal yang masih sendiri, rasanya mata saya seolah ada magnetnya. Jadi saat bus kembali berjalan setelah menaikkan beberapa penumpang di depan terminal tadi, beberapa kali saya mencuri pandang ke arah mbak-mbak itu. Saya perkirakan umurnya antara 24-26, sepantaran dengan saya. Dan sempat beberapa kali pandangan kami bertemu saat saya mencuri pandang.

Kembali ke cerita perjalanan, kali ini bus menyusuri Jl. Jaka Tingkir, di mana jalan ini berada tepat di depan terminal. Jalannya agak sempit, dan biasanya saat pagi sampai siang hari kendaraan besar seperti bus dan truk akan dilewatkan jalur ini.


Quote:



Sepertinya jalan yang sempit ini harus segera diperbaiki karena di beberapa titik tampak jalannya sudah mulai berlubang. Apalagi jalan ini sering dilewati kendaraan besar seperti bus dan truk. Sepanjang jalan ini ada pemandangan sawah yang ditanami padi di sisi kiri dan kanan jalan. Sambil menikmati suasana hijaunya tanaman padi, beberapa kali saya masih sempat mencuri pandang kepada mbak-mbak di sebelah saya tersebut.

Selepas melintasi jalan sempit tadi, bus langsung mengarah ke Jl. RA Kartini, di mana jalan ini nanti akan mengarah ke daerah pasar Bunder dan juga melintasi stasiun Sragen. Di sepanjang jalan ini banyak terdapat ruko di kiri dan kanan jalan. Terlihat aktivitas warga juga sudah kembali normal lagi.


Quote:



Pukul 12:24 bus tiba di pertigaan Pungkruk, di mana pengecoran jalan masih berlangsung waktu itu. Tampak terjadi kemacetan panjang dari arah Solo, di sini bertemu bus Sugeng Rahayu Ekonomi dan Eka Patas yang sedang terjebak macet.

Sementara itu sepanjang jalur menuju perbatasan Karanganyar juga dilakukan pengecoran di tengah-tengah jalan untuk membuat pembatas jalan, untungnya pengecoran tersebut tidak sampai menyebabkan kemacetan.


Quote:



Pukul 12:43 sudah mendekati perbatasan antara kabupaten Sragen dan Karanganyar. Ditandai dengan tugu berbentuk gading yang ada di kiri dan kanan jalan, itu artinya bus akan segera memasuki wilayah kabupaten Karanganyar. Di Karanganyar ini juga sedang dilakukan perbaikan jalan, tapi tidak sampai menimbulkan kemacetan.

Memasuki Karanganyar ini lalu lintas jalan kembali lancar jaya, sampai akhirnya tiba di Palur pada pukul 12:49. Palur ini menjadi wilayah yang berbatasan langsung dengan kota Solo. Sampai memasuki perbatasan Solo-Karanganyar lalu lintasnya masih lancar, tapi selepas kampus UNS, jalanan mulai agak tersendat.


Quote:



Sekitar pukul 13:03 bus melintasi Tugu Cembengan, menjelang tiba di terminal ini banyak penumpang yang turun di beberapa titik. Seperti di kawasan rumah sakit Moewardi hingga di kawasan Panggung, dan mbak-mbak yang duduk di sebelah saya ternyata turun di Panggung.

Selepas Panggung, lalu lintasnya mulai semrawrut gan sist. Jalanan dipenuhi kendaraan roda dua dan empat, dari arah berlawanan tampak juga terjadi kemacetan. Suasana Solo saat ini mengingatkan akan suasana lalu lintas di Jakarta.

Sebelum tiba di terminal bus sempat berhenti di perlintasan kereta api selama kurang lebih 5 menit. Tampak sepeda motor telah memadati dari kedua arah jalan, setelah kereta lewat lalu lintas kembali semrawut. Karena kendaraan dari kedua arah sama-sama menyerobot jalan, terutama para pengendara sepeda motor. Sekitar pukul 13:08 akhirnya bus tiba di terminal Tirtonadi, perjalanan kali ini sesuai perkiraa saya, yakni memakan waktu 2,5 jam. Selama perjalanan juga dipacu konstan di kecepatan 70 km/jam, hanya satu yang kurang dalam perjalanan kali ini. Yaitu hiburan berupa muaik dangdut koplo emoticon-Big Grin


Quote:


Sugeng Rahayu W7727UY



Armada bus yang saya naiki. Dok. Pribadi


Kelas: Ekonomi
Seat: 2-3
Bodi: Jetbus Voyager KW buatan garasi Sumber Group
Chassis: Hino AK8 (A215)
Waktu Tempuh: 2,5 jam (Maospati Solo)
Tarif: Rp 27.000
Ulasan Armada Bus: Armada bersih, kru ramah. Sayangnya sekat kaca bus menghalangi pandangan penumpang yang duduk di depan.



Sekian cerita panjang saya kali ini, semoga bisa bermanfaat untuk agan dan sista. Sampai jumpa di ceria perjalanan yang lainnya emoticon-Hai




Sumber Tulisan: Pengalaman pribadi
Foto: Milik pribadi
shadowoflion
knoopy
emineminna
emineminna dan 18 lainnya memberi reputasi
19
3.7K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan