Siapakah dia? Anda punya banyak imajinasi untuk menebaknya. Dia itu jahat, dia rela melakukan apa saja agar mendapat sorot kamera. Dia itu jahat, karena sebenarnya dia tahu apa yang akan terjadi, tapi dia membiarkan itu terjadi. Dia itu jahat, karena dia tidak peduli dengan kesusahan rakyat yang dipimpinnya. Empati dan logikanya sudah mati atau lebih tepat sengaja dimatikan demi sebuah ambisi. Tidak pernah saya jumpai sosok sejahat dan semaniak dia. Bahkan seorang pembunuh bayaran pun, hanya akan mengeksekusi targetnya, bukan seluruh keluarganya.

Dia tahu wilayahnya rawan bencana. Dia juga tidak bodoh-bodoh amat untuk memahami jika air hakikatnya mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Wilayahnya ada di bawah, lintasan air dari atas. Seorang dengan gelar PhD, saya kira tidak bodoh-bodoh amat untuk paham bahwa menyediakan lintasan air yang luas, kuat, bebas hambatan menuju ke tempat paling rendah (laut) adalah keniscayaan untuk mencegah rakyatnya menderita. Tapi dia menafikan semua itu, menepikan logika dan kebenaran, lalu menciptakan pembenaran.

Dengan pongahnya dia membawa nama Rasul SAW. Dengan gagahnya dia menggunakan olah katanya untuk menyihir orang-orang bodoh agar percaya dengan konsepnya. "Adalah sebuah Sunatullah air masuk ke tanah, bukan dialirkan ke laut."Begitu katanya. Apakah ini 100% salah? Tidak! Jika ekosistem dan alam masih murni dan alami, tapi alam wilayah yang dipimpinnya masih alami atau tidak? Kalau tidak, kenapa ngotot memakai program itu? Ibarat sudah tau motong bawang makai samurai itu beresiko, tapi tetap dilakukan juga. Kalau tangannya sendiri yang dipakai gapapa, ini tangan rakyat! Yang terluka dan menderita, ya rakyat!

Selain jahat, dia juga tidak punya malu dan bebal! Ketika pejabat pusat memberi solusi, dia dengan pongahnya mengajak berdebat. Hey, rakyat mu apa akan kenyang dengan berdebat? Bencana hilang kalau kamu menang debat? Harta triliunan akan kembali saat kamu dengan gagah berolah kata saat debat? Jujur, saya tidak menemukan kata yang tepat untuk memaki orang jahat satu ini. Maaf saja dia sudah tidak ada harganya di mata saya. Ga tau di mata anda, mungkin senilai emas permata.

Dia dan tim nya dengan pongah mengatakan konsep naturalisasi adalah solusi. Sekarang saya bertanya, sampai di mana konsep itu sudah dijalankan dan apa hasilnya setelah dua tahun dia duduk di singgasana? Banjir besar? Ah, masih banyak kambing hitam. Salahkan saja curah hujan dari Allah SWT yang tinggi. Allah gimana sih, masak seiman masih saja dikasih azab? Eh maaf, azab itu hanya berlaku untuk Ahok, begitu kata pemuka agama KW dari Jabar sana. Kalau buat yang seiman namanya cobaan. Siapa kamu sampai Allah perlu mencoba mu dengan kesengsaraan?

Cukup? Tidak! Dengan laga kayak badut mulut manisnya bilang, anak-anak happy karena ada banjir, bisa berenang! Asli, jika ini keluar dari mulut orang yang tidak pernah sekolah, saya bisa sedikit memaklumi. Dia tidak tahu apa itu leptospirosis (betulkan kalau salah). Tapi ini keluar dari mulut seorang PhD! Mantan rektor pula! Lalu apa kata yang pas untuk ucapannya itu?

Kalau sudah begini rakyat yang dipimpin nya bisa apa? Kalau yang otaknya jalan, jelas akan melakukan aksi yang selaras dengan akal sehat. Tapi bagi yang otaknya dilaminating entah untuk apa, ya akan membela mati-matian junjungannya itu. Semua demi apa sih? Sampai menolak saran masuk akal dan nalar? Suka tidak suka, diakui atau tidak diakui, demi ambisi pribadi. Apa? Jadi presiden. Laku yang kayak gini? Di Jateng, jelas tidak akan laku! Bahkan jika ada banjir besar dan dia ngomong seperti ini, tonjokan ke mulut yang akan beraksi.

Ah, kehidupan. Mungkin benar inilah tanda dari akhir zaman. Di mana orang bodoh dan tidak bisa kerja diangkat dan dijunjung untuk mewakili urusan suatu kaum. Wahai saudara ku yang sedang kebanjiran, tetaplah kuat, dan semoga akal sehat kalian jalan. Bahwa politik ayat dan mayat hanya akan menghasilkan orang jahat!




Merdeka!