Pada awalnya aku ingin memilih pemain asal Polandia, Jerzy Dudek sebagai pemain asing terbaik sebagai penjaga gawang Liverpool, karena saya masih ingat ketika aku menyaksikan penampilannya pada partai final Liga Champion yang berlangsung di Turki pada tahun 2005 yang lalu. Ketika itu Liverpool unggul atas Milan lewat drama adu pinalti. Pilihan yang sulit memang, mengingat penyelamatannya yang dapat menghalau tendangan 12 pas pemain Milan. Namun saya juga masih ingat betapa piawainya Om Grobbelaar, ketika beliau mengawal mistar gawang selama berseragam Liverpool. Selain itu, gaya Om Grobbelaar juga dicontoh sama Om Jerzy Dudek terutama dalam hal menari. Jadi saya menganggap Om Bruce adalah prime sementara Om Jerzy-lah klonnya.



Di Posisi pemain belakang, orang yang paling aku pilih adalah Om Sami Hyypia. Menyimak sepak terjangnya selama kurang lebih sepuluh tahun bersama The Reds, membuat tumbuh rasa kagumku terhadap beliau. Sebelum Pak Kapten Steven Gerrard menjabat, Om Sami Hyypia-lah yang menyandang ban kapten di lengannya. Dimataku, sebagai seorang kapten beliau begitu bijak dan bersahaja, sampai - sampai pernah terlintas dalam keinginanku, semasa belum menikah waktu itu, jika punya anak ingin kunamakan anakku dengan namanya. Tak perduli mau anak lelaki atau wanita tetap kunamakan Sami Hyypia atau Sami Khaidera (Non Liverpool). Momentum yang masih kuingat tentang beliau ketika mencetak gol ke gawang Juve menjemput bola dari sepak pojok Steven Gerrard yang mengantarkan Liverpool unggul dalam agregat gol dan melangkah ke babak selanjutnya.



Posisi pemain belakang selanjutnya yang mantap betul menurutku adalah John Arne Riise. Lelaki Norwegia yang satu ini memang tidak begitu stabil selama membela Liverpool. Namun bila dibandingkan Dejan Lovren (Kroasia) yang sering melakukan kesalahan ataupun Martin Skrtel (Slowakia) yang begitu tinggi nilai transfernya, aku cenderung memilih Om John. Beliau selain bertahan, juga dapat membantu menyerang bahkan tak jarang juga beliau sanggup mencetak gol. Menjelang Fase Knock Out yang mempertemukan Liverpool kontra Bayern Muenchen membuat aku kembali terkenang akan pertemuan kedua kesebelasan ini pada Piala Super Eropa pada tahun 2001 yang lampau, dimana kala itu Liverpool unggul dengan skor 3 - 2 yang mana Om John ikut meyumbang gol juga. Semoga nanti Liverpool menang lagi saat bertemu Bayern di fase knock out kelak. Satu lagi alasan kenapa saya memilih Om John sebagai pemain belakang terbaik yang pernah dimiliki Liverpool dikarenakan beliau merupakan Starting Xl The Reds saat menjadi campiun liga champion tahun 2005.


Aku menganggap Javier Mascherano adalah pemain yang hebat dan pantang menyerah. Sangat disayangkan memang,keberadaannya di Anfield tak begitu lama, sehingga tak ada prestasi yang diraih bersama The Reds. Namun setalah doi pindah ke Barca, barulah itu tim Catalunya dapat merasakan betapa hebatnya pemain asal Negeri Tango ini. Dalam hal pengorbanan, pemain yang satu ini tak segan - segan mengucurkan keringat, darah dan air mata. Aku begitu menyayangkan keberadaannya di Liverpool relatip singkat, sekali lagi sayang. Padahal aku ingin sekali melihat aksinya lebih lama bersama bango, walaupaun tak selama pada saat beliau di Barca.


Saya percaya dengan pernyataan yang mengatakan bahwa"sampai saat ini Liverpool tak pernah lagi memiliki gelandang dengan profil bermain seperti Xabi Alonso". Di posisi gelandang dia dapat melapis lini pertahanan, dan di posisi gelandang juga dia dapat membantu penyerangan. Dia dapat memberikan umpan lambung ke depan yang begitu akurat dengan presisi tinggi. Bahkan dia tak jarang juga melepaskan tendangan spekulasi yang begitu deras dan berbuah gol. JIka kita berbicara tentang Liverpool, malam keajaiban di Turki pada final champion tahun 2005 pastilah momen yang sering kita bahas. Dan dimalam itu pula, Xabi Alonso yang mengeksekusi tendangan pinalti untuk memastikan skor imbang sama kuat 3-3 dan memaksa Milan untuk bermain dalam babak perpanjangan waktu hingga berlanjut ke drama adu pinalti. Kenapa bukan Gerrard ya? Biasanya kan dia, Kapten Tim pulak. Mungkin memang tak mudah menanggung beban sebagai algojo, apalagi sangat menentukan hasil pertandingan. Dan ini mungkin dapat kita lihat, bahwasanya pada kesempatan pertama tendangan Alonso dapat ditepis oleh Dida (kiper Milan asal Brazil saat itu). Baru setelah bola muntah disambut lagi oleh Alonso dan akhirnya bola bersarang di jala gawang Milan. Itulah sebabnya menurutku Xabi Alonso adalah salah satu pemain asing terbaik yang pernah dimiliki Liverpool.



Lagi - lagi aku memilih alumni Istambul 2005 sebagai pemain asing terbaik yang pernah dimiliki Klub sepakbola asal kota pelabuhan Inggris. Dialah Dietmar Hamann. Lelaki asal Jerman yang biasa disapa dengan panggilan akrabnya Didi Hamann. Meskipun Mas Didi ini belum pernah mengecap trophy liga primer Inggris, namun banyak trophy yang pernah diraihnya bersama Liverpool. Tercatat Mas Didi pernah meraih prestasi sbb: dua kali juara Piala Liga, dua kali juara piala FA, dua kali juara piala Super Eropa, sekali juara Charity Shield, Sekali juara Piala UEFA dan tentu saja sekali juga juara Liga Champion.



Saat ini, kita lebih mengenal 2 nama pemain asing Liverpool yang berasal dari Negeri Kincir Angin. Mereka adalah Virgil Van Dijk dan yang satunya lagi Georginio Wijnaldum. Namun aku tak memilih satu di antara keduanya. Justru aku memilih Dirk Kuyt senior mereka yang pernah membela Liverpool (2006-2012). Melihat sepak terjangnya dilapangan hijau yang tak kenal lelah, pemain yang satu ini layak untuk mendapat apresiasi. Dapat bermain di banyak posisi, Dirk Kuyt selalu menunjukkan semangat juang pantang menyerah dan seperti tak pernah mengenal lelah. Mungkin dia terlahir dari keluarga nelayan sehingga etos kerjanya di lapangan hijau sebelas dengan di lautan luas berani menerjang badai. Namun dia tetaplah Belanda sejati. Ya ... Belanda yang mempunyai julukan Juara Tanpa Mahkota. Berkarier bersama Liverpool nyaris tak ada gelar yang diraihnya. Sempat tampil di final Liga Champion tahun 2007, Dirk Kuyt mencetak gol semata wayang Liverpool yang hingga akhirnya menyerah 1 - 2 dari AC Milan. Barulah dia merasakan ending yang indah di musim terakhirnya bersama The Reds, dimana Dirk Kuyt merasakan juga juara Piala Liga Inggris tahun 2012 yang kemudian pada musim selanjutnya dia pindah ke klub Fenerbache.


Patrik Berger pemain bola yang berasal dari Republik Ceko ini menurutku adalah salah satu pemain asing terbaik yang pernah Liverpool punya. Kekagumanku padanya selain dia memiliki tendangan kaki kiri yang keras dan berbahaya, dia juga memberikan inspirasi padaku untuk memiliki rambut gondrong, dan yang lebih dari itu, pemain ini begitu bangga dan begitu mencintai klub Liverpool dari dulu hingga kini. Sungguh Mengagumkan. Bagi The Reds, dialah sang legenda. Sehingga nomor punggung 15 adalah nomor termasyur lagi keramat yang pernah di sandang oleh Patrik Berger. Oleh karena itulah aku lebih memilihnya walau dia tak pernah merasakan gelar juara champion seperti rekannya Vladimir Smicher dan dan juniornya Milan Baros yang sesama berasal dari Ceko.


Untuk pemain yang satu ini, aku tak berani memberikan komentar dan menilai lebih jauh/berlebihan. Aku takut Salah. Dari Starting Xl (pemain asing) Liverpool yang aku pilih, hanya Pria Mesir ini yang masih bisa kita lihat aksinya yang begitu sangar dan menakutkan pihak lawan. Tapi tetap saja bola itu bulat. Sesangar - sangarnya ini orang, akhirnya di smackdown juga. Mungkin kita masih ingat kejadiannya pada saat final Champion musim lalu..


Selanjutnya Ian Rush. Bapak yang satu ini tak usah diragukan lagi. Dalam sejarahnya, sudah terbukti beliau adalah pencetak gol terbanyak bagi kesebelasan Liverpool. Untuk jumlah gol yang mencapai angka nyaris 350, aku rasa sulit untuk dipecahkan oleh penyerang The Reds saat ini. Sebut saja Firminho ataupun Mane. Namun boleh jadi M. Salah sanggup melakukannya dengan catatan: dia berada di Liverpool lebih lama dan tak tergiur rayuan klub - klub raksasa yang kaya raya. Kita lihat saja nanti.
Oh iya aku hampir lupa, jika Patrik Berger identik dengan rambut gondrong nya,
Pak Ian yang hebat ini identik dengan gayanya yang berkumis.



Tidak ada cara yang lebih baik atau lebih lugas untuk menggambarkan sosok Kenny Dalglish selain sebagai pemain terbesar dan paling berprestasi dalam sejarah panjang Liverpool. Baik ketika dirinya masih menjadi pemain, enam tahun sebagai pemain-manajer, atau bahkan dalam karier kepelatihannya di usia 60 tahun, deretan trofi selalu mengiringi langkah pria Skotlandia ini.
Delapan gelar liga, tiga Liga Champions, tiga Piala FA, dan lima Piala Liga - trofi yang disebutkan terakhir diraih ketika dirinya menggantikan Roy Hodgson pada 2012 - semuanya ia raih dalam pengabdian yang lama kepada the Reds, menempatkan namanya sebagai salah satu pemain paling berprestasi dalam sejarah sepak bola.