- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Wanita RUSIA yang mengagumkan! (Ente ISLAM? HARUS MALU SAMA DIA GAN!)


TS
nur.anam
Wanita RUSIA yang mengagumkan! (Ente ISLAM? HARUS MALU SAMA DIA GAN!)

Spoiler for Mula-Mula:
Quote:
Btw ini ane ambil dari cerita di kitab Innaha Malika "Dia Adalah Seorang Ratu" Karya dari ulama besar DR.Muhammad bin Abdur rahman Al-Arify

Spoiler for DR.Muhammad bin Abdur rahman Al-Arify:

Quote:
Dr. Muhammad AbdurRahman al-’Arifiy ialah seorang ulama terkenal dan seorang dosen dari Saudi Arabia. Beliau berasal dari Bani Khalid(Bani Makhzum) yang merupakan Bani dari Shahabat Nabi, Khalid bin Walid –radhiallahu ‘anhu-. Beliau lahir pada tahun 1970. Beliau lulus dari Universitas di Saudi dan menyandang gelar Ph.D. Disertasi S3 beliau ialah “Ara’ Shaykh al-Islam Ibn Taymiyya fi al-Sufiyya – Jam’ wa Dirasah” (Pandangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang Tasawuf)
WANITA RUSIA YANG MENGAGUMKAN


BTW FOTO CEWEK DIATAS ITU BUKAN FOTO ASLI NYA GAN HEHEHE
Spoiler for EPISODE 1:
Quote:
Seorang pemudi Rusia (sebut saja namanya Fulanah), ia berasal dari keluarga Kristen Ortodoks yang sangat fanatik terhadap agama Nashrani. Suatu hari, seorang pengusaha Rusia mengajak serta pemudi tersebut bersama beberapa wanita muda lainnya untuk berangkat ke negara teluk, dalam rangka berbelanja barang-barang elektronik, yang kelak akan dijual kembali di Rusia. Itulah penawaran resmi si pengusaha yang disepakati pula oleh para wanita itu…
Ketika mereka telah sampai di tempat tujuan, tiba-tiba pengusaha itu menyeringai menunjukkan gigi taringnya, dan mulailah menawarkan kepada mereka sebuah pekerjaan mesum, disertai berbagai rayuan yang mempesona; seperti harta yang melimpah, relasi yang luas, serta iming-iming menggoda lainnya. Hingga, banyaklah di antara para wanita itu yang terjerat rayuannya
. Namun, tidak demikian dengan wanita Ortodoks yang sangat fanatik kepada agamanya itu; Ia menolaknya mentah-mentah.
Pengusaha itu hanya tertawa menanggapi penolakannya, dan ia berkata kepadanya: “Kamu wanita yang terlantar di negeri ini, serta tidak memiliki apa-apa kecuali baju yang kamu pakai. Dan aku takkan memberikan apapun kepadamu.”
Mulailah laki-laki itu mengisolasinya bersama beberapa wanita yang belum terbujuk, dengan menempatkan mereka di sebuah apartemen, serta menahan paspor mereka untuk mem-pressure. Lama kelamaan para wanita itu banyak yang menyerah dan hanyut ke dalam bujukan lelaki yang angkuh itu, sedangkan Fulanah tetap kukuh mempertahankan kesucian dirinya. Setiap hari, Fulanah mendesak lelaki itu untuk memberikan paspornya, atau memulangkannya ke negeri asalnya. Namun ia selalu menolak.
Maka, pada suatu kesempatan, Fulanah mencari sendiri paspornya di dalam apartemen itu, hingga ia pun mendapatkannya dan langsung menyambarnya. Kemudian, ia segera kabur dari sana, keluar ke arah jalan raya. Ia pergi dengan membawa pakaian yang menempel di badannya saja. Entah kemana arah tujuannya. Di sana ia tak punya keluarga, tak punya kenalan, tak ada harta, tak ada makanan, dan tak ada tempat tinggal. Mulailah ia celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri karena kebingungan…
Tiba-tiba, ia melihat seorang pemuda berjalan bersama tiga orang wanita, yang dari penampilannya cukup menenangkan dirinya. Ia pun menuju ke arahnya, dan mulailah berbicara kepada mereka dengan menggunakan bahasa Rusia. Namun, pemuda itu tampak mengemukakan permakluman bahwa dirinya tak mengerti bahasa Rusia.
“Apakah kalian bisa berbahasa Inggris?” tanya Fulanah selanjutnya.
Mereka pun menjawab: “Ya.”
Fulanah terlihat senang, namun kemudian ia menangis seraya berkata; “Aku berasal dari Rusia……,” Lalu mengalirlah dari mulutnya cerita tentang kejadian buruk yang baru menimpanya, “sedangkan aku tak punya bekal, juga tak memiliki tempat tinggal di sini,” lanjutnya.
Di akhir ceritanya, Fulanah pun berkata; “Aku hanya menginginkan bantuan kalian untuk menjaminku barang dua atau tiga hari, sampai aku bisa mengurus permasalahanku bersama keluargaku.”
Khalid, nama pemuda itu, tercenung mendengarkan penuturannya; terlintaslah di pikirannya, “jangan-jangan ini penipuan! Jangan-jangan wanita ini sedang memperdayanya!”
Fulanah menunggu jawaban Khalid sambil menangis. Sedang Khalid nampak bermusyawarah dengan ibunya serta dua saudara perempuan yang turut bersamanya.
Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk membawa Fulanah ke rumah mereka… Mulailah Fulanah berusaha menelpon keluarganya di Rusia. Namun tak pernah tersambung. Di negeri itu, jaringan telpon sering mengalami gangguan…! Maka, ia terus-terusan berusaha menelpon lagi pada setiap kesempatan, namun selalu gagal.
Khalid dan keluarga telah mengetahui Fulanah seorang Nashrani. Dan mereka tetap berlaku ramah kepadanya, serta selalu berlemah lembut terhadapnya. Hingga Fulanah pun menyenangi mereka. Suatu waktu, mereka mengajaknya masuk Islam. Namun Fulanah menolak, bahkan ia tak mau berdiskusi tentang masalah agama bersama mereka. Ya, karena ia berasal dari keluarga Ortodoks yang fanatik, serta sangat membenci Islam dan kaum Muslimin!
Khalid pun berkonsultasi ke pusat-pusat dakwah Islam. Lalu, mereka memberikan buku-buku keislaman yang berbahasa Rusia, untuk dibaca Fulanah. Fulanah pun membacanya, dan mulailah ia terpengaruh. Selang beberapa hari, setelah berbagai upaya yang dilakukan Khalid, dengan bantuan para aktivis dakwah itu, Fulanah pun masuk Islam, bahkan dengan keislaman yang sangat baik
. Mulailah ia memperhatikan aneka pengajaran agama Islam, serta mengikuti berbagai majelis ilmu. Sampai-sampai ia mempunyai kekhawatiran jika pulang ke negeri asalnya, maka ia akan kembali menjadi seorang Nashrani.
Pernikahan
Khalid menikahi si Fulanah. Dan keteguhan wanita itu terhadap ajaran agama tampak semakin mengokoh, bahkan melebihi kaum Muslimah kebanyakan. Suatu hari, ia pergi ke pasar bersama suaminya. Di sana, ia melihat ada seorang perempuan yang berhijab, hingga menutupi bagian mukanya. Baginya, inilah kali pertama melihat seorang wanita berhijab dengan sempurna seperti itu. Ia benar-benar heran melihatnya!!
“Wahai Khalid, kenapakah wanita itu memakai pakaian yang demikian? Apakah karena ia memiliki penyakit yang membuat wajahnya memburuk, hingga ia pun harus menutupinya!?” tanyanya kepada Khalid.
Khalid menjawab: “Tidak, perempuan itu memakai hijab seperti yang dikehendaki Allah dan diperintahkan oleh Rasul-Nya.”
Istrinya terdiam sejenak, kemudian berkata: “Oh, inilah rupanya hijab Islami yang Allah kehendaki.”
Khalid bertanya: “Apa yang hendak kau lakukan?”
Istrinya menjawab: “Sekarang, jika aku masuk ke tempat-tempat perbelanjaan, maka semua mata para pemilik toko itu tak boleh melihat mukaku! Boleh jadi mereka ‘melahap’ mukaku ini sedikit demi sedikit!! Karena itu, aku tak akan keluar dari pasar ini, kecuali setelah menggunakan hijab seperti itu. Di manakah kita bisa membelinya?”
Khalid berkata: “Teruslah engkau dengan hijabmu yang sekarang; seperti ibuku dan saudari-saudariku.”
Istrinya menjawab: “Tidak… Aku ingin memakai hijab seperti yang dikehendaki Allah.”
*****
Tak terasa, hari-hari pun bergulir begitu cepat. Tak ada yang bertambah pada wanita itu, kecuali keimanan yang semakin teguh. Ia dicintai oleh orang-orang di sekitarnya. Begitu pula pesonanya semakin memikat hati sang suami.
Suatu hari, ia melihat paspornya ternyata telah hampir habis masa berlakunya. Hingga, ia pun mesti memperbaharuinya. Namun masalahnya, proses perpanjangan paspornya harus dilakukan di kota tempat ia berasal. Maka, tidak bisa tidak, ia harus pergi ke Rusia. Jika tidak, maka mukimnya di negeri teluk itu akan terhitung illegal. Khalid pun memutuskan untuk pergi bersamanya ke Rusia, dan istrinya memang tak ingin pergi tanpa disertai mahram.
Berangkatlah mereka menggunakan pesawat Rusia. Sang istri berangkat lengkap dengan hijabnya yang sempurna!! Ia duduk di samping suaminya dengan penuh rasa percaya diri. Khalid berkata kepadanya; “Aku khawatir kita akan menemui berbagai kesulitan karena hijabmu itu.” Istrinya menjawab: “Subhanallah! Engkau menginginkan aku mengikuti kehendak orang-orang kafir itu, dan menentang kehendak Allah? Tidak… Demi Allah! Biarkan mereka berkata semau mereka….”
Orang-orang pun mulai memperhatikannya. Para pramugari membagikan makanan kepada para penumpang, juga minuman keras sebagai penyertanya. Sebagian besar penumpang langsung meminumnya. Ketika minuman itu mulai bereaksi di kepala-kepala mereka, keluarlah dari mereka ucapan-ucapan meracau. Istri Khalid pun menjadi sasaran kecaman para penumpang yang mabuk itu dari beberapa penjuru pesawat. Sebagian membentak-bentaknya, sebagian lagi menertawakan, sebagian lagi mencelanya, sebagian lagi berdiri di sampingnya dan menunjuk-nunjuk mukanya.
Khalid melihat mereka, tak mengerti. Sedangkan istrinya hanya tersenyum atas kejadian itu, lalu ia menerjemahkan kepada suaminya apa-apa yang mereka lontarkan. Kontan saja Khalid marah.
Namun istrinya berkata: “Tidak, engkau jangan bersedih… Hatimu tak perlu merasa sumpek. Ini masalah kecil dibanding kecaman dan celaan yang dihadapi para sahabat, juga cobaan-cobaan yang dialami oleh para shahabiyyat.” Maka, Fulanah dan suaminya berusaha menahan diri, hingga sampailah mereka di bandara Rusia.
Ketika mereka telah sampai di tempat tujuan, tiba-tiba pengusaha itu menyeringai menunjukkan gigi taringnya, dan mulailah menawarkan kepada mereka sebuah pekerjaan mesum, disertai berbagai rayuan yang mempesona; seperti harta yang melimpah, relasi yang luas, serta iming-iming menggoda lainnya. Hingga, banyaklah di antara para wanita itu yang terjerat rayuannya


Pengusaha itu hanya tertawa menanggapi penolakannya, dan ia berkata kepadanya: “Kamu wanita yang terlantar di negeri ini, serta tidak memiliki apa-apa kecuali baju yang kamu pakai. Dan aku takkan memberikan apapun kepadamu.”
Mulailah laki-laki itu mengisolasinya bersama beberapa wanita yang belum terbujuk, dengan menempatkan mereka di sebuah apartemen, serta menahan paspor mereka untuk mem-pressure. Lama kelamaan para wanita itu banyak yang menyerah dan hanyut ke dalam bujukan lelaki yang angkuh itu, sedangkan Fulanah tetap kukuh mempertahankan kesucian dirinya. Setiap hari, Fulanah mendesak lelaki itu untuk memberikan paspornya, atau memulangkannya ke negeri asalnya. Namun ia selalu menolak.
Maka, pada suatu kesempatan, Fulanah mencari sendiri paspornya di dalam apartemen itu, hingga ia pun mendapatkannya dan langsung menyambarnya. Kemudian, ia segera kabur dari sana, keluar ke arah jalan raya. Ia pergi dengan membawa pakaian yang menempel di badannya saja. Entah kemana arah tujuannya. Di sana ia tak punya keluarga, tak punya kenalan, tak ada harta, tak ada makanan, dan tak ada tempat tinggal. Mulailah ia celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri karena kebingungan…
Tiba-tiba, ia melihat seorang pemuda berjalan bersama tiga orang wanita, yang dari penampilannya cukup menenangkan dirinya. Ia pun menuju ke arahnya, dan mulailah berbicara kepada mereka dengan menggunakan bahasa Rusia. Namun, pemuda itu tampak mengemukakan permakluman bahwa dirinya tak mengerti bahasa Rusia.
“Apakah kalian bisa berbahasa Inggris?” tanya Fulanah selanjutnya.
Mereka pun menjawab: “Ya.”
Fulanah terlihat senang, namun kemudian ia menangis seraya berkata; “Aku berasal dari Rusia……,” Lalu mengalirlah dari mulutnya cerita tentang kejadian buruk yang baru menimpanya, “sedangkan aku tak punya bekal, juga tak memiliki tempat tinggal di sini,” lanjutnya.
Di akhir ceritanya, Fulanah pun berkata; “Aku hanya menginginkan bantuan kalian untuk menjaminku barang dua atau tiga hari, sampai aku bisa mengurus permasalahanku bersama keluargaku.”
Khalid, nama pemuda itu, tercenung mendengarkan penuturannya; terlintaslah di pikirannya, “jangan-jangan ini penipuan! Jangan-jangan wanita ini sedang memperdayanya!”
Fulanah menunggu jawaban Khalid sambil menangis. Sedang Khalid nampak bermusyawarah dengan ibunya serta dua saudara perempuan yang turut bersamanya.
Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk membawa Fulanah ke rumah mereka… Mulailah Fulanah berusaha menelpon keluarganya di Rusia. Namun tak pernah tersambung. Di negeri itu, jaringan telpon sering mengalami gangguan…! Maka, ia terus-terusan berusaha menelpon lagi pada setiap kesempatan, namun selalu gagal.
Khalid dan keluarga telah mengetahui Fulanah seorang Nashrani. Dan mereka tetap berlaku ramah kepadanya, serta selalu berlemah lembut terhadapnya. Hingga Fulanah pun menyenangi mereka. Suatu waktu, mereka mengajaknya masuk Islam. Namun Fulanah menolak, bahkan ia tak mau berdiskusi tentang masalah agama bersama mereka. Ya, karena ia berasal dari keluarga Ortodoks yang fanatik, serta sangat membenci Islam dan kaum Muslimin!
Khalid pun berkonsultasi ke pusat-pusat dakwah Islam. Lalu, mereka memberikan buku-buku keislaman yang berbahasa Rusia, untuk dibaca Fulanah. Fulanah pun membacanya, dan mulailah ia terpengaruh. Selang beberapa hari, setelah berbagai upaya yang dilakukan Khalid, dengan bantuan para aktivis dakwah itu, Fulanah pun masuk Islam, bahkan dengan keislaman yang sangat baik

Pernikahan
Khalid menikahi si Fulanah. Dan keteguhan wanita itu terhadap ajaran agama tampak semakin mengokoh, bahkan melebihi kaum Muslimah kebanyakan. Suatu hari, ia pergi ke pasar bersama suaminya. Di sana, ia melihat ada seorang perempuan yang berhijab, hingga menutupi bagian mukanya. Baginya, inilah kali pertama melihat seorang wanita berhijab dengan sempurna seperti itu. Ia benar-benar heran melihatnya!!
“Wahai Khalid, kenapakah wanita itu memakai pakaian yang demikian? Apakah karena ia memiliki penyakit yang membuat wajahnya memburuk, hingga ia pun harus menutupinya!?” tanyanya kepada Khalid.
Khalid menjawab: “Tidak, perempuan itu memakai hijab seperti yang dikehendaki Allah dan diperintahkan oleh Rasul-Nya.”
Istrinya terdiam sejenak, kemudian berkata: “Oh, inilah rupanya hijab Islami yang Allah kehendaki.”
Khalid bertanya: “Apa yang hendak kau lakukan?”
Istrinya menjawab: “Sekarang, jika aku masuk ke tempat-tempat perbelanjaan, maka semua mata para pemilik toko itu tak boleh melihat mukaku! Boleh jadi mereka ‘melahap’ mukaku ini sedikit demi sedikit!! Karena itu, aku tak akan keluar dari pasar ini, kecuali setelah menggunakan hijab seperti itu. Di manakah kita bisa membelinya?”
Khalid berkata: “Teruslah engkau dengan hijabmu yang sekarang; seperti ibuku dan saudari-saudariku.”
Istrinya menjawab: “Tidak… Aku ingin memakai hijab seperti yang dikehendaki Allah.”
*****
Tak terasa, hari-hari pun bergulir begitu cepat. Tak ada yang bertambah pada wanita itu, kecuali keimanan yang semakin teguh. Ia dicintai oleh orang-orang di sekitarnya. Begitu pula pesonanya semakin memikat hati sang suami.
Suatu hari, ia melihat paspornya ternyata telah hampir habis masa berlakunya. Hingga, ia pun mesti memperbaharuinya. Namun masalahnya, proses perpanjangan paspornya harus dilakukan di kota tempat ia berasal. Maka, tidak bisa tidak, ia harus pergi ke Rusia. Jika tidak, maka mukimnya di negeri teluk itu akan terhitung illegal. Khalid pun memutuskan untuk pergi bersamanya ke Rusia, dan istrinya memang tak ingin pergi tanpa disertai mahram.
Berangkatlah mereka menggunakan pesawat Rusia. Sang istri berangkat lengkap dengan hijabnya yang sempurna!! Ia duduk di samping suaminya dengan penuh rasa percaya diri. Khalid berkata kepadanya; “Aku khawatir kita akan menemui berbagai kesulitan karena hijabmu itu.” Istrinya menjawab: “Subhanallah! Engkau menginginkan aku mengikuti kehendak orang-orang kafir itu, dan menentang kehendak Allah? Tidak… Demi Allah! Biarkan mereka berkata semau mereka….”
Orang-orang pun mulai memperhatikannya. Para pramugari membagikan makanan kepada para penumpang, juga minuman keras sebagai penyertanya. Sebagian besar penumpang langsung meminumnya. Ketika minuman itu mulai bereaksi di kepala-kepala mereka, keluarlah dari mereka ucapan-ucapan meracau. Istri Khalid pun menjadi sasaran kecaman para penumpang yang mabuk itu dari beberapa penjuru pesawat. Sebagian membentak-bentaknya, sebagian lagi menertawakan, sebagian lagi mencelanya, sebagian lagi berdiri di sampingnya dan menunjuk-nunjuk mukanya.
Khalid melihat mereka, tak mengerti. Sedangkan istrinya hanya tersenyum atas kejadian itu, lalu ia menerjemahkan kepada suaminya apa-apa yang mereka lontarkan. Kontan saja Khalid marah.
Namun istrinya berkata: “Tidak, engkau jangan bersedih… Hatimu tak perlu merasa sumpek. Ini masalah kecil dibanding kecaman dan celaan yang dihadapi para sahabat, juga cobaan-cobaan yang dialami oleh para shahabiyyat.” Maka, Fulanah dan suaminya berusaha menahan diri, hingga sampailah mereka di bandara Rusia.
Spoiler for EPISODE 2:
Quote:
Di Rusia
Khalid bercerita: “Ketika kami turun di bandara, aku menyangka kami akan pergi ke rumah keluarganya, dan tinggal bersama mereka. Kemudian setelah selesai urusan, barulah kami pulang kampung. Namun, pemikiran istriku ternyata jauh dari dugaan. Ia malah berkata: ‘Keluargaku adalah kaum Ortodoks yang fanatik terhadap agamanya. Aku tak akan pergi untuk menemui mereka sekarang! Untuk sementara kita menyewa kamar sebagai tempat tinggal, lalu kita menyelesaikan pengurusan paspor. Menjelang pulang, baru kita mengunjungi keluargaku.’
Kurasa pikirannya benar juga; maka kami menyewa sebuah kamar dan tinggal di sana. Besoknya, kami pergi ke kantor imigrasi. Kami menemui seorang pegawai. Dan pegawai itu meminta paspor lama disertai photo istriku. Istriku lalu mengeluarkan photo hitam putih, yang hanya menampakkan wilayah muka saja.
Pegawai itu berkata: “Photo ini berbeda dengan photo yang ada di paspor lama. Kami minta photo berwarna, yang menampakkan wajah, rambut, dan leher Anda!!…
Istriku menolak untuk memberikan photo selain photo tersebut. Kami pun mencoba menemui pegawai yang lainnya, lalu pegawai yang lainnya lagi. Namun mereka semua tetap meminta photo yang terbuka. Istriku pun berkata: “Aku tak akan memberikan photo yang menampakkan auratku, sampai kapan pun!” Para pegawai pun tak ada yang memproses permohonannya. Maka kami mencoba menghadap kepada kepala kantornya.
Istriku berupaya menjelaskan kepadanya, agar menerima photo yang ia bawa. Namun kepala kantornya pun menolak. Istriku terus menerus mendesaknya seraya berkata: “Tidakkah kamu memperhatikan photoku ini, lalu bandingkan dengan photo yang ada di paspor. Yang penting wajahku kelihatan. Sebab rambutku boleh jadi telah berubah. Photo ini telah mencukupi!”
Sang kepala kantor tetap bersikukuh bahwa peraturan tak mungkin menerima photonya. Istriku berkata: “Aku tak akan memberikan photo selain photo ini. Lalu bagaimana penyelesaiannya?”
Kepala Kantor itu menjawab: “Permasalahan ini tak akan bisa diselesaikan, kecuali melalui kepala imigrasi tertinggi di Moskow.”
Kemudian, kami pun segera keluar dari kantor itu. Istriku menoleh kepadaku dan berkata: “Wahai Khalid, kita mesti pergi ke Moskow.”
Aku mengatakan kepadanya: “Berikanlah photo seperti yang mereka inginkan. Allah tidaklah membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya. Bertaqwalah kepada Allah semampunya. Ini kondisi darurat. Dan paspor itu hanya dilihat oleh beberapa orang saja. Selanjutnya engkau bisa menyembunyikannya di rumah, sampai habis masa berlakunya. Selesailah urusan, dan kita tak perlu lagi pergi ke Moskow.”
Istriku menjawab: “Tidak, tak mungkin aku memberikan photo yang memperlihatkan aurat, setelah aku mengenal agama Allah!”
Di Moskow
Istriku terus mendesakku. Maka berangkatlah kami ke Moskow, kemudian menyewa sebuah kamar untuk beristirahat. Besoknya, kami pergi ke kantor imigrasi. Kami menemui seorang pegawai, kemudian beralih ke pegawai yang lain, dan beralih lagi ke pegawai yang lainnya, hingga kami pun diharuskan menghadap langsung kepada kepala kantor yang asli. Kami menemuinya, dan sungguh ia adalah manusia yang paling buruk sikapnya! Ketika ia melihat paspor istriku, ia membolak-baliknya, kemudian mengangkat kepalanya untuk memandang istriku, lalu ia berkata:
“Bagaimana aku bisa yakin, bahwa Anda adalah pemilik paspor ini?” Ia berkata demikian, dengan maksud agar istriku membuka penutup wajahnya, hingga bisa dilihatnya.
Istriku berkata: “Suruhlah salah seorang pegawai Anda yang wanita, untuk aku bukakan wajahku di depan mereka, sehingga mereka dapat mencocokkannya dengan wajah yang ada di photo itu. Adapun Anda, selamanya tak bisa mencocokkan photo ini, dan selamanya aku tak akan membukakan wajahku kepada Anda.”
Sontak kepala kantor imigrasi itu marah, lalu ia mengambil parpor lama istriku, beserta photo dan berkas-berkas lainnya, kemudian ia gabungkan dan ia masukkan ke dalam laci khusus. Kemudian ia pun berkata kepada istriku: “Anda tak memegang paspor lama; dan Anda tidak dapat memperoleh paspor yang baru, kecuali setelah Anda membawa photo sesuai prosedur, yang akan kami cocokkan dengan wajah Anda sendiri.”
Istriku masih berbicara dengannya, ia bersikeras memohon perpanjangan paspornya. Mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Rusia. Sedangkan aku hanya melihat mereka, tak mengerti sedikit pun. Aku marah, namun tak bisa berkata apa-apa.
Jawaban sang kepala imigrasi itu ternyata tetap: “Anda harus membawa photo yang sesuai syarat kami.”
Istriku terus mendesaknya, namun tak ada faedahnya. Ia pun terdiam dan tetap berdiri mematung di depannya. Kepala Imigrasi itu memandangnya sinis. Maka, kukatakan kembali kepada istriku: “Istriku yang tercinta! Allah tidaklah membebani seseorang, kecuali sebatas kemampuannya. Sekarang kita dalam kondisi terpaksa. Sampai kapankah kita akan berkelana di kantor-kantor imigrasi?”
Istriku menjawab: “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan memberinya jalan keluar, serta memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.”
Adu argumen di antara kami semakin seru saja. Hingga kepala imigrasi itu marah dan menyuruh kami keluar dari kantornya. Kami pun keluar dari sana. Sungguh, saat itu aku berada di antara rasa sayang bercampur rasa kesal terhadapnya.
Kami pulang ke kamar sewaan kami, dan membicarakan kembali permasalahan itu di kamar. Aku berusaha meluluhkannya, namun ia pun bersikukuh dengan prinsipnya. Hingga, malam semakin larut. Kami pun shalat Isya, dan pikiranku sungguh masygul dengan musibah ini. Kemudian kami mencicipi sedikit makanan, lalu kurebahkan kepalaku untuk tidur.
Bagaimana Kau Bisa Tidur…?
Ketika ia melihatku hendak tidur, berubahlah rona wajahnya. Kemudian ia berkata kepadaku:
“Wahai Khalid, engkau mau tidur?!”
Aku menjawab: “Ya, tidakkah engkau merasa capek?!”
Istriku menjawab: “Subhanallah… dalam kondisi kritis ini, engkau mau tidur? Saat ini kita berada dalam keadaan butuh akan pertolongan Allah. Dan inilah saat yang tepat untuk meminta kepada-Nya.”
Aku pun bangun, dan shalat sekedar yang kuinginkan, lalu aku tidur. Sedangkan istriku terus menerus shalat sendirian. Setiapkali aku terbangun, aku pun melirik kepadanya yang sedang larut dalam qiyamullail. Terkadang kulihat ia sedang ruku’, sedang sujud, sedang berdiri, sedang berdo’a, atau sedang menangis. Ia terus-terusan melakukannya, hingga terbit waktu fajar. Kemudian, ia membangunkanku;
“Waktu fajar telah tiba. Mari kita shalat bersama-sama!” ujarnya kepadaku.
Aku pun bangun, berwudhu, dan kemudian shalat berjama’ah bersamanya. Setelah itu, istriku tertidur sebentar…
Ketika matahari telah terbit, ia pun terbangun, lalu berkata: “Mari kita pergi ke kantor imigrasi!!”
Aku mengatakan kepadanya: “Untuk apa kita pergi? Mana photonya?? Bukankah kita tidak memiliki photonya!!”
Ia menjawab: “Kita akan pergi untuk berupaya lagi. Janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah.”
Kami pun pergi, dan demi Allah, tidaklah kami memasuki ruang-ruang di dalam kantor imigrasi itu, kecuali para pegawainya sungguh telah mengenali kami karena hijab yang dipakai istriku. Dan tiba-tiba, salah seorang di antara pegawai itu memanggil istriku;
“Engkau Fulanah?” tanyanya.
Istriku menjawab: “Ya.”
Pegawai itu berkata lagi: “Ambillah paspormu!”
Ternyata paspor itu telah selesai dengan sempurna, terpampang photo istriku lengkap dengan hijabnya yang hanya membuka wilayah muka. Istriku tampak begitu gembira, lalu menoleh kepadaku;
“Bukankah telah kukatakan kepadamu; Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan memberinya jalan keluar,” serunya.
Ketika kami bermaksud keluar, pegawai itu berkata kepada kami: “Kalian mesti kembali ke kota kalian yang menerbitkan paspor ini pertama kali; dan mintalah kepada mereka untuk melegalisirnya!”
Kemudian, kembalilah kami ke kota yang pertama; terlintas dalam hatiku: “Inilah kesempatan yang tepat untuk mengunjungi keluarga istriku di sana, sebelum kami pergi dari Rusia.”
Ketika sampai di kota tujuan, kami pun menyewa kamar lagi, dan segera memproses legalitas paspor istriku ke kantor imigrasi……
Khalid bercerita: “Ketika kami turun di bandara, aku menyangka kami akan pergi ke rumah keluarganya, dan tinggal bersama mereka. Kemudian setelah selesai urusan, barulah kami pulang kampung. Namun, pemikiran istriku ternyata jauh dari dugaan. Ia malah berkata: ‘Keluargaku adalah kaum Ortodoks yang fanatik terhadap agamanya. Aku tak akan pergi untuk menemui mereka sekarang! Untuk sementara kita menyewa kamar sebagai tempat tinggal, lalu kita menyelesaikan pengurusan paspor. Menjelang pulang, baru kita mengunjungi keluargaku.’
Kurasa pikirannya benar juga; maka kami menyewa sebuah kamar dan tinggal di sana. Besoknya, kami pergi ke kantor imigrasi. Kami menemui seorang pegawai. Dan pegawai itu meminta paspor lama disertai photo istriku. Istriku lalu mengeluarkan photo hitam putih, yang hanya menampakkan wilayah muka saja.
Pegawai itu berkata: “Photo ini berbeda dengan photo yang ada di paspor lama. Kami minta photo berwarna, yang menampakkan wajah, rambut, dan leher Anda!!…
Istriku menolak untuk memberikan photo selain photo tersebut. Kami pun mencoba menemui pegawai yang lainnya, lalu pegawai yang lainnya lagi. Namun mereka semua tetap meminta photo yang terbuka. Istriku pun berkata: “Aku tak akan memberikan photo yang menampakkan auratku, sampai kapan pun!” Para pegawai pun tak ada yang memproses permohonannya. Maka kami mencoba menghadap kepada kepala kantornya.
Istriku berupaya menjelaskan kepadanya, agar menerima photo yang ia bawa. Namun kepala kantornya pun menolak. Istriku terus menerus mendesaknya seraya berkata: “Tidakkah kamu memperhatikan photoku ini, lalu bandingkan dengan photo yang ada di paspor. Yang penting wajahku kelihatan. Sebab rambutku boleh jadi telah berubah. Photo ini telah mencukupi!”
Sang kepala kantor tetap bersikukuh bahwa peraturan tak mungkin menerima photonya. Istriku berkata: “Aku tak akan memberikan photo selain photo ini. Lalu bagaimana penyelesaiannya?”
Kepala Kantor itu menjawab: “Permasalahan ini tak akan bisa diselesaikan, kecuali melalui kepala imigrasi tertinggi di Moskow.”
Kemudian, kami pun segera keluar dari kantor itu. Istriku menoleh kepadaku dan berkata: “Wahai Khalid, kita mesti pergi ke Moskow.”
Aku mengatakan kepadanya: “Berikanlah photo seperti yang mereka inginkan. Allah tidaklah membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya. Bertaqwalah kepada Allah semampunya. Ini kondisi darurat. Dan paspor itu hanya dilihat oleh beberapa orang saja. Selanjutnya engkau bisa menyembunyikannya di rumah, sampai habis masa berlakunya. Selesailah urusan, dan kita tak perlu lagi pergi ke Moskow.”
Istriku menjawab: “Tidak, tak mungkin aku memberikan photo yang memperlihatkan aurat, setelah aku mengenal agama Allah!”
Di Moskow
Istriku terus mendesakku. Maka berangkatlah kami ke Moskow, kemudian menyewa sebuah kamar untuk beristirahat. Besoknya, kami pergi ke kantor imigrasi. Kami menemui seorang pegawai, kemudian beralih ke pegawai yang lain, dan beralih lagi ke pegawai yang lainnya, hingga kami pun diharuskan menghadap langsung kepada kepala kantor yang asli. Kami menemuinya, dan sungguh ia adalah manusia yang paling buruk sikapnya! Ketika ia melihat paspor istriku, ia membolak-baliknya, kemudian mengangkat kepalanya untuk memandang istriku, lalu ia berkata:
“Bagaimana aku bisa yakin, bahwa Anda adalah pemilik paspor ini?” Ia berkata demikian, dengan maksud agar istriku membuka penutup wajahnya, hingga bisa dilihatnya.
Istriku berkata: “Suruhlah salah seorang pegawai Anda yang wanita, untuk aku bukakan wajahku di depan mereka, sehingga mereka dapat mencocokkannya dengan wajah yang ada di photo itu. Adapun Anda, selamanya tak bisa mencocokkan photo ini, dan selamanya aku tak akan membukakan wajahku kepada Anda.”
Sontak kepala kantor imigrasi itu marah, lalu ia mengambil parpor lama istriku, beserta photo dan berkas-berkas lainnya, kemudian ia gabungkan dan ia masukkan ke dalam laci khusus. Kemudian ia pun berkata kepada istriku: “Anda tak memegang paspor lama; dan Anda tidak dapat memperoleh paspor yang baru, kecuali setelah Anda membawa photo sesuai prosedur, yang akan kami cocokkan dengan wajah Anda sendiri.”
Istriku masih berbicara dengannya, ia bersikeras memohon perpanjangan paspornya. Mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Rusia. Sedangkan aku hanya melihat mereka, tak mengerti sedikit pun. Aku marah, namun tak bisa berkata apa-apa.
Jawaban sang kepala imigrasi itu ternyata tetap: “Anda harus membawa photo yang sesuai syarat kami.”
Istriku terus mendesaknya, namun tak ada faedahnya. Ia pun terdiam dan tetap berdiri mematung di depannya. Kepala Imigrasi itu memandangnya sinis. Maka, kukatakan kembali kepada istriku: “Istriku yang tercinta! Allah tidaklah membebani seseorang, kecuali sebatas kemampuannya. Sekarang kita dalam kondisi terpaksa. Sampai kapankah kita akan berkelana di kantor-kantor imigrasi?”
Istriku menjawab: “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan memberinya jalan keluar, serta memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.”
Adu argumen di antara kami semakin seru saja. Hingga kepala imigrasi itu marah dan menyuruh kami keluar dari kantornya. Kami pun keluar dari sana. Sungguh, saat itu aku berada di antara rasa sayang bercampur rasa kesal terhadapnya.
Kami pulang ke kamar sewaan kami, dan membicarakan kembali permasalahan itu di kamar. Aku berusaha meluluhkannya, namun ia pun bersikukuh dengan prinsipnya. Hingga, malam semakin larut. Kami pun shalat Isya, dan pikiranku sungguh masygul dengan musibah ini. Kemudian kami mencicipi sedikit makanan, lalu kurebahkan kepalaku untuk tidur.
Bagaimana Kau Bisa Tidur…?
Ketika ia melihatku hendak tidur, berubahlah rona wajahnya. Kemudian ia berkata kepadaku:
“Wahai Khalid, engkau mau tidur?!”
Aku menjawab: “Ya, tidakkah engkau merasa capek?!”
Istriku menjawab: “Subhanallah… dalam kondisi kritis ini, engkau mau tidur? Saat ini kita berada dalam keadaan butuh akan pertolongan Allah. Dan inilah saat yang tepat untuk meminta kepada-Nya.”
Aku pun bangun, dan shalat sekedar yang kuinginkan, lalu aku tidur. Sedangkan istriku terus menerus shalat sendirian. Setiapkali aku terbangun, aku pun melirik kepadanya yang sedang larut dalam qiyamullail. Terkadang kulihat ia sedang ruku’, sedang sujud, sedang berdiri, sedang berdo’a, atau sedang menangis. Ia terus-terusan melakukannya, hingga terbit waktu fajar. Kemudian, ia membangunkanku;
“Waktu fajar telah tiba. Mari kita shalat bersama-sama!” ujarnya kepadaku.
Aku pun bangun, berwudhu, dan kemudian shalat berjama’ah bersamanya. Setelah itu, istriku tertidur sebentar…
Ketika matahari telah terbit, ia pun terbangun, lalu berkata: “Mari kita pergi ke kantor imigrasi!!”
Aku mengatakan kepadanya: “Untuk apa kita pergi? Mana photonya?? Bukankah kita tidak memiliki photonya!!”
Ia menjawab: “Kita akan pergi untuk berupaya lagi. Janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah.”
Kami pun pergi, dan demi Allah, tidaklah kami memasuki ruang-ruang di dalam kantor imigrasi itu, kecuali para pegawainya sungguh telah mengenali kami karena hijab yang dipakai istriku. Dan tiba-tiba, salah seorang di antara pegawai itu memanggil istriku;
“Engkau Fulanah?” tanyanya.
Istriku menjawab: “Ya.”
Pegawai itu berkata lagi: “Ambillah paspormu!”
Ternyata paspor itu telah selesai dengan sempurna, terpampang photo istriku lengkap dengan hijabnya yang hanya membuka wilayah muka. Istriku tampak begitu gembira, lalu menoleh kepadaku;
“Bukankah telah kukatakan kepadamu; Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan memberinya jalan keluar,” serunya.
Ketika kami bermaksud keluar, pegawai itu berkata kepada kami: “Kalian mesti kembali ke kota kalian yang menerbitkan paspor ini pertama kali; dan mintalah kepada mereka untuk melegalisirnya!”
Kemudian, kembalilah kami ke kota yang pertama; terlintas dalam hatiku: “Inilah kesempatan yang tepat untuk mengunjungi keluarga istriku di sana, sebelum kami pergi dari Rusia.”
Ketika sampai di kota tujuan, kami pun menyewa kamar lagi, dan segera memproses legalitas paspor istriku ke kantor imigrasi……
Spoiler for EPISODE 3 DAN 4:
Mohon



Spoiler for Komeng agan/aganwati:
Quote:
Original Posted By the0zima►keren gan.... inspiratif... bookmark dlu...
Quote:
Quote:
Quote:
Original Posted By MalingKondang►kisan nyata gan?
udah ane baca. teguh banget itu sicewe keislamannya

Quote:
Original Posted By adrian42►Populasi muslim di rusia juga lumayan banyak.
Ane juga pernah liat orang rusia sholat i'ed banyak bgt dijalan.
Ane juga pernah liat orang rusia sholat i'ed banyak bgt dijalan.

Quote:
Original Posted By semua.suka►
udah cantik sholeh lagi,, cerita yang sungguh inspiratif dan mengajarkan kita bahwa di balik cobaan pasti ada hikmahnya


Quote:
Original Posted By zhuzhilou►subhanallah, apa ane bs sekukuh itu menghadapi sgla cobaan?. .

Quote:
Original Posted By ciimot►udah cantik alim pula. perfect doi gan

Quote:
Original Posted By foxeethereaper►inspiratif sekali ceritanya
smoga byk yg bisa ambil hikmah & manfaatnya
smoga byk yg bisa ambil hikmah & manfaatnya
Quote:
Quote:
Quote:
Original Posted By kn19ht.88►yang ngarang ini ulama yang menyerukan jihad disuriah dan tokoh berdirinya khalifah didunia setelah beberapa saat jatuhnya khalifah otoman diTurki,
Quote:
Original Posted By yoshiyuke►critanya bikin hati bergetar gan..klo ada episode slanjutnya PM ane gan ..ane pnasaran sama nasib adeknya
Quote:
Original Posted By tinuti►cantik banget nih cewek. ceritanya menyentuh
Quote:
Original Posted By ahlivirus►Thanks atas sharingnya, gan... 
Baca-baca beginian sambil nunggu bedug
magrib emang oke 

Baca-baca beginian sambil nunggu bedug


Spoiler for Thread ane lain nya gan:
Diubah oleh nur.anam 22-04-2015 18:59
0
71K
Kutip
311
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan