- Beranda
- Komunitas
- Regional
- Banyuwangi
Mengulik Patola, Takjil Khas Banyuwangi Yang Maknyoss!
TS
evywahyuni
Mengulik Patola, Takjil Khas Banyuwangi Yang Maknyoss!
Jajanan Tradisional Bercita Rasa Tinggi
Hai, bertemu lagi kita di threadane kali ini, masih semangat kan puasanya? Perbanyak ibadah ya, mumpung bulan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah dan ampunan, maka perbanyaklah berbuat kebaikan dan menebar amal kebajikan.
Dari waktu ke waktu banyak inovasi kue modern yang bermunculan, tetapi masih banyak juga lho jajanan tradisional yang tetap diminati oleh masyarakat untuk dijadikan menu buka puasa. Meskipun terlihat sederhana, jajanan tradisional ini gak kalah nikmat dari menu takjil lainnya.
Kali ini ane mau ngebahas salah satu jajanan wajib di bulan Ramadhan, pasti pada tau nih? Ya, kue patola namanya. Salah satu kue tradisional yang selalu hadir menemani acara buka puasa kita di rumah.
Di Banyuwangi, Jawa Timur. Ada jajanan khas yang hanya diproduksi saat bulan Ramadan yakni Patola. Jajanan ini menjadi sajian buka puasa yang sangat digemari oleh masyarakat Banyuwangi, terlebih lagi bagi warga suku Osing.
Kue patola merupakan penganan yang terbuat dari tepung beras. Sekilas, bentuknya mirip mie. Di luar Banyuwangi, orang menyebut kue ini putu mayang atau petulo. Kue ini dibuat dengan bermacam-macam warna walau rasanya tetap sama. Tetapi dengan warna yang berbeda-beda menjadikan makanan camilan ini menjadi tersaji di dalam piring makan, apalagi dimakannya cukup disajikan dengan kuah santan dan campuran gula merah.
Mirip dengan sajian cendol hanya berbeda bentuk dan nama saja, kalau aslinya ya tetap sama karena bahan dasarnya juga dari tepung beras. Cuma berbeda dari cara pembuatan, pengolahan dan cara penyajiannya. Kalau soal makannya ya pastilah ... pasti sama, hehehee ....
Penganan ini cocok disantap saat berbuka puasa baik dalam keadaan dingin atau hangat-hangat, kuah santannya dimasak dengan irisan jahe juga bisa menghangatkan tubuh pada saat musim hujan, itu kalau agan dan sista mau mencobanya saja, karena resep dasarnya hanya disajikan dengan air santan dan gula merah saja.
Bagi anak muda milenial, kue patola mungkin masih asing. Di Banyuwangi, salah satu jajan pasar ini merupakan kuliner tempo dulu yang bisa dijumpai saat bulan Ramadhan di pasar dan emperan jalan. Uniknya kue ini hanya akan muncul di permukaan bila bulan puasa tiba, jadi ... agan dan sista jangan sampai lupa untuk mencicipinya sebentar pas berbuka puasa ya? Tetapi jangan lupa untuk membelinya segera sebelum kehabisan stok di penjual langganan agan en sista.
Kalau mau buat bisa juga tuh, itung-itung belajar buat sendiri tentu bisa menghemat budgetasal kuat saja pada saat mengadon/menguleni bahannya yang tentu saja masih panas karena telah melakukan proses pengukusan kurang lebih selama 20 menit. Belum lagi pencampuran warna dan langsung mencetaknya pada cetakan khusus kue patola ini, dan kemudian kembali dikukus hingga benar-benar matang.
Kalau ane sih mending beli aja daripada bersusah payah membuatnya, disamping harganya juga murah meriah hanya sekitar Rp. 5.000,- agan en sista juga bisa sekalian membantu menglariskan dagangan kue ini dengan artian, ikut berpartisipasi menghidupkan perekonomian penjual kue tradisional agar tetap terus ada sepanjang masa.
Sekian ulasan ane tentang jajanan khas berbuka puasa dengan jajanan kue tradisional yang sudah turun temurun dilestarikan oleh warga Banyuwangi khususnya suku osing, suku asli warga Banyuwangi, tertarik mencobanya? Tunggu hingga petang nanti ya, gan?
Dari waktu ke waktu banyak inovasi kue modern yang bermunculan, tetapi masih banyak juga lho jajanan tradisional yang tetap diminati oleh masyarakat untuk dijadikan menu buka puasa. Meskipun terlihat sederhana, jajanan tradisional ini gak kalah nikmat dari menu takjil lainnya.
Kali ini ane mau ngebahas salah satu jajanan wajib di bulan Ramadhan, pasti pada tau nih? Ya, kue patola namanya. Salah satu kue tradisional yang selalu hadir menemani acara buka puasa kita di rumah.
Di Banyuwangi, Jawa Timur. Ada jajanan khas yang hanya diproduksi saat bulan Ramadan yakni Patola. Jajanan ini menjadi sajian buka puasa yang sangat digemari oleh masyarakat Banyuwangi, terlebih lagi bagi warga suku Osing.
Quote:
Kue patola merupakan penganan yang terbuat dari tepung beras. Sekilas, bentuknya mirip mie. Di luar Banyuwangi, orang menyebut kue ini putu mayang atau petulo. Kue ini dibuat dengan bermacam-macam warna walau rasanya tetap sama. Tetapi dengan warna yang berbeda-beda menjadikan makanan camilan ini menjadi tersaji di dalam piring makan, apalagi dimakannya cukup disajikan dengan kuah santan dan campuran gula merah.
Mirip dengan sajian cendol hanya berbeda bentuk dan nama saja, kalau aslinya ya tetap sama karena bahan dasarnya juga dari tepung beras. Cuma berbeda dari cara pembuatan, pengolahan dan cara penyajiannya. Kalau soal makannya ya pastilah ... pasti sama, hehehee ....
Penganan ini cocok disantap saat berbuka puasa baik dalam keadaan dingin atau hangat-hangat, kuah santannya dimasak dengan irisan jahe juga bisa menghangatkan tubuh pada saat musim hujan, itu kalau agan dan sista mau mencobanya saja, karena resep dasarnya hanya disajikan dengan air santan dan gula merah saja.
Bagi anak muda milenial, kue patola mungkin masih asing. Di Banyuwangi, salah satu jajan pasar ini merupakan kuliner tempo dulu yang bisa dijumpai saat bulan Ramadhan di pasar dan emperan jalan. Uniknya kue ini hanya akan muncul di permukaan bila bulan puasa tiba, jadi ... agan dan sista jangan sampai lupa untuk mencicipinya sebentar pas berbuka puasa ya? Tetapi jangan lupa untuk membelinya segera sebelum kehabisan stok di penjual langganan agan en sista.
Kalau mau buat bisa juga tuh, itung-itung belajar buat sendiri tentu bisa menghemat budgetasal kuat saja pada saat mengadon/menguleni bahannya yang tentu saja masih panas karena telah melakukan proses pengukusan kurang lebih selama 20 menit. Belum lagi pencampuran warna dan langsung mencetaknya pada cetakan khusus kue patola ini, dan kemudian kembali dikukus hingga benar-benar matang.
Kalau ane sih mending beli aja daripada bersusah payah membuatnya, disamping harganya juga murah meriah hanya sekitar Rp. 5.000,- agan en sista juga bisa sekalian membantu menglariskan dagangan kue ini dengan artian, ikut berpartisipasi menghidupkan perekonomian penjual kue tradisional agar tetap terus ada sepanjang masa.
Sekian ulasan ane tentang jajanan khas berbuka puasa dengan jajanan kue tradisional yang sudah turun temurun dilestarikan oleh warga Banyuwangi khususnya suku osing, suku asli warga Banyuwangi, tertarik mencobanya? Tunggu hingga petang nanti ya, gan?
volcom77 dan 142 lainnya memberi reputasi
143
7.4K
412
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan