volcom77Avatar border
TS
volcom77
Pakubuwono X, Raja Besar Terakhir Trah Mataram-Surakarta

Raja Mataram Surakarta
Ada sebuah ramalan besar yang menyebutkan bahwa kekuasaan wangsa Mataram Islam di tanah Jawa akan habis di trah raja kesepuluh.Boleh tidak percaya atau tidak, belakangan mitos ini ternyata terbukti kebenarannya.

Keraton Surakarta sudah diketahui mengalami degradasi akibat pengalaman internal yang sangat luas. Dua pihak saling mengklaim sebagai pewaris tahta yang sah sehingga terdapat dualisme raja, saling berebut aset dan membangunkan, penghargaan dan gelar kehormatan semu diobral agar kas keraton yang kosong dapat terisi, dan belum lagi permasalahan hukum yang melibatkan anak dengan orang tua sendiri.

Begitu pelik dan ruwetnya sengketa sampai sampai Jokowi, yang saat itu sebagai walikota Solo pernah, ikut turun tangan memprakarsai perdamaian antar pihak yang berseteru agar tidak terus berlarut-larut menjadian dagelan dipamerkan nasional.

Keraton Yogyakarta pun naga-naganya menunjukkan gejala setali tiga uang. Masalah dipantik dari dikeluarkannya sabda raja oleh Sultan Hamengkubuwono X yang menghapus gelar khalifatullah yang mengandung maksud laki-laki umat Allah yang melakukan syiar agama.

Adik-adik raja serta sebagian kerabat keraton memandang langkah ini sebagai upaya mempersiapkan putri sulungnya sebagai pewaris tahta. Kebetulan Sultan hanya memiliki 3 keturunan dan semuanya perempuan.

Selain menutup rapat-rapat peluang adik-adik raja menjadi penerus tahta, Sultan juga dianggap telah melakukan kesalahan besar karena mengubah paugeran atau tata adat istiadat keraton turun temurun yang berusia ratusan tahun.

Quote:

Kembali ke Keraton Surakarta Hadiningrat, trah raja kesepuluh keraton Surakarta yakni Susuhunan Pakubuwono X memang menjadi raja paling istimewa dalam dinasti Mataram Surakarta.

Pada masanya, hanya Surakarta yang bisa mengibarkan panji flag gula klapa merah putih secara bebas sementara daerah lain hanya bisa mengibarkan bendera Belanda.

Keraton juga berjasa memberikan ruang yang bebas pada gerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Syarikat Islam sehingga dapat berkembang dan berkibar dengan perlindungan penuh raja.

Belanda awalnya menganggap Paku Buwono X lemah dan tidak cakap, apalagi beliau doyan hidup mewah, suka makan enak dan mengenakan busana kebesaran berlebihan dilengkapi lencana dan bintang kehormatan.

Paku Buwono X tidak pernah membayang kan yang keras pada Belanda, namun dibalik itu pada masa pemerintahannya kondisi negara stabil dan tanpa kendala sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Alkisah pada satu hari di tahun 1866, suasana keraton berubah sangat meriah di iringi suara berkicau bersautan sebagai pertanda hadirnya kebahagiaan.

Wajah-wajah yang sebelumnya tegang kini berubah penuh keceriaan. Para abdi dalem membunyikan tambur mengelilingi panggung dilantai paling atas Songgobuwono. Dari sitihinggil terdengar sayup-sayup bunyi gamelan kodok ngorek berselingan dengan dentuman bunyi meriam.

Seorang jabang bayi dilahirkan DENGAN selamat, hayu DENGAN TIDAK ADA Satu halangan apapun Tepat Sesuai Ramalan pujangga Terkenal R.Ng Ronggowarsito.

Orang tua bayi yang diperhatikan, yaitu Susuhunan Pakubuwono IX dan Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwono memberinya nama Raden Mas Gusti Sayyidin Malikul Kusna. Kelak ia tumbuh menjadi raja dinasti Mataram Surakarta paling masyur dan berpengaruh.

Menginjak usia pernikahan yang ketiga bulan, permaisuri Susuhunan Pakubuwono IX yaitu Kanjeng Ratu Pakubuwono ngidam ingin memakan gudhang pakis raja .

Segera saja Susuhunan Pakubuwono IX mengutus Bandara Kanjeng Pangeran Kolonel Arya Purbanagara atau Raden Mas Inggris untuk menemui Tuwan Jansemit di Gumawang untuk keperluan membeli daun pakis raja.

Pada usia kehamilan yang kesembilan bulan, permaisuri dipindah ke Kamar Gadhing, yaitu sebuah kamar paling timur dari Ndalem Ageng Probosuyoso.

Di luar kamar itu para kerabat raja, para putra raja dan para abdi dalem laki-laki maupun perempuan yang berjaga secara bergiliran.

Abdi dalem prajurit juga mempersiapkan baris mempersiapkan dan membunyikan meriam sewaktu waktu tiba saatnya permaisuri melahirkan.

Hari Kamis Legi 21 Rejeb tahun Alip 1795 pukul 9 malam permaisuri mengalami hal yang menyenangkan. Semua yang ada berjaga dan berdoa demi upaya dan berdoa agar bayi yang dilahirkan adalah seorang calon putra mahkota yang memiliki dan bisa menjadi panutan.

Rakyat yang melihat dentum meriam pengamatan karena menurut pandangan orang-orang jaman dulu kelahiran putra mahkota atau Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom akan menjamin kesejahteraan dan kemakmuran negara menyimbolkan kepastian karena dinasti saat bertemu dengan negara.

Perayaan kelahiran ini berupa pesta besar dalam keraton setiap malam selama sepasar atau 5 hari. Selanjutnya bayi putra mahkota diangkat oleh neneknya yaitu Kanjeng Ratu Ageng yang merupakan janda Susuhunan Pakubuwono VI.

Gusti Kanjeng Ratu Ageng sangat menyayangi cucunya itu dari tempat tidur kecil bersama neneknya di kediamannya di Kagengan. Setelah beranjak dewasa pangeran muda dibuatkan rumah dikabupaten bernama Sasana Hadi.

Raden Mas Gusti Sayyidin Malikul Kusna disusui oleh selir raja atau Priyantun Dalem bernama Bandara Raden Daya Purnama dan diasuh emban keraton Nyai Lurah Raksa kusuma, Nyai Lurah Lumba, Nyai Lurah Among Sudibya, Nyai Lurah Secabawa dan Raden Ayu Among Saputra.

Pada acara pesta tingalan Dalem Jumenengan Susuhunan Pakubuwono IX pada hari senin legi 4 Oktober 1869, Susuhunan Pakubuwono IX mendapat kabar bahwa gubernur jendral di Batavia memberikan perintah untuk menobatkan yang masih berlangsung 3 tahun itu menjadi Pangeran Adipati Anom bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amengkunegara Sudibya Raja Putra Narendra Mataram Ingkang Kaping V di Surakarta Hadiningrat.

Belanda melakukan hal ini karena perkiraan usia Paku Buwono IX tidak akan lama akibat menderita batu ginjal. Nyatanya beliau masih akan hidup hingga berpuluh - puluh tahun kemudian.

Ketika memasuki usia remaja dikisahkan bahwa Kanjeng Gusti Adipati Anom dikenal memiliki keterampilan orasi yang baik. Ia sudah menjadi buah bibir dimasyarakat karena mempesona menggunakan bahasa Melayu dengan kutipan yang begitu jelas, tuntas dan tepat.

Setiap pesta tahun baru dan tahun raja Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom datang ke loji karesidenan untuk beraudensi.

KGP Adipati Anom mulai diberi kewajiban memimpin pelaksanaan dipengadilan kabupaten Anom pada tahun 1886. Setahun kemudian beliau mulai mengenakan bintang pusaka di kadipaten.

Atas seijin ayahhandanya, pada hari Kamis 7 agustus 1890 KGP Anom dinikahkan dengan putri KGPAA Mangkunegoro IV bernama Bandara Raden Ayu Sumarti.

Kelak setelah bertahta namanya berganti menjadi Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwana. setahun sebelum meninggalnya pakubuwon IX yaitu pada hari jum'at 16 maret 93, KG anom anom yang dipanggil oleh ayahanda di Jongringsalaka, sebuah ruang di sebelah selatan Ndalem Ageng Prabasuyasa untuk mendengarkan kami tidak.

Kamis 30 Maret 1893 KGP adipati Anom dinobatkan menjadi raja pemberian gelar dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Pakubuwana Senapati Ing Ngalaga Ngabdurahman Sayyidin Panatagama Ingkang Kaping X.

Quote:

Ia banyak membangun dan monumen yang hingga zaman modern ini masih banyak ditemui dengan simbol-simbolnya, yaitu PBX. Ia also raja Yang dikenal dermawan Yang Sering bersedekah DENGAN menyebar Uang recehan ATAU udhik-udhik SETIAP kali berpergian.

Banyak dana dikucurkan untuk kesejahteraan umum dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan bahkan budaya. Bermacam-macam jenis tarif diciptakan, banyak serat dan kitab dilahirkan, banyak jenis gendhing baru di dunia karawitan dan juga banyak muncul ahli dalam bidang kalukitan.

Raja juga mendalami ilmu pengetahuan, membuat beragam keris dan senjata dan juga dikenal penyayang binatang yang mahir mengenai kuda dan tunggangan.

Karena tidak kunjung mendapat keturunan, maka pada hari Rabu 27 Oktober 1915 Susuhunan Pakubuwono X menikah lagi dengan Putri Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono VII di Ngayogyakarta Hadiningrat dari permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Kencana bernama Gusti Raden Ayu Mursudarinah.

Permaisuri baru tersebut mendapat gelar Gusti Kanjeng Ratu Emas. Ini sekaligus merupakan penyatuan kembali trah Mataram, yang walaupun masih erat bertalian darah, telah bersitegang lama akibat dicerai-beraikan Belanda.

Quote:

Setelah menikah 4 tahun, akhirnya munculah yang lama ditunggu-tunggu. Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Emas melahirkan seorang putri pada hari Selasa 25 Maret 1919 yang diberi nama Gusti Raden Ayu Sekar Kadhaton Kustiah yang kelak dewasa berganti nama Gusti Kanjeng Ratu Pembayun.

Kamis 30 Agustus 1923 Pakubuwono X mendapatkan gelar baru Letnal Jendral sehingga sejak saat itu memakai sebutan baru Ingkang Wicaksana Jendral Mayor.

Berselang 4 bulan kemudian tepatnya pada Kamis 4 Januari 1924, Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwana meninggal sehingga membawa raja yang mendalam bagi Susuhunan Pakubuwono X. Meskipun tidak memberikan keturunan, kasih sayang tidak luntur pada istri pertama tersebut.

Paku Buwono X pandai membaca jaman. Ia menyadari perkembangan daya pikir masyarakat yang semakin maju dan semakin rasional. Mitos Ratu Kidul semakin menghadapi tank, kapal perang modern, pesawat, dan peralatan bertehnologi canggih lainnya.

Ia dikenal sebagai raja Jawa di seluruh kamukten dan kewibawaan seorang raja Jawa sehingga tidak tersisa lagi untuk raja-raja berikutnya yaitu PB XI dan PB XII.

Apalagi setelah bergabungnya keraton Surakarta ke dalam NKRI pasca 1945, maka praktis kehilangan keraton kekuasaannya dan tinggal menjadi simbol budaya saja.

Susuhunan Pakubuwono X mangkat pada hari Senin, 20 Pebruari 1939 pukul 7.30 pagi pada usianya yang ke-74 tahun setelah menduduki tahta keraton Surakarta Hadiningrat selama 48 tahun.


Diubah oleh volcom77 21-08-2021 18:23
Aramina
anameo96
atamlee
atamlee dan 28 lainnya memberi reputasi
29
6.8K
62
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan