Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

erie2904Avatar border
TS
erie2904
Diary Usang Kematian yang Harus Dikenang


sumber gambar : pixabay. com



Panggil saja aku Lisa,emoticon-Big Kisssebab nama panjangku terlalu indah untuk dituliskan. Bukan! Aku bukan Lisa Black Pink kok, mungkin aku Lisa yang Black Black, sabab kisah percintaanku selalu gelap. Aku orang yang sangat care sama kawan. Apalagi jika yang bernama sahabat. Aku orang yang tidak mudah menjatuhkan hati untuk sekadar ingin merasakan yang kata orang-orang bahwa jika merasakannya berjuta indahnya. Ya … benar sekali, merasakan jatuh cinta.

Ah! Kurasa tidak juga. Semua keindahan tergantung bagaimana kita cara menyikapinya dari setiap kejadian untuk menjadi selalu bersyukur dan terus belajar menjadi seseorang yang jauh lebih baik. Agar tidak menjadi Lisa Black Black selamanya. Ya … memang harus demikian bukan? Untuk bisa mencapai kebahagiaan itu.

Okay langsung saja gaes penulis ingin menceritakannya dengan rinci tanpa acak. Sebab sudah terlalu gelap kisah percintaanku jika harus membuat pembaca semua menerka atau menebak-nebak. Lagipula ini penulisnya masih pemula kok. Kasihan sang penulis jika harus menulis yang berat-berat hanya untuk menceritakan kisah cintaku yang gelap ini.

Tolong dibaca ya gaes, jangan sekadar kasih cendol doang. Kasihan penulisnya butuh krisan. Pasalnya sih penulisnya ini sedang belajar menjadi penulis yang biar katanya dikatain penulis sungguhan.

Aamiinin jamaah aja dulu ya gaes. Biar lekas diijabah. Okay ditunggu krisannya, yang pedes juga tidak mengapa, biar makin lezat tulisannya. Okay langsung meluncur ya gaes.



***


Siang hari di keramaian toserba

“Lisa!”
“Hey... Mba Lisa!"
“Mba kenal dia kan...”

Saut Rini di keramaian toserba lantai dua. Tepatnya di meja makan yang riang, membuat seorang Lisa tak bisa berkata sepatah kata pun saat karibnya menegur, yang dia rasakan mungkin deguban jantung yang sudah lama tidak ia rasakan setelah menghunjam. Melihat seorang pemuda di hadapannya yang sedang menatap tajam semburat cahaya hangat di matanya.

Mungkinkah jatuh cinta pandangan pertama dengan seorang pemuda yang berhadapan di depannya itu, yang hanya berjarak meja makan, membuat Lisa seakan tak menghiraukan Rini ngomong panjang lebar.

“Kenal kan Mba...”
“Hey... Mba kenapa sih!”
“Enggak papa kok Rin, yaudah lanjutin aja makannya” saut Lisa kalem.

“Mba kenal berapa lama sama Ridho?”
“Oh... Ridho namanya” jawab Lisa santai
“Nah loh, bukannya Mba udah saling mengenal?”

“Ngomong apa sih Rin, Mba gak ngerti”
“Ini Ridho masa ga kenal sih!”

mencoba menjelaskan dengan nada lirih bahwa Ridho mantan kekasih sahabatnya


Garpu yang tadinya lincah menggulung mie berhenti seketika, ada sesuatu yang terbesit dalam hati

“Ma-mak-su-sud kamu Rin?” nada lirih terbata-bata

“Ah! Mba ini pura-pura gak ngerti aja”

Rini mengira Lisa mengetahui hal ini. Padahal tidak sama sekali. Selama ini Lisa hanya tahu nama Ridho mantan kekasih sahabatnya yang selalu sahabatnya ceritakan kepada Lisa, tanpa pernah memberitahu wajahnya Ridho meski hanya sebuah foto.

“Yaudah enggak usah di bahas kali Rin!”
nada tegas tiba-tiba memelas

“Mba ke toilet dulu yah Rin”



***



Dalam gemericik air di toilet Lisa bergumam dalam hati yang hampir memanaskan matanya ingin mengeluarka sesuatu cairan yang hangat

“Ya Allah kenapa pria yang barusan menatapku dengan tajam, hingga menusuk relung jiwa yang kian bangkit, aku harus segera tahu mengetahui bahwa ia bukan yang Engkau Ridhoi.

Tidak bisakah aku merasakannya lebih lama, jiwaku bangkit sebelum aku tahu Ridho yang barusan bukanlah Ridho yang pernah menjalin kisah bersama sahabatku”

Ketika di wastafel mata pun berembun seketika, yang tepat menatapnya seakan menarik perhatian sekitar. Hingga tak terasa mengalir begitu saja.

“Ah! sudahlah ini hanya perasaan yang salah, toh baru ketemu kali pertama ini”
gumam Lisa dalam hati.

“Tapi kenapa aku nangis?”
Bertanya-tanya pada diri sendiri, mungkin terbawa suasana aja kali yah? dengan kisah cintanya Hana sama Ridho.

“Iyah ini mungkin” mencoba menenangkan diri sambil mengusap butiran lembut di pipinya dengan spon bedak agar tak terlihat kalau tadi ada serangan gerimis mengudang tiba-tiba.



***



Sepekan setelah kejadian itu. Ridho menanyakan semua hal tentang Lisa dari mulai keluarga, sekolah, sampai semua akun sosial media yang Lisa punya dia tanyakan kepada Rini.

Tiga bulan berlalu, setelah Lisa sering chatting sama Ridho, begitu antusias Ridho langsung saja mengutarakan perasaannya kepada Lisa, dan Rini terlihat bahagia dengan kedekatan Lisa sama Ridho, meski Lisa menanggapinya dengan biasa saja, tapi katanya Ridho berharap Lisa membalas perasaannya itu.

Meski Rini tahu apa yang sebenarnya ada dipikiran Lisa, dia tetap mensuport Lisa untuk bisa menerima Ridho, karena Rini sangat tahu betul kejadian masalalunya Ridho, saat Ridho memadu kasih bersama sahabatnya Lisa pun sudah bertahun-tahun lamanya.

“Tak ada yang sempurna kok Mba, semua orang punya masa lalu” mencoba merayu ala Rini sambil menepuk halus bahu Lisa

“Tapi ini beda Rin!”

“Mba... percaya sama Rini, Hana pasti mengerti posisi Mba, begitupun sebaliknya jika Hana di posisi Mba sekarang mungkin akan melakukan hal yang sama”

“Hana tidak akan pernah melakukan itu!” jawab Lisa tegas

“Aku tahu banget Ridho Mba, dia tulus, dia sangat mencintai Mba, dan dia ga pernah main-main kalau suka sama seseorang. Selama ini dia sudah cukup sabar menunggu Mba. Aku gak tahu gimana marahnya Ridho kalau mba terus-terusan kaya gini!”

“Ter-se-raah” jawab Lisa menggerutu lirih.



***



Melihat wajah polos sahabatku tak tega rasanya jika aku mengatakan bahwa sesungguhnya aku merasakan kasmaran kepada seseorang yang selalu ia bicarakan kepadaku dengan sendu saat ia merindu. Tiap kata yang tulus saat kita hendak memejamkan mata kala malam kian membisu, serta angin yang menelisik hingga relung kalbu.


Rasanya akulah yang terjahat di dunia ini, jika aku bersama Lelaki terkasihnya itu. Sedang aku tiap malam selalu tahu apa yang ia rasa disetiap rindu yang ragu dalam kelu. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ampuni aku yang tak bisa berkata jujur apa yang di rasa dalam balik angan yang selalu ku sembunyikan. Sebuah rasa yang sama seperti saudariku.


Jadikan apa yang bergetar di dada saat aku tak bisa menahan embun di sudut mataku, saat aku ingin mengatakan yang sebenarnya aku sungguh tak mampu. Hanya bisa menggenggam tangan dan menggigit bibir, bawah tak ada butiran yang jatuh meski tersembunyi dalam hangatnya selimut berkelambu. Saat saudariku cerita dengan riangnya apa yang ia rasa dulu pada masa menjadi kekasihnya Ridho. Sungguh kian tak tega melihatnya, jika aku harus berkata dengan lantang bahwa aku

“Mencintainya”

Lantas bagaimana dengan perasaan yang tak terbendung yang Lisa rasakan?


“Ah sudahlah ini akan baik-baik saja, sebelum semua benih itu aku tanam lalu disirami setiap harinya lebih baik aku menyirnakannya dengan tulus. Segenap rasa yang kumiliki biarlah menjadi benih yang tak akan berbunga biarlah menjadi benih selamanya”

Saut pembelaan hatiku yang paling dalam hingga tak terasa butiran lembut pun membasahi selimut yang tebal dan bergegas memejamkan mata di kesunyian terakhir malam yang kian mengundang ayam untuk berkokok menunggu pagi yang bisu.



***



“Hana!”

Lamunanku tersentak begitu mendengar suara adzan subuh. Subhanallah hanya mimpi, ini takkan terjadi, aku tak mungkin menyakitinya. Aku lebih dulu mengenalnya di banding Ridho.
Kuuntai doa panjang lebar dalam seperempat malam terakhir yang kian menyambut mentari terbit.

“Kepadamu sahabatku; bukan maksud merebut seseorang yang pernah menggapai angan kamu hingga ke nirwana, aku hanya ingin mengungkapkan apa yang bergetar saat pertama kali jumpa, aku melihat lelaki yang pernah jadi terkasih dimatamu itu. Bahwa aku jatuh hati kepadanya.

Perlu kamu ketahui rasa itu lebih dulu menjadi benih yang bersemayam di kenihilan hati yang akan tumbuh dan semerbak di hati kecilku, namun sebelum aku mengetahui bahwa lelaki yang akan menjadi kekasihku adalah seseorang yang pernah menjadi lelaki terkasih di masalalumu. Aku apa daya, tak bisa menjadikan benih itu tumbuh dan terus tumbuh menjadi bunga seperti yang ia harapkan jua”

“Kepadamu yang belum sempat aku miliki, tak usah berfikir; bahwa aku sejahat yang kau kira, meski nyatanya sedemikian rupa. Yakinkan hatimu jika kau benar mencintaiku, pejamkan matamu rasakan bisik sanubari yang tak bisa kuungkap bahwa aku pun demikian adanya”

“Kepadamu yang belum sempat aku miliki, jika kau merindukanku; rasakan tiap hembus napasmu, bahwa aku ada disetiap detik saat kau memanggil namaku, meski aku tak benar-benar ada di sampingmu saat itu. Yakinlah akupun merindu, dan merasakan hangatnya butiran lembut yang kau jatuhkan disetiap sujud dalam doamu, akupun mendengarnya lewat nanarnya hatimu pada saat itu”

“Kepadamu yang belum sempat aku miliki; maaf segala ucap yang pernah aku anggap bualan belaka yang tak nyata, tapi percayalah lain di hati yang suci setelah menghunjam akupun percaya dan sungguh aku bahagia mendengarnya”

“Kepadamu yang belum sempat aku miliki; dengan sepenuh hati sungguh aku ingin meminta beribu maaf atas ketidakjujuranku atas apa yang kurasa dengan begitu nyata tapi aku selalu menyela. Maaf”

“Kepadamu yang belum sempat aku miliki; masih banyak guratan hati yang harus ku ungkap. Namun lebih baik kusimpan rapih dalam teduhnya hati, agar kau pun tak tahu apa yang sebenarnya aku rasa lebih dari nanarnya hatimu kala itu. Bila memang kita tak akan pernah jadi satu dalam Ridho-Nya yang tak seRidho namamu”.


Namun, biarlah kita sama-sama tahu apa yang bergetar di dada ini. Saat kita saling memancarkan benih yang dinamakan cinta yang tak terungkap. Biarlah angin di senja yang kian menyala menjadi saksi saat kita saling merindu, yang tak akan pernah menjadi satu, kenangan di mana saat pertama kita jumpa.


***


“Kepadamu Ridhoku, bukan maksud menyakitimu. Bukan maksud lari dari kenyataan saat aku tahu bahwa kamu benar-benat tulus adanya mencintaiku. Dari binar mata yang kamu pancarkan saat pertama kali kita jumpa.

Ya ... pada saat itu, pada saat di mana kita pertama kali bertemu dengan tak disengaja. Aku yang tadinya mengira dari tak kesengajaan menjadi kesengajaan yang indah, setelah kita sama-sama tahu apa yang kita rasa dari semburat pancaran cahaya mata pada saat itu.

Maafkan aku, tanpa perlu aku memaparkan apa yang membuatku bergegas menghapus benih itu dengan lembut. Aku yakin satu hal yang ingin aku katakan, kamu sangat mengerti

“ya! aku tak bisa menghianati saudariku.”

Bukan berarti akupun tak punya secuil rasa terhadapmu, dengan sikapku yang dingin kadang menjadi dengki. Yang tak pernah aku katakan seperti yang kamu pinta. Sumimasen Ridho-kunemoticon-Sorry


***


Quote:



Quotes yang membuatku menitikkan air keringat. Terimakasih penulis sudah membuat kalimat yang sedikit membuatku merasa lega. Nanti, suatu hari jika aku sudah menemu dengan arti ketulusan yang sesungguhnya. Aku akan merasa lega dengan sepenuhnya, karena benar. Terkadang kita dituntut untuk mengerti orang lain. Karena orang lain belum tentu mau mengerti kita.

Maka jadilah pengalah yang bijak, percayalah bahwa sesuatu yang dilakukan dengan tulus akan menemu dengan ketulusan pula, bahkan lebih. Jika saat ini belum dipertemukan dengan segenap ketulusan yang sesungguhnya, sabar saja. Banyak hal ketika di ujung menyerah untuk berjuang, terkadang kita hanya perlu sedikit lagi sabar untuk menjalaninya. Karena kebahagiaan terlahir dari penderitaan dahulu. Disitulah bahwa kebahagiaan akan terasa sangat indah bukan hanya sekadar kebahagiaan yang hanya sebuah kata “ba-ha-gi-a” saja.



***


Akankah aku akan benar-benar melupa perihal rasaku kepada Ridho? Rasa yang tersampaikan. Namun, tidak bisa untuk bersatu demi membahagiakan satu hati, hati milik seorang sahabat. Lalu dua hati yang sedang merindu tanpa kata apalagi temu, akankan bisa memudar begitu saja dimakan waktu?

emoticon-Mewekemoticon-Mewekemoticon-Mewekemoticon-Mewek



***



Dua tahun kemudian, keadaan berubah sesuai patrian takdir yang terukir. Kubaca buku diary milik Hana yang ia tinggalkan di kotak berupa peti kecil itu. Ia wasiatkan teruntukku dan suamiku. Jangan sampai melupa apalagi dibuang, tapi "kenanglah" ujarnya sebelum menghembus napas terakhirnya.

Kini, ketulusanku melepas Ridho berbuah manis sebuah takdir yang tidak pernah kusangka. Bahwa aku akan menyandang gelar "istri dari seorang Ridho".

Bahwa takdir tidak jauh dari apa yang kita lakukan. Kebaikan sekecil apapun akan di balas pun dengan sebaliknya.



***




Diary Hana



Aku sangat mencintaimu. Perpisahan yang tidak kuinginkan ini membuatku pilu. Meski bersebab karena aku yang melakukan suatu hal hingga perpisahan itu menjadi nyata. Sungguh, aku tidak bermaksud melukai hatimu, hanya saja, aku sedang fokus dengan pendidikanku hingga aku benar-benar mengabaikanmu. Sebenarnya karena aku mengidap kanker otak stadium akhir. Hingga aku tak berani untuk menghubungimu. Andai kau tahu, ditengah kesibukanku pun aku selalu merinduimu. Entah denganmu, apakah juga merasakan hal yang sama. Ah! Andai waktu bisa diputar ulang, tak akan kusia-siakan semuanya.

Sekarang, apakah kamu masih mempunyai rindu yang sama denganku juga. Ah! Kurasa entah, apalagi sekarang kutahu; hatimu sudah berpindah hati kepada seseorang yang kusayang juga. Sahabat dekatku dari lahir hingga hari ini. Satu hal yang perlu kamu tahu Do… semasa kecil silam aku dan Lisa kerap kali berantem berebut mainan. Yang kalah tentu Lisa. Dia yang menangis hingga Ibunya Lisa yang biasa kupanggil dengan sebutan Bibi itu meredakan tangisan manjanya Lisa, berulang kali terjadi hal demikian, Lisa selalu menangis karena kejahilanku.

Sekarang kita sama-sama sudah beranjak dewasa, meski Lisa setahun lebih muda dariku. Aku anggap dia seumuran. Pola pikir dan kedewasaannya mencerminkan saat ia benar-benar mengalah dengan perasaannya untukmu demi aku Do, demi aku. Aku orang yang selalu ingin menang, orang yang selalu ingin dimengerti tanpa mau mengerti orang lain. Sungguh aku menyayangi kalian berdua. Akupun tak tega jika melihat kalian jadian, akupun tak tega melihat kalian sedih.

Namun, sungguh hati kecilku merestui kalian untuk bersama. Meski aku tahu Lisa tidak akan pernah melakukan hal yang melukai hatiku. Lisa lebih sayang padaku daripada kamu. Karena kepadamu dia mencintaimu bukan sekadar sayang. Ia tahu betul perbedaan sayang dan cinta, yang jelas sahabat adalah segalanya. Jika suatu hari aku telah pergi, tolong jaga Lisa, cintai dia sepenuh hati, dan aku mohon jika anak pertama kalian perempuan, jangan lupa sisipkan namaku di tengah namanya. Aku ingin menjadi ibu untuk buah hati kalian. Aku ingin selalu hidup ditengah kebahagiaan kalian. Karena kalian bukan sahabat tetapi keluarga sesurga.

Sekali lagi, mohon kenanglah aku.

Ridho & Lisa semoga kalian bahagia selalu.



Hana, Jakarta, 12 Desember 2012




***



Sore kian mendung seolah senja tidak akan datang menghiasi kesedihanku saat berziarah di makam Hana. Seusai aku membaca Surah Yasin, aku selalu membawa buku usang berwarna biru muda yang disampul plastik. Meski usang tetap terjaga keelokan seni buku yang indah itu. Sebuah buku yang menceritakan segala kesakitan Hana sebelum ia meninggal. Bahkan ada tulisan terakhir yang ia ungkap sebelum meninggal teruntuk Ridho, yang di halaman bukunya terdapat banyak bercak bekas tumpahan kopinya Ridho. Tumpahan kopi yang membuat warna diary biru itu memudar kecoklatan tak beraturan, yang menjadikannya terlihat usang.


Ridho selalu menunggu di mobil saat aku membaca buku diary Hana bersama putri pertamaku yang berusia lima tahun. Putri Hananditya Salisa Maharidho buah hatiku yang akan terus berziarah ke makam Hana hingga aku dan Ridho tiada kelak. Karena aku mengajarkan kepadanya sosok Ibunda ke dua ialah Hana. Seorang sahabat juga saudara sedarah. Hana maafkan aku….



Jakarta, 12 Desember 2018
selesai



***



Cekidooooot jangan baper gaes. Lisa akan terus berkunjung ke makam Hana kok, teruntuk penulis, terimakasih dengan sangat sudah menuliskan cerita cintaku yang gelap ini. Doakan semoga benderang dengan kehadiran putri tercintaku ini. Teruntuk pembaca maafkan penulis jika pembawaan ceritanya kurang mengena. Namanya juga orang yang sedang belajar menulis dengan baik dan benar. Hehee. Ditunggu pesan dan kesan dari isi ceritanya yaaa



TERIMAKSIH SUDAH MEMBACA SAMPAI AKHIR

*Sumimasen Ridho-kun : Maaf Mas Ridho




Spoiler for Ucapan Terimakasih:





Erie, Indramayu 09 Maret 2019
Diubah oleh erie2904 13-03-2019 14:55
mudatarantula
tien212700
tien212700 dan mudatarantula memberi reputasi
10
2.5K
28
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan