j.16Avatar border
TS
j.16
Unrequated Love


Unrequated Love






"Kamu suka ya sama dia?" sebuah bisikan ditelinganya membuat Vivi kaget.

"Dih a-apaan sih?"

"Alah ngaku aja, kamu suka kan sama Rafa?" Gita lalu berdiri disebelah Vivi yang masih memandangi lapangan basket. Tempat dimana cowok pujaannya berada.

"Iya aku suka sama Rafa, tapi gak mungkin dia suka aku juga." kata Vivi pelan, dia menatap tubuhnya yang kurus seperti tulang dengan wajah penuh jerawat yang tak kunjung hilang. Sama sekali tidak secantik teman - temannya yang lain dan yang badannya proporsional.

Sementara Rafa, dia layaknya cowok SMA idaman kaum cewek, putih, tinggi dan tampan. Dan bodohnya Vivi malah meyukai orang yang tidak mungkin ia dapatkan.

"Yaelah Vi, lo jangan ngerendahin diri lo gitu dong. Lo itu berhak kok suka sama siapa aja, mau lo suka sama Rafa atau siapapun." cerocos Gita, dia paling tidak suka pada orang yang tidak percaya diri.

"Iya Git, tapi aku sadar diri lah," kata Vivi sembari tersenyum kecut.

"Emang lo kenapa? Lo tuh cantik Vi..." Gita berdecak sebal, selalu saja Vivi merendah lagi. "Gue gak suka ya kalo lo-"

Vivi membungkam mulut Gita, "Iya Gita. Udah yuk ah ke kelas..." ajak Vivi pada teman sebangkunya itu. Dia tidak ingin semua orang tau jika dia menyukai Rafa.


***

"Ciee Vivi..."

Keesokan harinya Vivi merasa aneh, dia merasa menjadi pusat perhatian sejak masuk area sekolah, tak jarang banyak yang menggodanya dengan kata Cieee cieee.

"Cieee Vivi cieee..."

Bahkan teman sekelasnya pun ikutan menggoda Vivi. Dia jadi bingung sebenarnya apa yang terjadi, apa ada yang salah atau aneh pada penampilannya hari ini?

"Git, emang gue aneh ya hari ini?" tanyanya pada Gita.

"Aneh? Nggak kok, emang kenapa?" tanya Gita heran.

"Kok semua kayak liatin gue ya..." bisik Vivi, jujur dia paling tidak suka jadi pusat perhatian.

"Alah udah biarin aja lahhh.." sahut Gita cuek.

Jam istirahat pertama Vivi dan Gita pergi ke kantin, rencananya mereka akan beli bakso Mang Ijul yang terkenal enak dan murah disekolah.

"Eh eh Raf, tuh anaknya..." suara dari seorang cowok yang duduk dipojok kantin membuat Vivi mendongak. Entah kenapa telunjuk cowok itu mengarah pada dirinya dan Gita yang tengah duduk. Ternyata dimeja cowok itu ada Rafa dan teman - temannya juga.

"Cieee Rafa ada yang naksir..."

"Gimana Raf, cewek yang naksir lo itu?"

Suara dari gerombolan Rafa mendominasi suasana kantin yang cukup ramai. Teman - teman Rafa terus menggoda cowok itu hingga mukanya sedikit jengkel.

Mendadak perasaan Vivi tidak enak, jangan - jangan anak - anak sekolahnya tahu jika Vivi suka pada Rafa. Terbukti dari mereka yang menggodanya dan cowok itu.

"Vi, kayaknya mereka ngomongin lo deh. Mereka tau kalo lo suka Rafa." bisik Gita.

Vivi berusaha menutupi wajahnya, dia tahu jika Rafa sedang melihat kearahnya.

"Apaan sih lo pada! Lagian gue tau mana cewek yang cantik dan mana yang nggak!" Rafa melihat ke arahnya, "Yakali, gue suka cewek ceking, jerawatan lagi!" katanya dengan nada mengejek.


Deg...

Hati Vivi merasa tertohok, dia tahu siapa yang dimaksud Rafa. Secara tidak langsung, Rafa telah menolak perasaanya. Bahkan cowok itu malah menghina fisiknya.

Gita berdiri dan menggebrak meja. "Maksud lo apa? Lo nggak berhak ngehina fisik orang lain! Lo pikir lo sempurna huh?!" Gita berteriak pada Rafa, cowok itu balik memandang Gita dan Vivi tidak suka.

Vivi yang kaget dengan tindakan Gita langsung menyuruh cewek itu untuk tenang. "Git udah.. Mending pergi aja yuk.." katanya dengan nada menahan tangis.


***

Tiga bulan telah berlalu semenjak kejadian dikantin saat itu. Kini Vivi sudah bisa bersikap biasa saja, dia sempat kehilangan kepercayaan diri karena kata - kata Rafa. Apalagi beberapa cewek melihatnya dengan pandangan seolah olah dia menjijikan. Vivi rasanya ingin menangis tiap hari, apakah dirinya sejelek itu sampai orang lain jijik padanya.

Tapi untungnya Gita selalu ada disampingnya, sahabatnya itu yang selalu membangkitkan kepercayaan dirinya lagi.

"Udah lah Vi, sekarang lo nggak perlu dengerin orang lain. Biar aja mereka menilai lo gimana." selalu itu yang Gita katakan. "Dan yang paling penting, lupain perasaan lo ke Rafa. Fokus aja sama target lo untuk lulus sekolah dan masuk Universitas impian lo."

Perlahan Vivi berhasil melakukan apa yang Gita sarankan, dia sudah bodo amat dengan pandangan orang lain padanya. Dan tentang perasaan pada Rafa, Vivi sudah tidak peduli lagi dia memilih menyibukkan diri untuk masa depannya.

Seperti hari ini, Vivi tidak sengaja berpapasan di pintu perpustakaan dengan Rafa. Dia yang ingin masuk hampir bertabrakan dengan Rafa yang akan keluar. Cowok itu sempat memandangnya beberapa saat sebelum akhirnya Vivi bersuara.

"Permisi..." pamit Vivi ia melangkah masuk saat Rafa menggeser tubuhnya kesamping.

Sementara ditempatnya, Rafa memandangi Vivi yang mulai menghilang dibalik rak - rak buku. Ia menghela nafas, sebenarnya setelah kejadian itu dia merasa bersalah. Sungguh dia tahu jika kata - katanya pada Vivi sangat menyakitkan. Tapi dia juga bingung jika harus meminta maaf karena Vivi selalu menghindarinya.

END
Diubah oleh j.16 30-01-2019 15:21
anasabila
provocator.3301
simplepaper
simplepaper dan 2 lainnya memberi reputasi
3
782
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan