credit: instagram.

Berita tentang bahaya virus corona sepertinya telah meracuni otak banyak warga di negara kita.
Gencarnya pemberitaan tentang penyebaran virus ini, membuat setiap orang menerapkan langkah waspada cenderung ke curiga.

Mereka menjaga diri dan lingkungan secara berlebihan terhadap orang yang divonis positip terkena covid-19. Banyak yang menjadi parno setiap kali mendengar virus ini ada di sekitar lingkungan mereka.

Social distancing yang diubah menjadi psychal distancing oleh WHO adalah bentuk upaya mencegah virus ini berkembang di masyarakat, bukan untuk memutus hubungan sosial dalam masyarakat.

Seperti yang akhir-akhir ini sering kita dengar dan saksikan di pelbagai media massa dan media sosial, masyarakat beramai-ramai menolak jenazah korban covid-19 yang akan dikuburkan di tempat mereka.

Alasannya klasik. Warga tak ingin jenazah itu menularkan virus yang menyebabkannya meninggal dunia. Sungguh miris gansis. Di saat kita harus menguatkan rasa gotong royong dan saling menguatkan dalam memerangi virus ini, di lain sisi malah ada warga yang masih berbuat tercela dan tak menggambarkan sebagai warga Indonesia yang terkenal dengan keramah tamahannya.

Beberapa kali kasus pemakaman jenazah covid 19 mendapat penolakan dari warga. Bahkan ada yang sampai melempari petugas dengan batu dan tongkat. Yang lebih menyedihkan ada salah satu jenazah yang ditolak di beberapa tempat saat akan dikuburkan sebelum benar-benar mendapatkan tempat yang mengizinkan jasadnya beristirahat dengan tenang.

Walau mungkin saja orang-orang itu kurang cerdas menyaring informasi yang diterima, atau memang karena kurang paham, yang akhirnya membuat mereka berbuat seperti itu, tetap saja hal itu tidak dibenarkan karena bertentangan dengan syariat agama.

Sebaiknya masyarakat cepat sadar dan lekas belajar bahwa virus yang sudah dikubur bersama jasad korbannya itu tidak akan menular pada lingkungan di sekitarnya.

credit: yutub

Pihak medis telah memperlakukan dan menangani jenazah sesuai SOP yang ketat di RS sebelum membawanya ke tanah pemakaman. Jadi tidak sembarangan mereka menangani.

Semua tentang standar keamanan dan kebersihan betul-betul diperhatikan dengan detail. Jenazah pun sebelum dikafani terlebih dahulu dibungkus dengan plastik berlapis yang bertujuan agar tidak mudah bocor yang bisa menyebabkan virus keluar.

Setelah rapat kemudian jenazah ditayamumkan lalu diletakkan di peti yang ditutup rapat secara khusus, dan disemprot dengan cairan khusus yang bisa mematikan virus agar selalu terjaga ke-sterilannya.

Saat jenazah sudah berada di dalam ambulan pun disemprot desinfektan kembali sebelum dibawa ke pemakaman. Para petugas yang mengurus dan tempat mengurusnya juga disetrilkan dengan penyemprotan desinfektan setelah menangani jenazah.

Jadi tidak main-main dan tidak sembarangan. Para petugas medis dan RS telah melakukan prosedur yang panjang. Seharusnya kita berterima kasih karena paramedis tak ada lelahnya menjadi garda depan yang menjaga keselamatan kita, bukan malah mempersulit pekerjaannya.

Semoga ke depan tak ada lagi berita tentang penolakan jenasah korban virus corona ini ya gansis. Bagaimana pun kita semua akan ikut berdosa. Bukankah orang yang meninggal akibat wabah/tha'un itu syahid?

Mari bergandeng tangan dan saling menguatkan agar wabah yang menjadi pandemi ini segera pergi dari bumi. Tetaplah berpikir waras dan jangan mudah terprovokasi oleh berita-berita hoax yang bersliweran. Kita harus cerdas dalam menyaring setiap berita yang diterima tentang virus ini.


referensi n

referensi juga