j.16Avatar border
TS
j.16
[Cerpen Religi] Ramadhan Yang Ibu Rindukan


WELCOME TO MY THREAD
:terimakasih:terimakasih







Halo para penghuni forum SFTH... Ijinkan saya mempersembahkan sebuah cerita untuk menemani ngabuburit agan dan sista sekalian.



Ramadhan Yang Ibu Rindukan


Hari ini adalah hari pertama di Bulan Ramadhan, sejak pukul sepuluh tadi Aminah yang lebih sering dipanggil Ibu, sudah sibuk memasak makanan kesukaan anak - anaknya. Seperti tahun - tahun sebelumnya di hari pertama di bulan Ramadhan, anak - anaknya akan meluangkan waktu dari kesibukan mereka masing - masing untuk buka puasa bersama dirumah.

Tidak terasa, empat tahun sudah sang suami meninggalkannya karena penyakit jantung yang diderita. Tapi Ibu bersyukur karena Allah masih memberikan ia sehat dan bisa merasakan bulan Ramadhan diusianya yang sudah lebih dari setengah abad bersama anak - anaknya yang kini sudah dewasa. Ibu sudah membayangkan buka puasa nanti akan di isi dengan tawa dan canda dari cucu dan anaknya.

Ibu mempunyai tiga anak, dua laki - laki dan satu perempuan. Anak sulungnya bernama Akbar, sudah menikah dan sekarang tinggal bersama istri dan anaknya yang berusia satu tahun. Saat ini Ibu hanya tinggal bersama kedua anaknya yang lain. Anak keduanya bernama Rina yang kini sudah bekerja disalah satu perusahaan dikota ini. Sementara anak bungsunya yang bernama Diki masih mengenyam pendidikan dibangku SMA.

Ibu tengah mengaduk - aduk sayur asem ketika handphonenya yang ada di meja makan berbunyi. Ibu pun mematikan kompor dan mengangkat telponnya lebih dulu.

Senyum Ibu merekah tatkala mengetahui jika anak sulungnya yang menelpon.

"Assalamualaikum Ibu,.."

"Waalaikumsalam, Akbar... kamu jadi ke rumah Ibu kan? Ibu udah masakin sayur asem kesukaan kamu loh, Ibu juga udah buat perkedel kesukaan Lita, pasti anak itu doyan..." kata Ibu dengan senyuman yang begitu lebar.

"Bu, Akbar minta maaf ya hari ini nggak bisa ke rumah Ibu, Lita badannya panas dan dari tadi rewel terus, aku sama Indah aja sampe kewalahan. Maaf ya Bu..."

"Loh, Lita lagi sakit? Ya sudah nggak papa kamu nggak ke rumah, kan ada Rina sama Diki, Ibu doain supaya Lita cepet sembuh ya..."

"Iya Bu, makasih. Maaf ya Akbar gak bisa dateng, salamin aja buat Rina sama Diki. Ya sudah ya Bu, itu aja Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam nak.." Meski sedikit kecewa Ibu tetap melanjutkan memasaknya dan kembali ke dapur. Ia maklum Akbar tidak bisa datang karena anaknya, Lita sedang sakit. Ia berdoa supaya cucunya cepat sembuh dan mereka bisa berkumpul.

Masakannya sudah hampir selesai semua, Ibu lalu melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul setengah lima tapi kedua anaknya belum menunjukkan tanda - tanda akan pulang. Hari ini Rina masih berangkat ke kantor karena ada pekerjaan yang harus selesai minggu ini. Sementara Diki, anak itu tadi siang pamit pergi ke studio musik temannya untuk latihan Band bersama.

Meja makan sudah penuh dengan aneka makanan, ada kolak pisang, sayur asem, sambel terasi, perkedel, semur ayam dan tempe goreng. Itu semua adalah makanan kesukaan anak - anaknya.

Ibu baru akan mengirimi pesan pada Rina dan Diki ketika ada telpon dari Rina.

"Halo Bu Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam Rin, kamu kok belum pulang jam segini?"

"Iya Bu, kerjaan Rina belum selesai nih. Kayaknya Rina buka puasa dikantor deh. Temen - temen Rina juga belum pada pulang, gak papa kan Bu?"

Ibu tersenyum maklum, "Iya, nggak papa kok Rin, selesein aja pekerjaan kamu. Nanti kalo pulang jangan kemaleman ya, terus hati - hati di jalan..."

"Iya Bu, ya udah Rina mau lanjut kerja lagi biar cepet selese, Assalamualaikum...

"Waalaikumsalam..."

Ibu, memandangi makanan yang tersaji dimeja, ia menghembuskan napas pelan. "Nggak papa deh, sekalian buat sahur nanti malem." gumamnya.

Ibu duduk dikursi makan sendirian, Adzan maghrib sebentar lagi terdengar tapi Diki belum juga pulang ke rumah. Ia sudah menghubungi Diki 2 kali, tapi anak itu belum juga mengangkatnya. Akhirnya dipanggilan ketiga Diki baru mengangkatnya.

"Halo adek... " Ibu mengernyit karena suara disebrang sangat brisik. "adek dimana?"

"Halo Bu, sebentar Bu gak kedengeran..."

"Halo, dek..." suara Diki belum juga terdengar, yang ada hanya suara brisik yang tidak jelas.

"Halo... Ibu bilang apa? Nggak kedengaran didalem, rame banget soalnya."

"Emang adek dimana sekarang?"

"Ditempat makan Bu, tadi temen - temen Band ngajakin buka bareng, kenapa Bu?"

Ternyata ketiga anaknya tidak bisa menemaninya berbuka di puasa hari pertama. "Oh, nggak papa kok, Ibu kira adek kemana dari tadi belum pulang."

"Iya Bu, lupa tadi mau telpon Ibu... Ya udah ya Bu, temen aku nungguin tuh"

"Iya udah kamu ati - a"

"tut tut tut"

Ibu memeriksa handphonenya, ternyata Diki lebih dulu mematikan sambungan telponnya.

"Dug Dug Dug... Allahuakbar Allahuakbar..."

Suara adzan maghrib sudah terdengar, "Alhamdulillah..." meski dengan perasaan sedikit kecewa, Ibu pun membaca doa berbuka puasa dan menikmati makanannya sendiri, tanpa anak - anaknya.

Dia menatap kursi - kursi yang kosong, ia sadar sekarang anak - anaknya sudah dewasa dan mereka punya kesibukan masing - masing. Dia tidak boleh kecewa karena masih ada hari - hari berikutnya untuk buka puasa bersama dirumah.

$$$


Tak terasa Ramadhan bulan ini sudah memasuki hari ke 15 namun Ibu lebih sering buka puasa seorang diri karena kesibukan anak - anaknya.

"Mau masak apa Bu?" Diki tiba - tiba sudah ada dihadapannya. Anak itu terlihat sudah rapih sore ini.

"Ibu mau masak kesukaan kamu nih..."

"Nggak usah Bu, lagian Diki hari ini ada acara bukber sama temen - temen SMP." kata Diki sembari fokus pada handphone ditangannya.

Ibu menatap anak bungsunya, "Kamu gak buka dirumah? Kok sering banget kayaknya ngadain bukber."

"Iya tapi kan temennya beda Bu, waktu itu temen Band sama temen kelas X. Kalo sekarang kan temen SMP." kata Diki menjelaskan, jadwal bukber Ramadhan tahun ini benar - benar padat.

"Ibu kira kamu gak ada acara, makannya ibu masakin semur ayam." kata Ibu pelan.

"Lupa bilang tadi, Mas Akbar belum jadi kesini?"

Ibu mulai menyiapkan bumbu - bumbu. "Belum, mungkin masih sibuk..."

Diki hanya mengangguk, lalu matanya melihat jam ditangannya, "Bu aku pergi sekarang deh, acaranya jam 4 soalnya." pamitnya pada sang ibu.

Sebenarnya Ibu ingin menahan kepergian Dika, "Ya sudah, hati - hati ya dek..."

"Iya Bu..."

Meskipun tinggal dirumah, Diki lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah. Anak itu lebih sering buka puasa bersama teman - temannya dibanding dengan makan masakan sang Ibu.

"Loh kamu udah pulang Rin?" tanya Ibu ketika melihat anak perempuannya sudah duduk diruang tv. "Kok Ibu gak denger.."

"Udah Bu, Ibu keasikan masak sih sampe aku salam aja gak dijawab. Hari ini kerjaan udah kelar semua, jadi bisa pulang cepet deh." jawab Rina, matanya terfokus pada layar tv di depannya.

Ibu ikut duduk disamping Rina, "Kamu buka puasa dirumah kan Rin? Temenin Ibu, Diki ada acara bukber katanya."

"Yah Bu, tapi aku juga rencananya mau jalan sekalian buka puasa bareng Dito nanti, mumpung aku sama Dito lagi sama - sama free..."

"Kamu sudah ada acara sama nak Dito toh, ya sudah nggak papa." Meski wajah sang Ibu tersenyum, Rina tau jika ada rasa kecewa yang terpancar dari mata teduh milik Ibunya. Tapi dia juga tidak bisa membatalkan acaranya dengan pacarnya begitu saja.

"Gini deh, Ibu mau apa? Biar pulangnya nanti Rina beliin. Martabak manis? Martabak asin? Oh, atau sate Padang kesukaan Ibu? Iya?"

Ibu menggeleng, "Nggak usah Rin... Ibu lagi gak pengin apa - apa."

"Nggak papa Bu, bilang aja ibu lagi mau apa?" desak Rina lagi.

Ibu cuma pengen kalian meluangkan waktu untuk buka puasa sama Ibu.Batinnya, tapi Ibu tidak akan mengatakannya. Dia tidak ingin merusak acara Rina. Biarlah ia buka puasa sendiri, toh sudah terbiasa juga.

"Nggak usah ya..." kata Ibu lagi.

Rina mengangguk paham, dia tahu jika Ibu tidak pernah menuntut apa - apa. "Kalo gitu aku ke kamar deh, mau siap - siap dulu."

Rina pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar.

"Jangan lupa shalat dulu Rin..."

Ibu hanya menghela nafas mendengar gumaman jawaban Rina dari kamarnya. Untung saja Ibu tidak masak banyak hari ini, hanya semur ayam, goreng tempe dan kolak pisang, jadi makanannya tidak mubazir karena Rina dan Diki punya acara sendiri.

Rina sudah pergi sepuluh menit lalu, dan kini Ibu sendirian dirumah. Ia mencoba menghubungi Akbar, setelah beberapa menit panggilan itu diangkat.

"Assalamualaikum Bar..."

"Waalaikumsalam, ada apa bu? Akbar masih kerja nih."

"Kamu kapan ke rumah Ibu?"

"Aduh Bu, aku kira apaan. Kapan - kapan deh Bu, aku lagi sibuk banget belakangan ini, udah dulu ya Bu. Assalamualaikum..."

"tut tut tut"

Akbar bahkan menutup telponnya sebelum Ibu menjawab salamnya. "Waalaikumsalam..." jawab Ibu sambil mengusap dadanya.

"Dug Dug Dug... Allahuakbar Allahuakbar"

Lagi - lagi Ibu buka puasa seorang diri karena kesibukan anak - anaknya. Hati Ibu merasa sakit ketika ia diabaikan oleh anak - anaknya sendiri. Anak - anaknya lebih mementingkan teman, pacar dan pekerjaannya dibanding meluangkan sedikit waktu dengan Ibu mereka. Orang yang paling berjasa yang sudah melahirkan dan merawat mereka hingga sekarang.

"Andai Bapak masih ada, Ibu pasti gak bakal buka puasa sendirian Pak..." Ibu mengelus foto Keluarga yang sengaja diambilnya di album kenangan. "Anak kita sudah dewasa sekarang, dan mereka punya kehidupan masing - masing. Sampe lupa kalo masih ada Ibu." kata ibu dengan sedih.

"Ibu rindu Ramadhan bareng Bapak, rindu waktu kita buka puasa dengan menu seadanya tapi masih bisa kumpul bersama - sama."

Air mata Ibu membasahi pipi yang sudah mulai keriput. Usianya sudah tidak muda lagi dan ia hanya ingin dikelilingi oleh anak dan cucunya yang bisa menemaninya hingga akhir usianya.

TAMAT


provocator.3301
disya1628
simplepaper
simplepaper dan 3 lainnya memberi reputasi
4
733
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan