az.freakAvatar border
TS
az.freak
Kerja Boleh, Lupa Bahagia Jangan



Berawal dari sebuah postingan dari faldyrzk mengenai bagaimana rutinitas pekerja kantoran di Jakarta yang ternyata banyak dari mereka berdomisili di daerah penyangga ibu kota seperti Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang. 






Saya pun beberapa waktu lalu sempat berpikir dan berandai-andai kepada teman saya terkait keinginan bekerja di masa mendatang. Saya pribadi yang tinggal di Jakarta merasa ingin sekali bekerja jauh di luar Jakarta karena melihat bagaimana situasi Jakarta yang serba ada saat ini justru bisa membuat manusianya lupa akan hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.

Bekerja di gedung mewah di kawasan elit dengan gaji di atas rata-rata tentu menjadi dambaan banyak orang, terlebih dengan berbagai macam sarana penunjang yang membuat siapa saja yang bekerja di sana merasa sangat nyaman. Kita lihat saja, begitu banyak design dari kantor startup di Indonesia yang menyuguhkan berbagai fasilitas menarik agar karyawannya bisa lebih nyaman berada di kantor sebab mereka tahu bagaimana perjuangan karyawannya untuk bisa sampai ke kantor.



Namun apakah semua itu bisa menutupi dan memunculkan hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya di hidup kita? Saya rasa tidak juga, itu hanya sebatas ilusi material semata. Memang benar ada anggapan bahwa "jika kita ingin bahagia kelak maka bekerjalah dengan keras". Namun bagi saya, keras di sini harusnya jangan sampai disalah-artikan, kita seharusnya bisa lebih kerja cerdas bukan hanya kerja keras.

Sudah menjadi kebiasaan para karyawan di Jakarta yang berdomisili di daerah penyangga dalam melakukan perjalanan kerja yang heroik, dari mulai bangun sebelum subuh bahkan ada yang harus solat di gerbong kereta demi bisa berangkat dengan jadwal kereta yang paling cepat atau agar bisa sampai pukul 8 di kantor. Itu sudah menjadi rutinitas bagi para anak kereta. Bekerja selama kurang lebih 8 jam sehari ditambah durasi perjalanan yang tak singkat membuat mereka sangat sedikit berada lama di rumah sebab waktunya habis diperjalanan.




Ada pula para wanita-wanita tangguh yang sejak di rumah sudah berdandan rapi dan wangi namun di perjalananan kereta harus rela berdesakan, didorong, disenggol hingga baju dan rambut tak karuan, al hasil harus kembali merias diri setibanya di kantor. Ada pula seorang ibu yang rela menitipkan anak kecilnya kepada sang ibu atau mertuanya, bahkan tak sempat menyiapkan sarapan untuk si buah hati demi bisa sampai di kantor pagi hari dan ketika pulang sang anak sudah terlelap.

Saya sendiri pernah merasakan hal tersebut. Waktu itu harus berangkat dari bogor menuju kuningan dan harus sampai di kantor pukul 7, maka dengan semangat membara bangun sebelum subuh, lanjut berangkat ke stasiun selesai solat, sampai di stasiun Tebet sudah terang dan berpolusi, dan sesampainya di kantor rambut jadi berantakan. Kerja keras memang penting namun kerja cerdas adalah keharusan.



Lantas apa solusinya?



Disini saya tak bisa menawarkan solusi sebab itu adalah kewenangan yang lain. namun alangkah baiknya jika kita bisa bekerja di kota atau di tempat yang dekat dengan domisili kita. Ya, memang kadang keadaan yang kita harapkan tak sesuai dengan realita. Hal ini karena adanya kesenjangan antar kota, yang mana Jakarta lebih banyak perkantoran, sementara daerah lain lebih banyak pemukiman. Generasi milenial yang bekerja di Jakarta tentu akan lebih memilih untuk membeli rumah di daerah penyangga dengan harga yang terjangkau walau harus kerja keras ke Jakarta.

Namun jika seperti itu, apakah kita bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya?

Spoiler for Bonus:




Semoga kita bisa menemukan
hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.

anasabila
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 22 lainnya memberi reputasi
23
11.7K
105
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan