kalimat judul tadi menggambarkan betapa saya lebih mudah menyampaikan suatu perasaan lewat tulisan ketimbang berbicara lugas.
Menulis kadang menjadi pilihan yang terbaik, saat apa yang dirasakan itu sebenarnya tidak etis dikatakan, tapi batin mendesak untuk segera diungkapkan. Terkadang juga, menulis itu adalah satu-satunya pilihan saat tidak ada orang yang mau mendengarkan saya berbicara.
Mungkin, hal ini juga dilakukan oleh beberapa orang, dengan berbagai motivasi, dan dengan berbagai macam caranya.
Quote:
Quote:
MENULIS UNTUK MENUANGKAN HASIL PEMIKIRAN
Beberapa orang yang pernah saya temui, pernah mengalami masalah ini. Mereka kesulitan untuk membicarakan ide ataupun hasil pemikirannya karena suatu hal.
Salah satu contohnya adalah ;
Seorang guru fisika yang kesulitan untuk menjelaskan rumus suatu soal. Dia tahu, jika rumus itu hanya dijelaskan dengan berbicara, para muridnya tidak akan pernah paham. Sebuah hasil pemikiran akan menjadi sia-sia, jika orang yang di tuju tidak memahaminya.
Maka, cara supaya murid-murid itu mengerti, maka guru fisika tersebut menuliskan rumus beserta penjabarannya dengan gamblang. Dengan begitu, diharapkan beberapa murid akan memahaminya.
Quote:
Quote:
MENULIS UNTUK BERBAGI PENGALAMAN
Saya adalah salah satu orang yang memiliki keinginan menulis untuk bercerita soal pengalaman saya. Salah satu contohnya adalah Thread yang pernah saya isi di Sub Forum SFTH. Disana, saya menulis hingga beberapa ratus halaman, hanya untuk menceritakan sebagian pengalaman yang pernah saya alami.
Bisa bayangkan jika semua hasil tulisan itu saya siarkan lewat berbicara dengan mulut? Bisa-bisa bibir saya dower, lidah saya copot, gigi saya kering, pita suara saya putus! Jadi, satu-satunya jalan adalah saya menuliskan itu semua.
Quote:
Quote:
MENULIS UNTUK MEMBUANG KELUH KESAH
Untuk yang satu ini, saya tidak pernah menuliskannya ataupun cerita ke teman dekat. Kalo mau curhat, biasanya saya masuk kamar, lalu menceritakan kegalauan saya ke Mella, ular Boa albino peliharaan saya sambil elus-elus kepalanya. Mella itu ular yang pengertian, dia mendengarkan semua curhatan sambil gigit-gigit manja lengan saya. Mella genit yah!
Tapi Jika kamu adalah orang yang suka menulis diari, membuat status di media sosial, atau menulis sesuka hati berdasarkan perasaan kamu saat itu, SELAMAT!!! KAMU TERMASUK PENULIS TIPE INI!
Curhat adalah suatu kebutuhan. Baik itu orang tua, anak kecil, maupun itu seorang pria atau juga wanita. Sama seperti buang air besar, curhat adalah kebutuhan mendesak yang harus dikeluarkan saat itu juga. Kalau nggak ketemu orang yang pas untuk menuangkan isi hati, maka kamu biasanya akan menuliskan curhatan tersebut dalam buku diari, status media sosial, ataupun blog.
Misalkan saja kamu menulis ;
“hari ini gue berangkat kuliah naik busway. Seperti biasa, busway di pagi hari selalu penuh penumpang. Pas gue naik, bus yang gue tumpangin ini pun kursinya udah di dudukin semua. Alhasil, gue akhirnya dapat posisi berdiri di hadapan kursi yang di dudukin seorang nenek. Sebagai manusia yang beradab, gue melempar senyuman manis ke nenek itu sekadar menyapa.
Bukannya balas senyum, itu nenek malah ngibrit sambil terpekik kearah petugas yang jaga pintu busway. Itu nenek teriak sambil nunjuk gue ; ‘HIIIIII… ITU ANAK MAU CABULIN SAYA!!!’
Alhasil gue malah digelandang ke halte terdekat dan dimintai keterangan. KAMPREEEETTTTT!!!!”
Quote:
Quote:
MENULIS UNTUK MENDAPATKAN PROFIT
Ini yang paling banyak diminati oleh para penulis. Entah itu professional atau amatir, bisa nulis atau tidak, kamu selalu berharap setiap tulisanmu bisa menghasilkan keuntungan. Yang jadi masalah disini adalah ; apakah tulisanmu itu memiliki nilai jual?
Sebagian lagi bermimpi, semoga tulisannya dijadikan buku, diterbitkan dan dijual di toko-toko buku. Kenyataannya, menerbitkan tulisanmu dan menjualnya itu tidak semudah ngorek upil lalu disentil. Banyak hal yang dibutuhkan agar karyamu itu memiliki nilai dan layak untuk dijual. Jika kamu ingin memasuki bagian ini, kamu harus banyak belajar dan berjuang!
Meskipun beda ceritanya kalau kamu punya modal finansial yang cukup ataupun tidak tertarik pada keuntungan finansial, orientasi biasanya akan beralih jadi membuat tulisan yang hanya ditargetkan sekadar karya yang dikenal orang.
Contohnya adalah seorang penulis yang mendadak terkenal, yang baru-baru ini ditangkap aparat karena hasil tulisan-tulisannya yang kontroversial tentang kritik pemerintahan dan menyinggung SARA. Saya pribadi berpendapat bahwa orang itu menulis bukan untuk uang, tapi untuk popularitas.
Quote:
Quote:
MENULIS UNTUK MENYALURKAN HOBI
Ini yang paling istimewa diantara tipe yang lain. Kamu yang menulis karena hobi adalah manusia paling merdeka sedunia. Kenapa?
Karena kamu tidak peduli kalau tulisanmu itu bagus atau jelek, menarik atau tidak, panjang atau pendek, selama hatimu senang, kamu tetap menulis hingga selesai karena itu adalah hobimu!
Beberapa orang lainnya menulis untuk menyalurkan jiwa seni mereka. Baik itu puisi, prosa, sajak, ataupun seni tulisan lainnya.
Untuk kamu yang termasuk tipe ini, tidak ada hal lain yang ingin kamu kejar selain menyelesaikan tulisan itu. Tekanan tidak akan berpengaruh, caci maki hanya dibiarkan berlalu, karena tujuanmu menulis hanyalah sebagai pemuas hasratmu sendiri.
Lalu diantara itu semua, ada banyak orang yang kurang paham tentang cara penulisan yang baik. Kalau tulisanmu itu hanya untuk konsumsi pribadi, sebenarnya tidak akan jadi masalah. Tapi jika kamu ingin tulisanmu dibaca orang lain, maka kamu harus memperhatikan hal ini.
Cara penulisan yang baik itu dibutuhkan agar orang lain memahami isi yang ingin disampaikan. Karena percuma saja tulisanmu sebagus apapun kalau orang tidak paham. Atau bahkan lebih parah lagi, orang tidak bisa membaca tulisanmu.
Penggunaan tanda baca, spasi, ukuran huruf, font, kapital, tata bahasa dan konsonan. Itu mutlak diketahui cara penggunaannya. Karena jika penggunaan hal-hal tersebut diabaikan, maka mungkin saja makna lain malah bisa tertangkap dan melenceng jauh dari maksud yang ingin kamu sampaikan.
Contoh kecilnya adalah sebuah kalimat yang tidak menggunakan tanda baca seperti berikut :
Quote:
”Mari kita makan anak-anak”
Bandingkan dengan kalimat yang sama, namun dilengkapi tanda baca seperti berikut :
Quote:
”Mari kita makan, anak-anak!”
Makna kedua kalimat diatas berbeda, padahal tulisannya sama! Kenapa oh kenapa?
Pada kalimat pertama, tanda baca tidak digunakan sehingga kalimat tersebut berisi seperti seorang kanibal yang mengajak rekannya untuk memangsa anak-anak. Sedangkan pada kalimat kedua yang menggunakan tanda baca, maknanya seperti orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk makan bersama.
Pergeseran makna ini bisa berakibat fatal bagi pembaca tulisanmu. Dan mengenai hal ini, saya memiliki kutipan ciptaan saya sendiri.
’TULISAN MEMANG TIDAK BERBUNYI, TIDAK JUGA BERSUARA. TAPI SATU TANDA BACA BISA MEMBUAT TULISAN PUNYA NADA.’
Itu hanya sebagian kecil dari banyak hal yang harus kamu pelajari jika ingin cara penulisanmu bisa dinikmati orang lain.
Terus terang, menulis merupakan sebuah ekspresi. Cara penulisan saya belum tentu sama dengan cara menulismu. Isi tulisan saya bisa jadi tidak masuk dalam pemahamanmu. Tidak ada aturan baku untuk membuat tulisan yang bagus dan bermutu. Dan tidak ada jaminan semua orang menyukai tulisanmu.
Quote:
”Menulislah… Jika orang lain menutup telinga, pasti mereka akan membuka mata…
Menulislah… Sebab dengan huruf demi huruf, Tuhan memberikan pedoman…
Menulislah… ceritakan kisahmu… goreskan penamu… simpan suaramu…
Jika bicarapun enggan… Maka menulislah…”