BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Penampilan anyar Omran Daqneesh, bocah Suriah yang berlumur darah

Omran Daqneesh. Foto kanan menunjukkan foto Omran usai rumahnya mendapat serangan pada Agustus 2016. Foto kiri, tampilan Omran terkini.
Pertengahan tahun lalu (Agustus 2016), nama dan sosok Omran Daqneesh mencuri perhatian warganet.

Balita itu menggugah simpati, setelah tubuhnya terlihat penuh darah dan debu dalam sebuah video nan viral. Gambar itu dianggap mewakili penderitaan akibat perang di Aleppo, Suriah--tempat Omran bermukim.

Ketika itu, Aleppo--kota paling berkecamuk di Suriah--menghadapi pengepungan dari pasukan pemerintah Suriah. Pasukan pemerintah membombardir permukiman demi menyudutkan pemberontak. Saat itulah rumah susun tempat keluarga Omran tinggal terkena bom.

Sembilan bulan berlalu, kabar Omran tak pernah terdengar. Hingga Senin (5/6/2017), foto Omran terlihat di akun Facebook, Kinana Alloush, jurnalis yang bekerja untuk media pro-pemerintah Suriah.

Kali ini, Omran terlihat bersih dan rapi. Ia mengenakan kemeja. Rambutnya disisir belah pinggir. Pun, pipinya lebih tembam. Tiada darah, debu, dan luka.

Omran Daqneesh dan ayahnya, Mohammed Daqneesh, dalam wawancara bersama Kinana Alloush, jurnalis pro-pemerintah Suriah.
Tak lama berselang setelah kiriman Alloush, wawancara dengan Omran bermunculan di media pro-pemerintah Suriah. Termasuk lewat media yang berbasis di negara-negara sekutu Presiden Suriah, Bashar al-Assad--media Rusia, Iran, dan Lebanon.

Dalam sebuah video media Rusia, Ruptly, Omran juga terlihat punya rumah laik nan bersih.

"Saya Omran Daqneesh. Saya berumur empat tahun," kata Omran dalam wawancara. Sebelumnya, Omran dikabarkan berusia lima tahun.
Syria: Father of Syrian boy Omran comments on iconic image of sonBeda klaim soal video nan viral
Dalam wawancara dengan media pro-pemerintah Suriah, ayah Omran, Mohamad Kheir Daqneesh, mengeluh soal video Omran yang menjadi viral pertengahan tahun lalu.

Mohamad menyebut anaknya telah menjadi "alat propaganda" dalam video tersebut. "Mereka ingin berdagang dengan darah dan menerbitkan fotonya," kata Mohamad, dikutip media Iran, Al-Alam TV (h/t BBC).

Mohamad pun membeberkan cerita versinya soal peristiwa pengeboman pada medio Agustus 2016.

Mohamad tengah duduk bersama Omran di dalam rumah mereka, ketika serangan terjadi. Meski demikian, Mohamad mengaku tak mendengar desing pesawat di atas rumah--berbeda dengan laporan awal yang menyebut pengeboman dilakukan lewat pesawat.

Menurut Mohamad, Omran tidak mengalami luka serius. Hanya ada satu luka di wajah yang mengucurkan darah.

Karena Omran baik-baik saja, Mohamad mencari tiga anaknya yang lain di antara reruntuhan. Pada saat bersamaan, muncul "orang-orang bersenjata" yang membawa Omran ke ambulans dan mulai membuat video.

Berbeda dengan pengakuan itu, dalam video nan viral itu, Omran justru diselamatkan para pria tanpa senjata--lebih mirip regu penyelamat, White Helmets. Ia pun terlihat dimasukkan ke dalam sebuah ambulans.

Setelah video Omran viral, kata Mohamad, dirinya sempat dipaksa aktivis pro-oposisi untuk "berbicara menentang rezim Suriah dan negara". Bahkan, lantaran tertekan, Mohamad sempat mengganti nama Omran dan mengubah potongan rambutnya demi menyembunyikan identitas si buah hati.

Mohamad juga mengkritik para penentang pemerintah. "Mereka adalah orang-orang yang menyakiti kami, dan negara kami, dan membuat rakyat kehilangan tempat tinggal," kata Mohamad, dilansir Al-Alam TV (h/t The New York Times).

Video Omran beberapa bulan silam memang direkam dan disebarkan Aleppo Media Center, media pro-oposisi.

Beda cerita ini tak lepas dari sikap media dalam perang Suriah. Wawancara Mohamad dan penampilan anyar Omran dimuat media-media pro-pemerintah Suriah. Sedangkan video viral itu dipublikasikan media anti-pemerintah.

Sebagai pengingat, sejak Desember 2016, Aleppo telah dikuasai pasukan pro-pemerintah.

The Guardian pun memberi catatan skeptis soal wawancara Mohamad dan penampilan anyar Omran. "Tidak jelas apakah keluarga itu telah dipaksa dalam wawancara. Pemerintah Suriah telah melakukan upaya disinformasi serupa di masa lalu, menjanjikan manfaat bagi para pembelot atau warga sipil jika menentang pemberontak."

Omran dan keluarganya tak pernah meninggalkan Aleppo Timur sejak perang berkecamuk pada 2011. Ketika wilayah itu dikepung pasukan pemerintah, mereka memilih menetap. Pilihan itu membuat sebagian orang memandang keluarga ini pro-oposisi.

Namun, pilihan menetap juga hal biasa di Aleppo. Seperti ditulis BBC, tak sedikit keluarga yang memilih menetap demi harta benda mereka.
المشاهد الأولية لقصف طائرات حربية يعتقد أنها روسية على حي القاطرجي 17-8-2016


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...berlumur-darah

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Mayoritas PNS tak punya keahlian khusus

- Jumlah korban tewas bom Kabul naik menjadi 150

- Jejak Basuki dalam kasus korupsi di Jawa Timur

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
37.6K
143
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan