Tentu kita percaya bila preman kakap banyak pengikutnya. Melakukan profesi yang membahayakan jiwa memang sulit dilakukan sendiri. Solidaritas diantara preman mudah tetjalin, kawanan preman bisa menghasilkan lebih banyak sasaran dan juga semakin ditakuti, sebagaimana tujuan awalnya

Koruptor pun demikian, korupsi berjamaah, korupsi yang terorganisir, sudah bagaikan bagian dari keseharian dan penyakit negara kita. Dari level pungutan kecil-kecilan di kelurahan hingga di jalanan, hingga menggasak duit negara yang mencapai triliunan, dikantor pemetintah dan di gedung dewan.




Itu sebabnya, koruptor juga memiliki pengikut. Sebab dengan uang banyak yang dikuasainya -koruptor bisa mengubah nasib orang. Gembel dan pengangguran bisa jadi pegawai kantoran. Pegawai kantoran bisa mudah melesat dan membeli jabatan. Mereka yang ada di "pos kering" bisa pindah ke "pos basah" dengan bantuan uang sogokan. Orang-orang yang merasa pernah terbantu dan terangkat nasibnya lalu menggadaikan jiwanya. Maju tak gentar membela kotuptor.




Disisi lain, koruptor kakap juga bisa mengubah penampilan. Berdandan memperlihatkan wajah mulia, suci, anggun, terkesan tak berdosa dan menjadi korban yang terdzalimi, bukan penjahat duit negara yang sudah mendzalimi orang miskin yang seharusnya diangkat martabatnya olehnya.

Maka tak heran ketika koruptor ditangkap, ditahan dan diadili, masih banyak yang membelanya, mengelu-elukan dan menghormatinya.