inase301Avatar border
TS
inase301
Kenangan Sahabat yang Tak Terlupakan



Sudah sewindu berlalu, namun kenangan di masa lampau itu masih saja menghantuiku. Pukul delapan malam di Sabtu itu, awal mula semuanya berakhir. Aku kehilangan sahabat terbaikku.

 

**



Aku adalah siswa kelas 11 yang bersekolah di salah satu SMA Negeri di Kota Kediri. Sejak SMP aku aktif mengikuti kegiatan Pramuka. Hingga di SMA saat ini pun aku aktif di kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang diwajibkan diikuti oleh seluruh siswa di SMAku. Setiap Kamis sore, aku dan teman-temanku aktif di kegiatan Pramuka ini.  

 

Besok kita akan dilantik, yeaay!”, ucap Kahfi, sahabat sekelasku yang juga merupakan Ketua Regu Sangga Pramuka di sekolahku.

Iya ya, akhirnya! Aku jadi gak sabar buat besok”, sahutku dengan penuh semangat.

Begitulah obrolanku dengan Kahfi, sepulang sekolah. Setelah sekian lama akhirnya tiba saatnya bagiku dan teman-temanku untuk mengikuti Pelantikan Penegak Bantara. Pelantikan Penegak Bantara adalah pelantikan dan pengukuhan seorang Pramuka yang telah menyelesaikan Syarat-Syarat Kecakapan Umum (SKU) Pramuka Penegak sehingga berhak menggunakan Tanda Kecakapan Umum (TKU).

Pak ketu, jadi barang bawaan kelompok apa saja yang harus aku bawa?“, tanyaku pada Kahfi.

Hmm apa yaa?! Oh iya, di rumah kamu punya lampu badai gak?”, ujar Kahfi.

apaan tuh, lampu badai?”, sahutku bingung.

itu loh lampu yang biasanya digunakan oleh orang jaman dulu, yang menggunakan minyak tanah”, Kahfi jawab dengan tenang.

Ooh itu, kalau itu sih aku ada. oke deh aku aja ya yang bawa besok” , aku mengiyakan.

oke deh kalau gitu, kamu bawa ya! Jangan lupa lho!”, penutup obrolanku dengan Kahfi sepulang sekolah. Sesudah obrolan singkat itu kami bergegas pulang menuju ke rumah masing-masing karena harus mempersiapkan segala hal untuk esok hari. 

Sesampainya di rumah aku pun langsung mempersiapkan barang bawaan pribadi dan juga barang bawaan kelompok yang akan dibawa untuk pelantikan esok hari, termasuk lampu badai yang harus kubawa untuk barang bawaan kelompok.  Setelah semuanya, aku langsung beristirahat karena tak ingin kehilangan semangat untuk esok hari.

Baru saja kurebahkan badanku untuk beristirahat, tiba-tiba kudapati ponselku berdering. Ah, Kahfi menelfonku. Seketika kuangkat telfonnya, ku dengar suara sahabatku itu

Hoi le, belum tidur kamu?”, tanya Kahfi

Apa sih kau ganggu aja, aku baru selesai beres-beres nih baru aja mau istirahat. Ada apa nih tumben banget kamu nelfon kayak gini? Oh iya tenang aja kok lampunya udah aku siapin juga”, timpalku sambil terheran-heran.

Bagus deh kalau gitu. Udah aman semua kan? Semangat ya buat besok, aku yakin kita bisa kalau kita kerjain bareng-bareng! Makasih juga ya le, kamu itu sahabat aku yang terbaik deh!” Yaudah deh, selamat tidur ya, sampai jumpa besok. Jangan telat ya dahh!”, seketika telfon dari Kahfi terputus.

Aneh banget ni anak, gumamku dalam hati. Aku sama sekali tak berpikiran apapun dengan tingkah Kahfi yang tiba-tiba berbeda tak seperti biasanya.  Ah, bodo amat pikirku. Akhirnya kusimpan ponselku dan bergegas untuk segera tidur.

**

Esok paginya aku bangun sangat pagi sekali. Dengan penuh semangat aku bersiap untuk segera menuju lokasi pelantikan berlangsung. Lokasi pelantikan ini diadakan di lapangan kwartir cabang yang berada di kotaku. Dengan menggunakan sepeda kesayanganku aku segera berangkat menujutempat acara berlangsung. Setibanya di sana, kusimpan sepedaku dan segera menuju lapangan untuk melaksanakan apel pagi. Kegiatan tersebut menjadi kegiatan pembuka acara pelantikan tersebut.



Setelah acara apel pagi selesai, aku berkumpul dengan sanggaku untuk mengecek barang bawaan dan melaporkan barang bawaan kami ke pemandu. Astaga, aku pun baru teringat. Sepulang sekolah kemarin saat menuju ke rumah aku bertemu dengan Datris. Datris adalah teman sekelasku juga yang satu  sangga denganku.  Ia memintaku untuk membawakan bendera semapur miliknya yang tak sengaja terbawa olehku pada saat latihan di tempo hari dan aku lupa membawanya. Matilah aku.

Le, benderaku mana?”, tanya Datris.

Hmm anu, gimana ya. Maaf banget ya tapi aku lupa bawanya”, ucapku sambil menundukkan kepala.

Tampak kekecawaan pada muka Datris ketika mendengar hal tersebut dan sudah pasti dengan tidak ada barang bawaan tersebut sangga kami sewaktu-waktu bisa mendapatkan hukuman dari kakak pemandu.
Kahfi yang mendengar hal tersebut langsung datang menghampiri kami, seraya berkata
Udah tenang aja, gak apa-apa kok. Kita hadapi ini semua bersama, tenang ya”, ujar Kahfi yang segera berlalu untuk melaporkan hal tersebut pada kakak pemandu kami.

Setelah pengecekan selesai, kegiatan selanjutnya pun berlanjut. Untungnya kelompok kami tidak mendapat hukuman akibat tak lengkapnya barang bawaan kami. Hari Sabtu itu terasa begitu lama sekali, karena aku dan kawan-kawanku hanya duduk mendengarkan pemateri menyampaikan materi di Gedung aula kwarcab. Dengan terkantuk-kantuk aku mendengarkan materi yang disampaikan mengenai kepramukaan. Berbeda dengan Kahfi yang tampak semangat dan antusias mendengarkan materi yang disampaikan. Kahfi yang fokus memerhatikan tiba-tiba kaget ketika badanku tak sengaja bersandar di bahunya karena saking ngantuknya.

Haduh kamu ini bukannya dengerin malah tidur! Bangun hey!”, ucap Kahfi setengah berbisik

Hoaam aduh aku ngantuk banget tau!”, jawabku sambil menguap

Kamu ini yaa bukannya semangat, semangat dong ini kan lagi mau dilantik. Masa kamu malas-malasan gitu.”, sahut Kahfi dengan tampak kesal.  

Iya ya deh, fokus nih..”, jawabku singkat sambil berusaha menghilangkan rasa kantuk yang perlahan mulai hilang karena disemprot Kahfi.

Setelah penyampaian materi yang cukup lama tibalah saatnya untuk beristirahat, sholat dan makan terlebih dahulu. Huft hari yang cukup panjang dan melelahkan. Rasanya aku ingin langsung dilantik saja. Pelantikan baru akan dilakukan pada hari Minggu. Tapi aku harus sabar karena masih setengah jalan, masih ada malam ini yang harus aku lalui.

Mendengarkan materi dan istirahat pun telah terlalui. Selanjutnya kami pun diberi arahan untuk mengumpulkan kayu bakar yang kami bawa untuk acara malam keakbaraban di lapangan kwarcab. Aku bersama Kahfi pun bahu membahu membawa kayu bakar yang telah kami siapkan.

Pasti malam ini akan sangat menyenangkan! Iya gak?”, ucap Kahfi yang terengah-engah karena membawa tumpukan kayu yang cukup banyak.
Iya dong, api unggun gitu!Seru banget sih”, jawabku.
Yoi, semoga aja ya le”, sahut Kahfi.
 
**


Malam hari pun tiba. Acara api unggun dimulai pukul 20.00. Nampak banyak sekali orang yang sudah mulai berkumpul untuk mengikuti acara api unggun ini. Baru saja api dinyalakan dan acara api unggun dibuka, tiba-tiba…




 
Alam berbicara lain, malam itu terasa berbeda dengan malam sebelumnya. Angin berhembus dengan kencangnya dan langit yang awalnya cerah seketika berubah menjadi gelap total dan nampak kilat saling bersahutan silih berganti. Hujan pun tidak dihindarkan dan kami semua yang berkumpul di lapangan berhamburan menuju tenda sangga masing masing. Tampak Kahfi yang khawatir dan memastikan seluruh anggota kelompok kami untuk segera masuk ke tenda. Setelah memastikan semuanya aman, ia pun bergegas kembali ke tenda.

Hujan yang turun pun semakin lebat, air yang masuk ke tenda kami pun semakin tinggi. Tenda kami pun kebanjiran. Penerangan di tenda kami pun mati total. Cahaya yang tersisa di malam itu mungkin hanya berasal dari headlampyang terpasang di kepalaku. Tidak mungkin bagi kami untuk terus tinggal di dalam tenda. Terdengar instruksi dari kakak pemandu kami untuk segera ke luar dari tenda dan mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Aku bersama anggota sanggaku yang lain segera bergegas keluar. Lalu kuingat, Kahfi. Ia nampak tak ada.

 “Kahfi! Kahfi! Kamu dimana?! Kahfi?!!!”, teriakku mencari Kahfi di sekitar tenda. Tak kudapati Kahfi.

Le le.. aku di sini le..tolong”, terdengar samar-samar suara Kahfi namun tak kudapati jua batang hidungnya. Entah dimana.

Sementara terdengar bunyi sirine yang menandakan bahwa air semakin tinggi.

Fi.. Kahfi, ayo cepat lari”, ucapku dengan suara terbata-bata karena air mata yg perlahan menetes di pipiku.

Le..le..”, suara Kahfi yang kudengar terakhir kalinya.

Kahfi menghilang. Tak kutemukan ia di sudut mana pun. Aku pasrah. Aku pun terus berlari mengikuti arahan kakak pemandu untuk pergi ke tempat yang aman.

Kahfi menghilang, yang kutemukan hanya lampu badai milikku. Berdiri tegak di sudut tenda itu, yang harus kubawa sesuai permintaan Kahfi.
 
**

Pelantikan yang sebelumnya menjadi yang kutunggu-kutunggu sejak lama menjadi hal yang tak pernah kuingini. Pelantikan yang tak pernah jadi. Hingga Kahfi pun pergi, dan tak ada Kahfi yang dilantik. Begitu pula aku.
 

Diubah oleh inase301 27-08-2019 14:45
gerardarthur
kecauw
anasabila
anasabila dan 6 lainnya memberi reputasi
7
455
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan