Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

iambacknowAvatar border
TS
iambacknow
Curhatan Wisatawan Pedestrian Malioboro. 'Baru Duduk Udah Dihampiri Pengamen'
"Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu.." ya itu adalah pengalaman lagu legendaris berjudul 'Yogyakarta' dari Kla Project. Tergambarkan seniman musik jalanan atau pengamen akrab dengan sejumlah tempat wisata di Yogyakarta, satu diantara Malioboro.
BAGAIMANA jika ada oknum pengamen membuat tak nyaman wisatawan? bermula dari postingan warganet di grup media sosial soal kelakuan oknum pengamen di pedestrian Malioboro mendapatkan reaksi beragam.

Begini postingan yang ramai mendapatkan komentar dari warganet: 'Curhat boleh to mas admin... katanya Yogya berhati nyaman tapi duduk2 di Malioboro sekarang tidak nyaman, setiap 5 menit datang pengamen dan kalau tidak dikasih duit malah mecicil ora gelem lungo. Mohon aparat terkait tertibkan para pengamen! Beberapa hari yang lalu."
Lantas apa curhatan itu sama dengan tanggapan dari wisatawan di Malioboro yang lain?
Yusmawardi (48), pengunjung asal Cirebon yang usai dihampiri pengamen mengatakan, ini bukan kali pertamanya ia ke Yogyakarta. Kali ini ia bersama keluarganya untuk berlibur ke kota gudeg.
Menurutnya, jika di keramaian terdapat pengamen merupakan hal yang wajar, namun kadang dengan kehadiran pengamen ia sedikit terganggu. Ia juga berpendapat bahwa seharusnya para pengamen tersebut tidak sampai di pedestrian Malioboro ini.
"Kalau di keramaian ada yang ngamen itu wajar, tapi menurut saya ada rasa sedikit mengganggu jika pengamen itu ada di sini (pedestrian). Pengamen seharusnya tidak ada di sini, kalau di lesehan tidak apa-apa karena kan kalau di sini untuk nyantai-nyantai," katanya saat ditemui di Malioboro, (8/7/2017).
Baca: VIDEO: Suara Pengamen Tunanetra di Malioboro Ini Bikin Menangis
Mengenai adanya pengamen yang terkesan mengintimidasi dan memaksa pengunjung di kawasan Malioboro, ia beranggapan, bahwa para pengamen seharusnya tidak boleh memaksa dan ikhlas menerima berapapun yang diberikan oleh pengunjung.
"Sebenarnya orang ngamen kan minta dan menghibur kita, kalau yang diamenin tidak mau yang memberi ya jangan memaksa, harusnya walau seribu ataupun berapa harus diterima. Pengamen harusnya juga berpartisipasi menjaga nama baik Yogyakarta yang terkenal ramah terhadap pengunjungnya," jelasnya.
Ita Susana (34), warga Kalasan yang didatangi pengamen di pedestrian menuturkan, ia ke Malioboro bersama dengan beberapa keponakan dari Bandung untuk mengantar berlibur. Ita tidak merasa diintimidasi atau dipaksa memberi saat dihampiri oleh pengamen tadi, namun dirinya merasa terganggu dengan kehadiran pengamen tersebut.
"Nggak intimidasi tapi agak nganggu aja sih, mendingan angklung, tadi dikasih Rp. 1000 tidak minta lebih, tapi tetap aja ngganggu," katanya.
Baca: Paguyuban Angklung Menggelar Aksi di Gedung DPRD DIY
Baca: Pemkot Yogyakarta Kaji Penataan Pemain Angklung
Pengamen kawasan Malioboro ngamen kepada wisatawan yang tengah berkunjung di kawasan Malioboro, Sabtu (8/7/2017) malam. Kedepannya keberadaan pengamen akan ditertibkan oleh UPT Malioboro demi kenyamanan wisatawan.
Pengamen kawasan Malioboro ngamen kepada wisatawan yang tengah berkunjung di kawasan Malioboro, Sabtu (8/7/2017) malam. Kedepannya keberadaan pengamen akan ditertibkan oleh UPT Malioboro demi kenyamanan wisatawan. (TRIBUNJOGJA.COM | Hamim Thohari)
Menurutnya, pihak UPT Malioboro membatasi pengamen yang berada di Maliboro, terutama di pedestrian ini. Ia baru duduk berapa menit di sini (pedestrian) sudah dihampiri pengamen.
Baca: UPT Malioboro Soal Oknum Pengamen Pedestrian: Saya Tegaskan, Itu Bukan Pengamen!
"Pesan untuk UPT sini, pengamen terlalu banyak, kalau bisa dikuranginkan biar nggak ganggu. Saya baru duduk sudah diamenin, masak baru duduk sebentar udah ada pengamen kan saya juga risih, ucapnya.
Apa Kata Pengamen Malioboro?
Rofi Astro (37), salah satu pengamen mengatakan, dirinya sudah mengamen di Malioboro sejak tahun 2006, dan untuk area mengamennya ia kerap di sekitaran Kantor DPRD.
Ia pun sudah tergabung dalam paguyuban dan dalam aturan di paguyubannya tidak memperbolehkan anggotanya untuk mengamen di pedestrian Malioboro, khususnya di tempat duduk yang berada di pedestrian tersebut.
"Kalau kita sendiri ada paguyubannya mas, namanya Pasmal, jadi kalau untuk mengamen kami tidak boleh ke pedestrian, itu aturannya. Jadi hanya di lesehan ini saja mas yang mengamen," katanya.
Menurutnya, kejadian oengamen yang memaksa dan mengintimidasi wisatwan di Maliboro bukan berasal dari paguyubannya. Jika ada pengamen luar paguyuban atau pengamen lain mengamen di pedestrian, pihaknya akan menegur karena memang aturannya tidak boleh.
"Kalau yang suka maksa itu jelas diluar paguyuban, karena sudah ada perjanian kalau hanya di lesehan yang ngamen, saya pernah lihat ada yang ngamen di pedestrian dan saya kasih tahu, biasanya setelah itu tidak datang lagi, tapi kalau masih datang saya tegur agak keras," jelasnya.
Sambung Rofi, seharusnya sesama pengamen yang mencari nafkah di Maliboro tidak melakukan hal seperti memaksa dan mengintimidasi wisatawan. Karena rejeki pengamen di Malioboro dari berasal wisatawan. (tribunjogja.com)

http://jogja.tribunnews.com/2017/07/...gamen?page=all

pingin menikmati suasana tp suasananya dimakan sama pengamen
di gilir lagi satu hilang muncul temannya
kaya melati aja atau sebut saja bunga emoticon-Turut Berduka
0
5.8K
46
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan