nanarenAvatar border
TS
nanaren
Tiga Mimpi, Tiga Materi


Sebentar lagi ulangan kenaikan kelas(UKK), tapi pikiranku malah yang tidak-tidak. Ada sesuatu yang membuat aku takut. Bukannya takut gagal atau tak mencapai target yang diinginkan. Aku hanya tidak ingin mengecewakan keluargaku. Duh, pengaruh luar! Aku sampai mimpi aneh pula.

Sesuatu yang aneh mulai muncul tiga hari menjelang UKK. Berturut-turut aku mimpi orang yang sama dan benda yang sama. Aku mimpi tentang teman sekelasku yang bernama Orin. Sudah lama dia akrab denganku, walaupun orangnya nyebelin banget. Orin yang jelek, nyebelin dan sok pintar itu, aku heran. Tiba-tiba muncul dalam mimpiku. Bukan cuma itu. Benda yang sama pun juga muncul di sana. Bunga mawar dan seragam pramuka.

Mimpi pertama, hari itu adalah hari Jum'at. Seluruh siswa memakai seragam pramuka. Waktu itu ada praktek kimia. Salah satu bahan yang digunakan untuk praktek adalah bunga mawar. Tapi aku lupa tidak membawanya. Lalu Orin datang. Dia memberikan bunga mawarnya padaku. Bunga mawarnya merah pekat dan indah sekali. Aku mengucapkan terima kasih. Ketika aku akan menuju lab kimia, tiba-tiba dia memegang tanganku yang memengang bunga mawar. Ternyata dia tidak bermaksud membantu tugas kimiaku. Tapi malah....
"I love you, Al.."
Hah? Apa-apaan ini? Oh, no! Akupun menggerutu dalam hati.
"Maaf." kataku. "Aku cuma ingin bunga mawarnya, bukannya itu."
Paginya di kelas, aku mulai meragukan sikapnya padaku.

Mimpi kedua, teman-teman sekelas mengadakan study tour private. Kami menginap di salah satu kampung tradisional dan mengunjungi berbagai tempat di sekitarnya. Saat itu kami memakai seragam pramuka. Ketika berkunjung ke museum, aku duduk sendirian sambil membaca majalah. Orin menghampiriku. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu tapi gugup. Dia berjalan kembali ke tempat semula dan menemui ketua kelas kami, Heni, beserta teman-temannya. Sepertinya membicarakan sesuatu. Sebenarnya aku dengar, tapi aku pura-pura tidur. Aku dengar Heni berkata,"Cepet sana, Rin. Katanya naksir sama Alia. Cepet tembak aja. Nih, bunganya!"
Orin menjawab, "Duh, aku deg-degan, Hen! Gimana dong?"
Heni dan teman-temannya lalu mendorong Orin menuju tempatku duduk. Orin yang ada di hadapanku ternyata ingin menyatakan cintanya, sambil membawa bunga mawar merah yang cantik. Dalam hati aku kaget. Tetapi aku masih pura-pura tidur. Orin kelihatan bingung. Lalu dia meletakkan bunga mawarnya di kepalaku. Dia berlari. Heni marah.
"Gimana sih, Rin, kok malah lari?"
"Gapapa ah, yang penting sudah kuberikan." jawabnya. "Dia tidur kok."
Setelah mereka pergi, aku bangun. Kuambil bunga mawar di kepalaku. Oh, kasihan! Bunganya sampai layu. Kuperhatikan baju dan rambutku berantakan seperti orang mabuk. Aku kembali ke penginapan. Cewek-cewek menghadang di depan pintu. "Cie cieee...", sambar mereka. Aku cuek saja. Lalu aku menerobos masuk ke dalam. Ada cowok-cowok, tapi tak ada Orin. Mereka mengenakan pakaian hitam ala boyband Korea. Katanya, "Ehem... Ehem..." sambil cekikikam memandangku. Aku bersikap cuek lagi. Aku menuju kamar mandi dan bercermin.
"Ternyata aku kacau sekali."
Rahma mengintip, lalu kututup rapat-rapat pintunya. Aku dengar sepertinya mereka sedang membicarakan aku dan Orin. Aku ingin menguping. Tiba-tiba aku terpeleset. Huaaaa...!
Aku terbangun dari tidurku. Oh, ternyata cuma mimpi! Sangat menyebalkan sekali.

Mimpi ketiga, hari Sabtu, masih memakai seragam pramuka. Aku stres, banyak pikiran. Apalagi orang-orang di rumah selalu ribut, ujung-ujungnya aku yang kena. Belajar di rumah jadi tidak nyaman. Aku bahkan sering menangis. Depresi pun muncul. Sepulang sekolah aku memutuskan untuk kabur dari rumah. Karena dua hari sebelumnya aku mimpi tentang Orin, maka kali ini (pada mimpi ini) aku ingin membuntutinya. Aku melihat dia sudah keluar duluan dari sekolahan dengan sepeda motornya. Cepat-cepat aku menghadang ojek. Kusuruh tukang ojek itu mengikutinya. Ternyata rumahnya jauh. Ketika hampir sampai aku turun. Aku mengintip di balik pohon. Kulihat Orin masuk ke rumahnya. Lalu aku berjalan sampai depan rumahnya. Akupun berhenti. Aku kembali menangis. Telah aku sadari, aku terlanjur kabur dari rumah dan tak tahu jalan pulang. Orin melihatku. Dia langsung menghampiri. Dia mengelap air mataku dengan sapu tangannya yang berwarna merah. Lalu duduk di sampingku dan bertanya.
"Kenapa, Al? Kok nangis?"
Aku diam, memalingkan wajahku.
"Kamu kok bisa sampai sini? Rumahmu kan jauh."
"Emm... Aku... Aku kabur dari rumah."
"Kenapa? Ada masalah?", tanyanya.
"Kamu gak perlu tahu.", jawabku dengan nada yang kasar.
"Aku gak tahu harus ke mana. Aku jadi pengen pulang lagi, tapi gak tahu jalan pulang."
"Ya udah, aku anterin, ya."
"Gak usah, gak usah. Makasih."
"Ayolah, Al! Aku anterin, ya. Aku kasihan sama kamu."
"Sungguh, gak usah!" Aku tetap menolak. "Aku bisa pulang sendiri kok."
"Sudahlah, pokoknya aku anterin."
Orin tetap memaksa. Apa boleh buat, kalau ini yang harus aku lakukan supaya bisa pulang. Dia segera mengambil sepeda motornya dan dua helm. Aku membonceng, pipiku masih basah. Sapu tangannya masih kubawa. Kejadian yang tak pernah kuharapkan terjadi. Aku kira dia mau mengantarku pulang, ternyata malah menuju ke pantai. Aku jadi bingung.
"Kok kita ke sini. Mau ngapain?"
"Lho, katanya ada masalah. Jadi aku anterin kamu ke sini biar tenang."
Ya sudah, aku ikuti saja apa katanya. Setelah memarkir kendaraan, dia menggandengku menuju ke sebuah bangku. Aku duduk. Dia pergi sebentar untuk membeli dua eskrim cornetto coklat. Perasaanku tidak enak. Aku juga khawatir kalau ada orang yang mengetahui almamater sekolah kami, karena kami masih memakai seragam pramuka. Lama menunggu, dia datang juga. Kulahap eskrim itu sambil melihat lautan pantai dengan tatapan kosong. Tentunya tanpa melihat Orin.
"Udah enakan kan sekarang."
Aku mengangguk.
Saat aku berhenti menjilat, tiba-tiba dia menghadapkan wajahku ke hadapannya, sehingga kami saling bertatapan. Sebenarnya apa yang dia inginkan?
"Aku telah menunggu momen tepat seperti ini, untuk menyatakan perasaanku padamu. Sudah lama aku menyukaimu. Jadi, apakah kamu bersedia jadi pacarku?"
Dia menunjukkan setangkai bunga mawar di depanku. Seperti mimpiku sebelumnya. Aku kaget, terharu, menangis. Rasanya semua kesedihan yang ada dalam diriku hilang. Aku merasa sangat bahagia. Kuterima bunga itu. Dan artinya, aku bersedia menjadi pacarnya.

Sayang seribu sayang. Tiga mimpi yang berlangsung berturut-turut. Tiga materi yang sama. Sayangnya itu tak ada di kehidupan nyata. Semuanya hanya mimpi.

Dari ketiga mimpiku aneh itu, aku ingin tahu arti dari semua ini. Ada apa dengan Orin, bunga mawar, dan seragam pramuka? Kalau dipikir-pikir, mungkin aku jatuh cinta pada Orin. Mungkin, hanya mungkin. Bisa jadi tidak mungkin. Dia kan jelek dan nyebelin. Tapi dia juga hebat dalam pemprograman komputer. Aku jadi ingin diajari, itung-itung untuk membalas fisika dan matematika yang pernah aku ajarkan padanya. Sampai dipotret pula kami berdua oleh teman yang jahil. Wow! Itu tandanya... Alia lagi jatuh cinta nih, hahaha!
Coba aku bayangin. Kalau seumpama mimpi ini jadi nyata, pasti Orin akan nembak aku pada hari Jum'at atau Sabtu, pasti membawa bunga mawar merah. Kalau begitu mungkin juga ada yang berkomentar,
"Masa sih, Alia yang pintar di kelas, profesor fisika kita, jadian sama Orin si aneh itu? Gak mungkin banget keles...!"
Aku masih tidak percaya mengapa aku mimpi seperti itu. Oh, mungkin saja diawali dari cerita drama yang pernah aku mainkan dengan Orin. Kisah rumah tangga Pak Herman dan Bu Sinta.


Di sekolah, entah apa yang terjadi. Aku jadi canggung setiap bertemu Orin. Perasaan gugup mulai menjalar ke seluruh tubuhku. Padahal dia duduk tak jauh dari tempat aku duduk. Kami biasa berbicara, bercanda, belajar bersama, menyelesaikan tugas bersama. Kali ini, sungguh, tubuhku serasa kaku. Aku lebih memilih diam daripada berbicara padanya. Saat ulangan kenaikan kelas dimulai. Sampai berhari-hari hampir usai. Aku masih tak ingin bicara, walau hanya menyapa. Rasanya jarak di antara kita semakin jauh. Kulihat, sikapnya acuh tak acuh seperti biasanya. Mungkin dia tidak merasakan sikap anehku ini. Aku juga tidak ingin dia tahu kalau aku memikirkannya. Bahwa aku memikirkan tiga mimpi dan tiga materi itu. Bahwa aku telah jatuh cinta padanya. Dan aku ingin dan sangat ingin tahu, apa maksud semua ini.

Ulangan kenaikan kelas telas usai. Kami tinggal menunggu hasilnya seminggu lagi. Sikapku masih sama terhadap Orin- diam, diam dan diam. Diam-diam aku memendam perasaan. Dia duduk tak jauh dari tempat aku duduk. Dia sedang bicara pada temannya. Aku hanya seorang kutu buku yang selalu pegang buku. Buku yang tengah kubaca bergetar. Oh, jangan lagi! Ada rasa ingin mendekatinya. Aku ingin sekali berbincang dengannya. Dulu itu mudah kulakukan, kali ini terasa berat. Ada apa dengan Orin, bunga mawar, dan seragam pramuka? Pertanyaan itu belum lekas hilang dari ingatanku. Jika aku mengira ini akan menjadi nyata, maka aku harus bertindak. Aku harus bicara padanya. Ya, aku harus bicara. Tinggal menunggu temannya pergi, lalu aku bisa duduk berdua dengannya. Ya, itu yang akan kulakukan.

"Hai!", sapaku.
Pandangannya aneh. Aku melanjutkan lagi.
"UKK kemarin gimana? Soal-soalnya lumayan sulit, ya."
"Hah? Apa kamu bilang sulit? Soal-soal itu sih kecil."
Seperti yang aku duga. Nada bicaranya menyebalkan sekali. Meremehkan sesuatu yang belum tentu dia bisa lakukan.
"Pergi sana! Kamu duduk di sini mau bikin malu aku lagi?"
Apa? Baru sebentar aku duduk di sini. Tiba-tiba aku diusir begitu saja. Apa yang dia pikirkan? Tak seperti biasanya dia begitu.
"Apa-apaan kamu ini? Kalau gak suka aku di sini bilang aja."
"Aku memang gak suka sama kamu."
Deg! Aku seperti ditembak senapan. Sangat menyakitkan, sakit sekali. Dadaku terasa sesak. Tempo nafasku tak stabil. Pahit sekali air liurku. Tak kusangka rasanya akan seperti ini.
"Aku tahu kenapa kamu sering deketin aku. Kamu suka kan sama aku? Ya kan? Orang-orang mengira kita pacaran. Padahal kita cuma berteman. Tahu gak, aku malu! Aku malu dideketin kamu terus. Aku malu teman-teman ngledek kita terus. Aku malu guru-guru juga meledek kita."
Begitulah kiranya, aku disemprot habis-habisan. Aku bingung.
"Terus?", ketus aku seolah ingin tahu kelanjutannya.
"Terus aku mohon kamu jangan deketin aku lagi. Berhentilah mengejarku! Aku lebih suka sikapmu yang kemarin menghindari aku. Sekali lagi, aku gak suka sama kamu. Kamu mau bikin aku malu lagi?"
Deg!
Yang tadi itu, yang barusan itu, apa dia serius? Ternyata selama ini itu yang dia rasakan. Pantas dia sangat menyebalkan. Sikap menyebalkannya itu dia lakukan agar aku menghindarinya. Oh, betapa bodohnya! Mengapa aku tidak menyadari hal ini dari dulu? Sudah terlanjur. Dia, orang yang bernama Orin itu, dia membenciku. Aku telah menelan ludah yang sangat pahit. Dadaku semakin sesak. Tadinya aku ingin menyangkal, tapi aku tak bisa. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan diamku seperti batu. Dunia seakan terbalik.

Akhirnya, inilah yang kudapat. Aku telah memecahkan teka-teki yang selama ini ingin kuungkap. Tiga mimpi, dan tiga materi: Orin, bunga mawar, dan seragam pramuka.

•Orin; Dalam mimpi, Orin menyukaiku. Bahkan dia ingin aku menjadi pacarnya. Tapi kenyataannya dia tidak menyukaiku. Dia membenciku. Dia malu berteman denganku. Dia ingin aku menghindarinya.

•Bunga mawar; Seindah-indahnya bunga mawar pasti ada duri di tangkainya. Dalam mimpi aku melihat keindahannya. Tapi kenyataannya aku seperti memegang tangkai berduri. Duri yang telah menusuk batinku. Menyakitkan rasanya hati ini tertancap duri tajam.

•Seragam pramuka; Baju yang biasa dipakai di sekolah pada hari Jum'at dan Sabtu ini berwarna coklat. Coklat itu warna tanah. Tanah bisa berupa lumpur. Mendengar pengakuannya, aku merasa dilempar lumpur tepat mengenai mukaku. Mukaku jadi kotor. Lumpur yang coklat, kotor dan menjijikan itu - sungguh tega ia lemparkan padaku. Aku merasa malu. Malu sekali.

Hasil UKK dibagikan. Aku puas dengan hasil yang kudapat. Setidaknya ini bisa melunturkan rasa sedihku yang telah lalu. Sedangkan Orin, dia itu, entahlah. Aku sudah tidak peduli lagi dengannya. Aku tak peduli tahun depan dia sekelas lagi denganku atau tidak. Yang pasti aku tidak peduli. Mungkin mulai saat itu, saat ini dan seterusnya, aku tak mau mengenalnya lagi. Maafkan aku.
emoticon-No Hope

Index
Cerita 1: Mimpi Orin
Cerita 2: Tiga Hari Tiga Malam
[URL="https://www.kaskus.co.id/show_post/58d280db162ec27c688b4568/29/-"]Cerita 3: Tiga Hari Tiga Malam
Diubah oleh nanaren 17-01-2018 22:59
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
2.8K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan