Pernahkah kalian merasa menyesal ???
Apa penyesalan terbesar yang pernah kalian alami ???


         Cerita ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya tidak akan pernah sama dengan ramadhan tahun lalu. Aku anak pertama dari 2 besaudara dan juga aku memiliki bapa dan ibu yang sayang kepada kami. Aku seorang mahasiswa di Jogja dan adik ku harusnya taun ini masuk SMA. Aku bukan tipe kaka yang mempedulikan adikku. Aku terlalu terbuai oleh suasana Jogja dan teman-teman perkuliahan ku sehingga aku jarang pulang/mudik ke rumah. Selain jauh dan ongkosnya lumayan, mending buat main dengan teman-teman ku di Jogja. Begitulah pikiranku sampai saat itu.

        Aku jarang sekali memberi kabar untuk keluargaku di rumah. Mendapat telfon dari keluarga di rumah pun kadang aku abaikan dengan alasan aku sedang sibuk mengerjakan tugas. 

        Berbohong dengan alasan sibuk mengerjakan tugas untuk tidak mengangkat telfon atau memberi kabar keluarga itu menjadi kebiasaan. Namun 3 bulan lalu semua berubah, subuh itu saat aku masih tertidur aku mendapat telfon dari ibu ku di rumah. Ngantuk-ngantuk aku tetap mengangkatnya, karena tidak mungkin kan alesan mengerjakan tugas subuh-subuh kecuali kalo memang deadliner. Saat aku mengangkat telfon tersebut,

"ada apa bu? pagi-pagi nelfon aku?"
*nangis* 
"ada apa bu, kok malah nangis gak jawab"
*masih tetep nangis*
Akhirnya ku bangun dari tempat tidur, karena kau merasa ada yang aneh dari ibu ku
"bu jangan nangis dong, kasih tau ada apa di rumah"
"adik mu kakk"
"iya adik kenapa? asam lambungnya kambuh lagi?
        Aku menebak seperti itukarena memang adikku penya riwayat asam lambung.
"adikmu... meninggal.."
        Aku terdiam gak bisa mikir apa-apa, aku masih merasa kalau ini cuma ya cuma gitu. Saat aku masih dengan pkiranku yang kacau suara ibu ku menecahkannya.
"kamu pulang sekarang juga ya kak, biar bisa liat adikmu buat terakhir kali. kasian adik mu kalo nunggku terlalu lama."

        Aku masih terdiam saat telfon dari ibuku terputus. Aku masih merasa syok dan nggak percaya kalo adik ku sekarang sudah meninggal. Aku berpikir aku pulang naik apa ke rumahnya. Naik motor sendiri, tidak mungkin dengan keadaanku syok saat ini dari pada terjadi hal yang tidak diinginka. Aku mencari tiket kereta, dan ternyata untuk jadwa hari ini aku telat memesan karena tiket kereta tercepat itu sudah berangkat dan ada lagi jam 7 pagi nanti. kemudian aku mencari tiket bus dan sama pemberangkatan tercepat bus saat itu jam 7 juga. 

        Akhirnya ku memutuskan untuk memesan tiket kereta. Setelah memesan saya bersiiap-siap dengan seadanya dan langsung berangkat ke stasiun. Dalam perjalanan menuju stasiun pun rasanya itu sangat jauh sekali. Saat di kereta pun sama saja yang biasanya tersa cepat itu menjadi terasa lama. Setengah perjalanan, telfonku berbunyi yang itu dari nomor ibu.
" hallo kak, " ternyata bapa yang berbicara di sebrang sana.
"iya pa, kaka baru setengah perjalan pa."
"kak, adik di makam sekarang ya. Kasian adikmu menunggu terlalu lama."
"iya pa, tidak apa, kalo itu yang terbaik buat adik." 
"iya sudah, kakak hati-hati di perjalanan. Doakan adikmu semoga tenang di sisi-Nya."
"iya , paa." telfon pun di tutup.

       Tangis pun pecah setelah aku tahan saat berbicara dengan bapa saya. Saya merasa sangat menyesal karena tidak akan pernah melihat adik ku lagi di dunia ini. Apa lagi kebiasaan adik ku saat bulan puasa yang akan segera tiba ini. Adik ku selalu bertadarus dan membangunkan ku sahur. Ini merupakan pukulan yang sangat berat bagi ku. Sampai di rumah aku peluk ibu dan bapa ku erat dan aku meminta maaf akan sikap ku selama ini yang jarang memberi kabar.

       Dan saat-saat ramadhan seperti ini sangat terasa penyesalan ku. Ibuku setiap sholat malam selalu menangis, sedangkan aku masih dalam rasa penyesalan teramat dalam. Dengan kejadian itu aku pada ramadhan ini aku mulai mendekatkan diri kepada Allah. Aku juga selalu mendoakan adik ku. Ramadhan ini menjadi titik balik ku agar lebih dekat lagi dengan keluarga yang tidak lagi utuh.