schatzypurpleAvatar border
TS
schatzypurple
SATU WANITA BANYAK CINTA
"Bu.. pasien kemaren yang sesak nafas itu meninggal", begitulah yang disampaikan perawat di ruang igd ketika aku baru menapakkan kakiku sampai disana. Rasanya belum habis peluh setelah melayani pasien poli pagi, dihadapkan lagi dengan kabar yang tidak mengenakkan. "innalillahiwainnailaihiroji'un.. jam berapa meninggalnya?", "Jam 10 tadi malam bu" begitulah laporan perawatku.

Menjadi tenaga medis yang kerap berhubungan dengan sehat dan sakit serta hidup dan mati bukanlah hal yang mudah. Tidak ada hal yang lebih indah selain ucapan terimakasih dan kesembuhan yang di dapatkan pasien setelah masa kritisnya. Tidak mudah menstabilkan mood setelah mendengar kabar pasien yang kita tau datang dengan kondisi baik, seketika menurun dan meninggal. Salah satu hal yang paling berat dan tidak kusukai adalah menjadi saksi antara hidup dan mati seseorang.

Namaku Lala. Aku dokter disalah satu puskesmas di daerah terpencil di pulau Sumatera.

Seketika aku tersadar dari lamunan saat nada telpon dr samsung milikku berdering. "Yaa halo Assalamu'alaikum.. pemadam kelaparan?" Suara khas lelaki yang menemaniku beberapa tahun belakangan "Wa'alaikumsalam.. kenapa yank?"

"Kok lesu sih? Ini Lala palsu pasti.."

"Serius deh.. aku sediih.. pasienku meninggal tadi malem.. "

"Innalilahiwainnailaihiroji'un.. yang kemaren sesak nafas?"

"Iya.. kasian yank.. pasangan itu baru nikah.. tapi itu udah maksimal yang bisa aku lakukan sebelum dirujuk.."

"Yaudah.. toh kamu sudah melakukan yang terbaik yang kamu bisa.. hidup dan mati bukan keputusanmu.. kalo Allah berkehendak seseorang itu masih ada umurnya, tanpa kamu melakukan apa-apa pasti juga masih selamat toh.. begitu pula sebaliknya.. kalo kamu drop sekarang, kasian pasien-pasienmu yang akan datang dong.. harus semangat.."

Aku pun manggut2 padahal seseorang di ujung sana jelas tidak dapat melihat yang aku lakukan.

"Entar malam balik jam berapa?"

"Seperti biasa sih jam 8.. kecuali kalo ada pasien yang belum bisa ditinggal, ya bisa molor.. kenapa?"

"Nanyaaa ajaaaa... nanti aku ndak nanya dibilang ndak perhatian.."

"Yaudah.. ketemu di tempat biasa ya.."

"Sipp.. yaudah ya.. aku lanjut laporan lagi.."

"Okesiaapp.. assalamualaikum yank"

"Waalaikumsalam"

....

Tepat jam 8 malam aku menyelesaikan pasien-pasien di IGD. "Kak.. saya pulang duluan ya.. "

"Baik Bu.. hati2 yaa.. terimakasih"

"Sama-sama kak.. titip pasien ya.."

Perihal masalah panggilan, aku terbiasa menyapa perawat-perawatku dengan "kakak". Bukan karna melulu mereka lebih tua dariku, melainkan karena aku ingin mereka merasa dihargai. Tidak melulu harus aku yang dihargai. Bekerja dalam satu tim pun, bukan hal yang mudah, bagaimana kita mengkondisikan diri, menjadi pemimpin, teman, bahkan saudara. Bahkan terkadang aku pun bertentangan dengan apa yang mereka lakukan. Pengalaman mereka yang lebih senior, terkadang bertentangan dengan keilmuanku.
Sebaliknya, mereka terbiasa memanggilku dengan "Bu.." atau "Bu dokter.." walaupun rata-rata usia mereka kebanyakan di atas usiaku dan beberapa hanya berselisih 1 atau 2 tahun dibawah usiaku.


Aku bergegas menuju parkiran, mengendarai si blacky pemberian orangtuaku yang selalu setia beberapa tahun belakangan ini.

"Halo assalamualaikum.. otw yaa.."

"Waalaikumsalam.. Siap.. mandi dulu.."

"Baru mau mandiiii ???!!!!"

"Sebentar koookkk.."

"Yaudah buruan.."

Begitulah hal yang sering terjadi. Pertemuan kami sering terjadi di luar jam pasangan pada umumnya. Sampai saat ini masih banyak yang berpikiran malam minggu itu wajib. Tapi tidak dengan kami, bertemu itu tidak melulu malam minggu yang pasti berbenturan dengan jam praktek. Jam menunjukkan pukul 20.15 wib, aku melihat lelaki yang tidak asing dalam hidupku beberapa tahun belakangan di ujung jalan. Dengan mengenakan kaos hitam dan celana coklat selutut, mengenakan kacamata yang menurut ceritanya hanya ia tinggalkan saat mandi dan tidur.

"Hei.. mau kemana kita?" Hal pertama yang ia ucapkan ketika membuka pintu mobil sambil mengusap2 kepalaku.

"Jalan-jalan lah.. emang selama ini punya tujuan terus kalo jalan?"

Kami memiliki kebiasaan bertemu hanya untuk sekedar bercerita ttg kegiatan hari itu, bertemu hanya dari jam 8-9 malam. Kadang pun bisa molor dari jam 8.30 sampai jam 9. Selalu diusahakan bertemu. walaupun terkadang terkesan aku yang memaksakan. Karena penatnya hari-hari mendengarkan keluhan pasien membuat aku juga harus memiliki tempat berkeluh kesah. Terbatas waktu pertemuan, karena aku yang masih menjadi anak gadis bungsu ayah dan ibuku membuat aku harus sudah dirumah jam 9 malam.

Sambil mendengarkan lagu dari beberapa saluran radio,
"Eh mas.. kalo dipikir2 lucu ya awal mula ketemu dulu.. kamu ngirim2 puisi terus tiap malam.. "

Dengan reaksi spontan, lelaki di sebelahku menolak. "Eiitss sorry bossss.. bukannya situ yang ngejar-ngejar aku?"

"Eehhh maaapp yaa.. sorry-sorry deehh.."

Perdebatan akan selalu muncul setiap kami memulai membahas awal mula pertemuan kami. Warnet dan facebook awal mula sejarah pertemuan kami. Dari situlah, drama ini dimulai.

"Mas.. aku pengen nulis di kaskus"

"Yakin??"

"Emang kenapa?"

"Ya ndak apa2.. kehidupan di kaskus salah satunya harus siap di kepoin orang, di kritik orang.. emang siap?"

"Ndak tau.. hahaha"

Sudah beberapa lama aku ingin menyalurkan kisah hidupku dalam tulisan, entah harus memulai dari mana. Dan sudah beberapa kali pula aku menyatakan keinginanku itu. Sampai pernah ia menyarankan,
"Rajin2 baca tulisan dulu, nanti baru dapet feel nya gimana buat nulis itu.."

Sampai akhirnya, aku beranikan diri untuk mempublish ceritaku.

PART 1 - NAMAKU LALA
PART 2 - PKL DAN LELAKI ITU
PART 3 - CORETAN MASA LALU
PART 4 - STATUS KITA, PENTINGKAH ?
PART 5 - ANTARA PERASAAN DAN LOGIKA
PART 6 - SEND ME SOME KEY

Diubah oleh schatzypurple 07-11-2017 10:12
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
4.2K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan