- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
6 Pentas Seni Kebudayaan Yang Dilarang Di Masa Orba


TS
badut.urban
6 Pentas Seni Kebudayaan Yang Dilarang Di Masa Orba
SelamatDatang DiThread Saya
SemogaAnda BetahMembaca
SemogaAnda BetahMembaca


Spoiler for Hot Threads pertama:

1. Sandur

Quote:
Kesenian kebudayaan yang dilarang pada masa orde baru yang pertama dalam daftar ini adalah kesenian Sandur, kesenian tradisi dari Bojonegoro yang berformat Teater dicampur dengan Tari Tradisional ini sempat dilarang di masa Orba karena dianggap sebagai corong Lekra untuk menyebarkan propaganda Komunisme (karena drama yang ditampilkan dalam sandur tak jauh dari masalah pertanian, perkimpoian, atau sosial dimana orde baru alergi dengan hal hal seperti itu), meskipun demikian kini banyak seniman dan budayawan Bojonegoro yang ingin menghilangkan citra negatif sandur, dan memperkenalkanya kepada anak anak muda, Akhirnya sedikit demi sedikit mulai mendapat respon yang positif, banyak anak muda berbakat yang ingin dan mempunyai jiwa patriotisme untuk mengembangkan budayanya sendiri agar tidak hilang dalam kepunahan, kalau bukan kita yang peduli siapa lagi?
2. Barongsai

Quote:
Kesenian Barongsai memang bukan asli Indonesia, tapi siapa yang menyangka bahwa kesenian ini sudah ada sejak abad ke 17 di Nusantara, dimainkan turun temurun sebagai pentas hiburan dan kesenian rakyat, tak hanya warga tionghoa namun para penduduk lokal pun beramai ramai menonton ketika diadakan pertunjukan Barongsai, walaupun begitu setelah tahun 65 Orde baru melarang apapun yang berbau komunis, termasuk apapun yang ada hubunganya dengan Tiongkok, sehingga membuat Barongsai mati suri, dan pertunjukan hanya bisa dilakukan secara sembunyi sembunyi, setelah orde baru tumbang, akhirnya Barongsai dimunculkan lagi sebagai salah satu khasanah budaya yang hidup di Nusantara.
3. Tarian Gending Sriwijaya
Quote:
Tarian Gending Sriwijaya memang bukan sebuah tarian tradisi yang sudah berlangsung lama di Nusantara, tapi baru muncul ketika para seniman sumatera selatan dimintai tolong ketika akan menyambut pembesar jepang, di tahun 65an sempat dilarang karena salah seorang seniman pelestari Tarian Gending Sriwijaya tertuduh sebagai seorang anggota PKI, sampai pemerintah kota palembang mengakhiri polemik di tahun 1969 ketika menampilkan Tarian Gending Sriwijaya di Jakarta Fair, sehingga sampai sekarang tarian ini menjadi kearifan lokal yang bisa kita nikmati dan lestarikan sebagai warisan budaya.
4.Lengger

Quote:
Kesenian khas Banyumas ini dimainkan oleh dua penari sampai empat penari yang serupa dengan wanita (karena biasanya yang memainkan ini adalah para laki laki yang feminim atau sebutan kasarnya banci, walaupun demikian seiring sejarahnya tarian ini juga dimainkan laki laki dan perempuan, walaupun begitu lazimnya kalau tarian itu wanita maka dinamakan Ronggeng, sementara kalau laki laki yang berpakaian wanita disebut lengger) diiringi dengan musik gamelan yang disebut calung, selain dicurigai karena berbau sensual, tarian ini juga dianggap sebagai corong PKI karena banyak orang banyumas yang menjadi anggota Lekra, tapi akhirnya pemerintah banyumas sendirilah yang perlu melestarikan ini sehingga pelaranganya dicabut pada tahun 70an.
5. Tari Jejer Gandrung

Quote:
Tari Jejer Gandrung yang berasal dari Banyuwangi punya sejarah panjang dalam perjuangan rakyat indonesia melawan kompeni, ketika daerah Blambangan dibumihanguskan belanda membuat penduduk tercerai berai dan masuk ke dalam hutan hutan untuk kabur atau sekedar bertahan hidup, para pemuda lalu beriniatif membuat kesenian dimana nanti imbalanya adalah beras, yang dibagi-bagikan kepada para penduduk yang bertahan hidup di hutan.
Berihwal dari sini, akhirnya tari ini dipergunakan sebagai propaganda PKI, sebagai tari perjuangan rakyat jelata, ditambah lagi lagu genjer genjer yang konon berasal dari Banyuwangi,akhirnya membuatnya sempat dilarang di masa Orba.
sehingga suatu hari Soeharto datang ke Banyuwangi dan pemerintah setempat berinisiatif menampilkan pertunjukan kesenian Banyuwangi, ketika melihat kemeriahan itu Pak Harto bertanya apakah kesenian itu sudah ada sebelum munculnya NKRI, Bupati Banyuwangi saat itu, Joko Sapaat, menjelaskan bahwa tari ini sudah ada sebelum masa NKRI, sehingga membuat pak Harto mangut mangut dan memutuskan kesenian ini harus dilestarikan, walaupun memang ada campur tangan pemerintah Orba setelahnya, namun ini termasuk langkah penting sehingga budaya yang hampir punah bisa tetap eksis sampai sekarang.
Berihwal dari sini, akhirnya tari ini dipergunakan sebagai propaganda PKI, sebagai tari perjuangan rakyat jelata, ditambah lagi lagu genjer genjer yang konon berasal dari Banyuwangi,akhirnya membuatnya sempat dilarang di masa Orba.
sehingga suatu hari Soeharto datang ke Banyuwangi dan pemerintah setempat berinisiatif menampilkan pertunjukan kesenian Banyuwangi, ketika melihat kemeriahan itu Pak Harto bertanya apakah kesenian itu sudah ada sebelum munculnya NKRI, Bupati Banyuwangi saat itu, Joko Sapaat, menjelaskan bahwa tari ini sudah ada sebelum masa NKRI, sehingga membuat pak Harto mangut mangut dan memutuskan kesenian ini harus dilestarikan, walaupun memang ada campur tangan pemerintah Orba setelahnya, namun ini termasuk langkah penting sehingga budaya yang hampir punah bisa tetap eksis sampai sekarang.
6. Tari Hudoq

Quote:
Tari yang berasal dari Sub-Etnis Dayak di Kalimantan Timur ini mengambarkan hama yang merusak padi dan petaninya, sebagai rasa syukur atas hasil pertanian kepada penguasa alam,di masa Soeharto, Agama diatur sedemikian rupa harus berdasarkan Agama Resmi, sehingga orang Dayak harus mau dikristenkan, dan dipaksa meninggalkan agama mereka, dengan alasan orang yang tak beragama selain Agama resmi adalah orang kiri.
Tarian ini dianggap sebagai simbol kekafiran, dan dicurigai sebagai propaganda komunisme, namun kini tarian ini bisa diperlihatkan lagi sebagai bagian dari kebudayaan orang Dayak.
Tarian ini dianggap sebagai simbol kekafiran, dan dicurigai sebagai propaganda komunisme, namun kini tarian ini bisa diperlihatkan lagi sebagai bagian dari kebudayaan orang Dayak.

Quote:
Sumber: Riset
Spoiler for tambahan kaskuser:
Quote:

perayaan seren taun di jawa barat pernah dilarang orba karena berkaitan dengan aliran kepercayaan
Quote:
Original Posted By sisirgedangsisi►gan tambahin pejwan bisa?
perayaan seren taun di Indramayu juga dilarang selama masa orba karena mengandung unsur sunda wiwitan, dimana aliran kepercayaan saat itu dilarang di Jaman Orba, padahal perayaan Seren Taun termasuk rasa syukur warga terhadap hasil bumi

perayaan seren taun di Indramayu juga dilarang selama masa orba karena mengandung unsur sunda wiwitan, dimana aliran kepercayaan saat itu dilarang di Jaman Orba, padahal perayaan Seren Taun termasuk rasa syukur warga terhadap hasil bumi

Tambahan untuk meralat agan sisirgedangsisi
Quote:
Original Posted By DimetUtomo►Sorry ralat gan. Itu yang tambahan seren taun bukan di Indramayu, tapi di Kuningan, Jawa Barat. Tepatnya di kecamatan Cigugur. Ane orang Cigugur gan. Itu acaranya setaun sekali dan memang sempat dilarang karena dianggap sebagai perayaan Agama Djawa Sunda (ADS) yang sempat dilarang sekitar taun 60an.
Sampe sekarang Seren Taun (22Rayagung) tetap dirayakan oleh semua masyarakat setempat meskipun sekarang penganut agama kepercayaan sudah menjadi minoritas (di Cigugur perbandingan Islam dan Kristen (mayoritas Katolik) kira-kira 50:50)
Jadi, perayaan Seren Taun kini malah jadi simbol pemersatu Cigugur yang beragam. Bahkan pendatang dari luar Sunda pun biasanya sangat betah tinggal dan akhirnya memilih untuk menetap sampai tua di sini. Itu karena toleransi disini. Orang-orang Indonesia timur aja yang di Jakarta terkenal dengan imej debt collector atau preman, disini mereka biasa aja, bahkan cenderung segen. Juga pedagang Madura disini. Mereka ramah2. Karena mereka nggak merasa terancam dan nggak harus jadi sangar disini.
Itulah indahnya keberagaman gan
Mungkin bisa dipajang di pejwan
Sampe sekarang Seren Taun (22Rayagung) tetap dirayakan oleh semua masyarakat setempat meskipun sekarang penganut agama kepercayaan sudah menjadi minoritas (di Cigugur perbandingan Islam dan Kristen (mayoritas Katolik) kira-kira 50:50)
Jadi, perayaan Seren Taun kini malah jadi simbol pemersatu Cigugur yang beragam. Bahkan pendatang dari luar Sunda pun biasanya sangat betah tinggal dan akhirnya memilih untuk menetap sampai tua di sini. Itu karena toleransi disini. Orang-orang Indonesia timur aja yang di Jakarta terkenal dengan imej debt collector atau preman, disini mereka biasa aja, bahkan cenderung segen. Juga pedagang Madura disini. Mereka ramah2. Karena mereka nggak merasa terancam dan nggak harus jadi sangar disini.
Itulah indahnya keberagaman gan
Mungkin bisa dipajang di pejwan

Spoiler for Bonus genjer-genjer:

Spoiler for daftar thread ane yang lain:
Diubah oleh badut.urban 21-08-2017 02:09
0
47.6K
Kutip
263
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan