tosalayaAvatar border
TS
tosalaya
BISNIS BERBASIS KEARIFAN LOKAL (MARTHA TILAAR)


Manfaatkan Pengakuan Global atas Produk Herbal - Membicarakan bisnis kecantikan tanah air menjadi tidak lengkap bila tidak menyebut sosok Martha Tilaar. Founder Martha Tilaar Group itu bicara tentang mimpi besar serta keunggulan produk lokal di pasar global.

Dari garasi berukuran 4 x 6 meter di rumahnya, Menteng, Jakarta. Martha Tilaar mengawali mimpinya pada awal 1970. Ketika itu baru kembali dari mendampingi suami bersekolah di AS. Bagian rumah yang digunakan salon tersebut menjadi awal cita-cita besar yang kini terwujud.

"Mimpi besar saya adalah mempercantik perempuan Indonesia dan Asia dengan menggunakan kearifan budaya dan kekayaan alam Indonesia," ucapnya ketika ditemui di kantor sekaligus pabriknya dikawasan Pulogadung, Jakarta, Selasa (12/1).

Hari itu istimewa. Sebab, merupakan anniversary ke 52 pernikahan Martha dan suami tercinta Prof. Dr. H.A.R Tilaar atau dikenal dengan Alex Tilaar. Lima tahun mendampingi suami di AS. Mereka sangat kreatif dan melek teknologi. Semua dikerjakan berdasarkan riset. "Nah, saya berpikir, kekayaan alam kita luar biasa. Tanaman herbal kita banyak sekali jenis dan manfaatnya. Kalau dipadukan dengan high technology akan sangat kuat," tutur perempuan kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 4 September 1937 itu.

Dari salon kecil di garasi, bisnis kecantikan Martha mekar tahap demi tahap. Pada tahun 1977 dia mendirikan PT. Martina Berto bersama dua mitra usaha. Hingga kemudian membangun pabrik sendiri di Pulogadung pada tahun 1981.

Produk-produk kosmetik dalam negeri berkualitas lahir dari kreativitas dan keuletennya. Ibu empat anak serta nenek delapan cucu itu ingin fokus pada bidang kecantikan. Rantai bisnisnya mulai salon dan spa, pabrik kosmetik, sekolah kecantikan hingga distribusi dan packaging. "Dari hulu ke hilir tapi semuanya berkaitan dengan kecantikan,'' ucapnya.

Perempuan yang tetap ayu pada usia 78 tahun tersebt membeberkan filosofi DJITU, Disipiln, Jujur, Iman, Tekun dan Ulet. "Sekarang, 'I' nya berarti inovasi. Kita harus terus kreatif melahirkan inovasi-inovasi baru agar mampu bersaing", ucapnya.

Ditengah serbuan brand-brand kosmetik luar negeri yang terlihat ekslusif, Martha optimistis sektor industri kosmetik lokal tak kalah bersaing. Kuncinya, masyarakat kita harus bangga dengan identitas bangsa, yaitu kearifan budaya dan kekayaan alam sendiri. Tidak semua hal yang berasal dari Barat baik dari pada hasil tanah air.

Dia menuturkan justru sebenarnya pebisnis global sudah mengakui keunggulan produk herbal Indonesia. Martha mencontohkan, bahwa jenis temu-temuan seperti temulawak, temugiring, dan curcuma (kunyit) diminati Belanda, Prancis, dan Jerman. Namun, yang sering terjadi, bahwa asli Indonesia di ekspor dalam bentuk raw material, kemudian dikembangkan di luar negeri, sehingga nilai ekonomisnya kecil.

"Beda apabila sudah di ekstrak, apalagi diproses sesuai good manufacturing practices (GMP), nilainya pasti lebih mahal, petani bisa lebih makmur," papar Martha. Sebagai negara agraris, lanjut Martha, Indonesia seharusnya bisa menjadikan sektor pertanian sebagai kekuatan ekonomi.

Martha juga berbicara tentang masalah standarisasi yang masih menjadi kelemahan produk-produk dalam negeri. Agar mampu bersaing di pasar global, produk harus memiliki standarisasi pengendalian mutu. Pada tahun 1996 pabriknya mendapatkan sertifikat mutu ISO 9001 kemudian pada 2000 meraih ISO 14001. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tantangan yang dihadapi Indonesia makin besar.

Dengan adanya MEA puluhan ribu tenaga kerja terlatih dari luar negeri bisa datang ke tanah air. Kalau tidak siap, SDM akan kalah bersaing. Orang-orang asing yang jadi pemimpin pun akan banyak. " Kalau saya, jelas nggak rela", tegasnya.

Martha menuturkan, potensi SDM Indonesia sangat besar dan harus dimotivasi untuk terus belajar. Jangan mudah puas dengan apa yang sudah dicapai. Harus terus berfikir what's next, "apalagi yang bisa kita kerjakan, jangan jealous pada kemampuan orang lain, tapi what can we do, terus nggak boleh berhenti biar tidak ketinggalan," lanjutnya.

Kreatifitas pula yang menjadi pegangannya untuk melewati krisis. Dia mengingat momen krisis ekonomi 1998. Semua sektor mengalami penurunan. Puluhan pabrik gulung tikar. Bukan Martha namanya bila cengeng dan menyerah. Ketika itu dia pergi ke Ranah Minang dan bertanya kepada nenek-nenek penenun. "Warna apa yang paling dominan disini?". Jawabanya merah dan kuning.

"Sepulang dari sana, saya bilang ke insinyur saya untuk membikin cetakan lipstik merah dan gold dalam satu produk." kenang Martha. Produk yang terinspirasi dari obrolan dengan perempuan Minang itu mencatat kenaikan penjualan hingga 400 persen. "Jadi, saya enggak sampai di PHK karyawan, malah banyak lembur." ucapnya.

Kini, dengan total karyawan sekitar 5.000 orang, omset Martha Tilaar Group lebih dari Rp. 2 triliun. Dengan karyawan yang 70 persen perempuan, Martha turut berupaya memperdayakan perempuan Indonesia. Dia membuat Martha Tilaar Training Centre untuk menghasilkan terapis-terapis spa berkualitas. Pelatihan gratis, bahkan peserta mendapatkan uang saku Rp. 800 ribu perbulan. Nanti setelah menuntaskan pelatihan, mereka ditempatkan disetiap cabang Martha Tilaar Salon dan Day Spa.

Sejak beberapa tahun belakangan, Martha mulai menyerahkan bisnis kepada anak-anaknya sebagai penerus. Bryan, Pingkan, Wulan dan Kilala. Meski begitu, perjuangan Martha belum selesai. Dia terus berusaha melestarikan produk herbal tanah air.

Kegigihan Martha berbuah. Pada tahun 2010 Martha Tilaar Group menjalin kerja sama untuk membuka program magister ilmu herbal di Universitas Indonesia. Sembilan orang dari tim research & development Martha Tilaar menjadi dosen. Martha pun sesekali memberikan kelas. (nor/c10/sof)

Simak Kisah Inspritaif Lainnya di SINI
0
3.7K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan