Sebagaimana kita mafhum, jarak gugusan kepulauan di Asia Tenggara menuju Timur Tengah sangat jauh. Dikisahkan perjalanan haji pada masa lampau, ketika masih menggunakan kapal, bisa berbulan-bulan.

Sebelum haji, para pelaut kita sudah berlayar menyeberang samudera untuk berdagang. Mulai ke India atau daratan Timur Tengah, bahkan mungkin sampai Afrika Timur, komoditas asli Indonesia sudah diperjualbelikan. Di antara komoditas tersebut adalah cendana, lada hitam, cengkeh, jahe dan kapur. Dua komoditas terakhir bahkan disebut dalam al-Quran.



Tanaman kapur barus merupakan tanaman khas gugusan nusantara barat sampai selatan dataran China. Menurut M. Yamin, kapur barus sudah diperdagangkan sejak 6000-an tahun lalu. Tanaman ini memiliki banyak kegunaan yang disukai oleh orang-orang Arab dulu, terutama sebagai manisan. Tidak hanya itu, dalam proses pembalseman mumi-mumi Firaun, kapur barus merupakan komponen penting yang tidak boleh dilupakan.

Untuk jahe, tanaman ini sangat khas ditemukan di gugusan nusantara. Melalui pasar-pasar di India, jahe diperkenalkan ke Timur Tengah, Afrika bahkan hingga Eropa. Ptolemy, salah satu geografer pertama, bahkan mengenal tanaman ini. Rasanya yang hangat, digunakan untuk kuliner maupun obat-obatan, tak terkecuali oleh Nabi Muhammad yang menyukainya.

Ini sangat menarik, karena deskripsi tentang kedua komoditas tersebut sangat positif, minuman surga. Mungkin bisa kita pahami secara literal, maupun tidak, terserah kita. Tapi keragaman rasa yang ada di Indonesia setidaknya sudah diakui oleh Quran dengan sifat yang luar biasa: surgawi.

Perjalanan panjang komoditas tersebut untuk sampai ke dataran Timur Tengah bahkan menembus Eropa menunjukkan bahwa sejak awal sekali, produk-produk yang tumbuh di tanah nan subur ini disukai oleh dunia. Sayangnya, kini produk rempah kita kalah dengan India. Negara Bollywood ini menguasai 75% dari pasar rempah dunia. Ada satu kutipan dari Frank Herbert yang tak perlu kita pahami tapi menarik jika kita renungi: He who controls the spice controls the universe.

Saya tutup tulisan ringan ini dengan ajakan: yuk minum wedang jahe bareng