Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

delia.adelAvatar border
TS
delia.adel
Keadilan Yang Tersihir Mati
Spoiler for screenshot Google:




SALAM PAGI INDONESIAKU

Karya Abigail Tartov (Delia.Adel)

Entah kenapa aku semakin cemas, pada jarak rapalan nada, mimpi-mimpi harus di tumbangkan. Sedari mata mengetahui arti sebuah kehidupan, hingga waktu membentuk tubuh ibu-ibu puisi, tetap saja benak ini penuh pertikaian. Antara si penguasa lahan hingga si buta kebodohan. Malangnya edisi ini hanya ada dalam ruang-ruang bagian badan, yang mana masih satu kerangka tulang.

Kemudian kita saling bertikai, menyembunyikan ingin, bahkan melenyapkan hangat bercampur dengan racun. Padahal masih satu darah. Rumit berbenah samping, hingga jumlah belukar makin padat dan sulit untuk di netralisirkan.

Duhai lubuk yang mencintai tanah negeri. Jangan berpura-pura damai kemudian mengguncang panggung yang tak pernah merasakan sejahtera.

Wajah-wajah licinmu itu, duka kami. Sepanjang jalan menuju sesuatu yang bisa di katakan kalimat akhir dari perjalanan panjang yang terlampau sia-sia.

Cobalah gunakan ruang-ruang dingin itu, sebagai bentuk syukur, atas upaya sedikitnya kemenangan. Walau cara pembuatan kursi itu memeras banyak keringat dan kedalaman konspirasi.

Sungguh! Kecemasan ini merumuskan masa depan. Tentang bagaimana hari esok tersenyum pada punggung-punggung yang telah lelah mengharapkan tak berujung, sekian lama meratap panjang nihil solusi.

Selamat pagi air mata! Dan kita masih mengubur hasrat ketenangan dalam jiwa yang terkunci ketololan.

Oh Jakarta, juga Sabang sampai Merauke, sapalah kebangkitan bangsa jika pagi ini selesai kau bubuhi kemampuan.

Spoiler for screenshot Google:


LANGIT YANG MERDEKA

Hai biru! Mengapa selalu bisa merdeka, atas awan-awan hitam? Dia itu, yang membuat penghuni bumi terkadang ramai bersuara.

Entah menangisi
Memaki
Merenungi
Atau menganugerahi

Yang kudengar jelas hanya satu musim edisi teriakan. Atas napas dan pembentukan yang tidak seharusnya terjadi.

Cukup katakan kepada awan bahwa ketidakadilan ini hanyalah Sisa usia zaman, demi melipat dirinya kepada kerangka yang mulai menua oleh catatan jejak-jejak keserakahan. Tetapi hanya menjadi pertanyaan tanpa jawaban terpasti.

Ini memang sudah tidak seimbang, kawan. Rencana-rencana buyar berhamburan ke atas langit dan membentuk hitam dan hitam. Ramah yang memberontak dari perkebunan yang lupa sebuah warna hijau. Ya inilah negeri di bawah kesadaran, dengan keburaman yang merata. Tanah-tanah ini masih menangis bersama celah-celah dingin di jalan setapak. Di mana hanya raja yang hanya tersenyum, penuh intuisi dan angka-angka kemakmuran diri.

Sedang di bawah langit masih banyak isakan. Memohonkan hujan selesai dan mewarnai hari dengan pergantian yang seharusnya, sesuai alam dan kesinambungan.

Barat ini sakit dari Timor. Sedangkan Utara hanya memaksa selatan untuk mengikuti jejak-jejak petualang kesurupan. Sedangkan langit masih merdeka dengan kuasa yang diinginkan.

Sungguh menakjubkan yang sempurna bukan?

Spoiler for screenshot Google:


DI SESAKI ANGKA-ANGKA KOTOR

Tembang seriosa, indahnya hanya kaum borjois yang memahami arti sebuah nada. Pribumi hanya tertidur dalam hitungan nada kedua.

Perempuan-perempuan paruh baya telanjang kaki, memintaku untuk berjejeran. Mengantri kepada percakapan singkat yang tak mampu dipahami mendung. Kemudian menghitung dari nada DO hingga kembali ke nada DO' tertinggi.

Dan di lukiskan sejarah meja-meja timbangan, sedari nominal nol enam hingga tak terbilang. Dasar yang angkuh, kami hanya bisa menatap hampa keadilan atas keadilan. Sumbangsih pemikiran yang matang akan kebutuhan perut-perut buncit.

Cambuk perintah mulai terdengar, ratusan ponsel berdesak-desakan. Membunuhi para hati nurani polos yang hijaunya penuh dengan kebodohan.

Di garis ini kenangan mengetuk pintu. Alunan musik bergema. Kupu-kupu terbang, ternyata dirinya sudah tak lagi berakal. Pada tirai gorden biru, tangis berjatuhan. Angka-angka sekali lagi memenuhi permukaan. Embun-embun timbul semakin banyak tetapi begitu cepat lepas oleh matahari yang menyengat lebih cepat.

Duhai alam, mereka mulai hilang adat. Kemanakah harus mengisi formulir pendaftaran terbaru, sedangkan mata-mata itu telah buta, oleh tokoh yang semakin meningkat.

Hai lihatlah! Angka pendosa tersenyum manis. Inilah semesta yang kutiduri dengan jenis kebodohan akut.

Jakarta, 7 Mei 2019.

Richy211
darmawati040
swiitdebby
swiitdebby dan 14 lainnya memberi reputasi
15
5.1K
211
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan