Kaskus

Food & Travel

wirajogjaAvatar border
TS
wirajogja
Mengenal Sejarah dari Candi Pawon
Panorama yang ada di Candi Pawon

Mengenal Sejarah dari Candi Pawon
Candi Pawon merupakan versi pendahuluan untuk Candi Borobudur. Dugaan ini didasarkan pada lokasi candi yang berada tepat di pertengahan bangunan Candi Borobudurdan Candi Mendut. Selain itu, hal ini juga didasarkan pada pola relief yang terpahat pada dinding-dinding situs bangunan Candi Pawon yang dianggap sebagai permulaan dari relief yang terdapat pada situs bangunan bersejarah Candi Borobudur di Kabupaten Magelang. Seorang ahli purbakala, Porbatjaraka juga mengungkapkan pendapatnya yang mana Candi Pawon adalah masih sebuah bagian dari bangunan Candi Borobudur atau disebut sebagai upa angga dari Candi Borobudur.

Mengenai asal-usul penamaan situs candi ini, seorang ahli epigrafi yaitu J.G. de Casparis mengungkapkan bahwa arti dari nama Candi Pawon adalah Candi Perabuan. Perabuan atau juga yang berarti perapian berasal dari kata dasar abu. Kata Pawon sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu ‘pawuan’. Dari kata dasar ‘awu (abu)’ yang diberi awalan kata pa- dan diberi akhiran –an. Nama lain dari Candi Pawon, yaitu Bajranalan juga memiliki arti yang hampir sama. Brajanalan sendiri berasal dari kata ‘vajra’ yang memiliki arti halilintar dan ‘anala’ yang berarti api. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua nama dari candi ini memberikan arti bahwa candi ini merupakan sebuah tempat untuk menyimpan abu (awu). Casparis juga menyebutkan bahwa Candi Pawon dibangun sebagai tempat penyimpanan abu jenazah Raja Indra (782 – 812 Masehi). Raja Indra adalah ayah dari Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra.

Pada tubuh Candi Pawon ini terdapat sebuah ruangan yang konon dahulu di dalamnya terdapat sebuah Arca Bodhisatva. Arca tersebut diperkirakan terbuat dari bahan perunggu. Hal ini didasarkan pada informasi yang didapat dari isi Prasasti Karang Tengah yang menyebutkan bahwa Arca Bodhisatva di dalam tubuh Candi Pawon mengeluarkan wajra yang berarti sinar. Penempatan Arca di dalam ruangan tubuh candi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Indra. Raja Indra sebagai Raja kerajaan Mataram Kuno ini, setelah meninggal dianggap sudah mencapai tataran Bodhisatva. Berdasarkan informasi yang ada candi ini pernah dipugar pada tahun 1903 sampai dengan tahun 1904 pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia. Informasi tersebut terdapat pada sebuah coretan di pintu masuk candi bersejarah ini.

Candi pawon merupakan candi Buddha yang letaknya tidak jauh dari Candi Mendut dan Candi Borobudur. Nama lain dari Candi ini adalah Candi Brajanalan. Candi ini merupakan versi pendahuluan untuk Candi Borobudur. Keberadaannya teletak di tengah-tengah antara Candi Mendut dan Candi Borobudur dalam satu garis sumbu, sehingga menimbulkan dugaan bahwa ketiga candi ini memiliki kaitan yang erat.

Selain itu, lokasinya yang berada di tengah-tengah diantara bangunan Candi Borobudur dan Candi Mendut, candi Buddha ini juga disebut sebut sebagai poros tengah ketiga candi tersebut. Jarak ketiga candi tersebut adalah sekitar 1,15 kilometer dari lokasi Candi Pawon ke arah timur berdiri bangunan Candi Mendut dan sekitar 1,75 kilometer ke arah barat berdiri bangunan Candi Borobudur yang megah. Secara administratif situs bangunan Candi Buddha ini terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi jawa Tengah.

Situs bangunan candi ini tersusun dari batuan gunung api atau yang sering disebut sebagai batu andesit. Bangunan yang bersifat agama Buddha ini memiliki desain arsitektur yang unik, karena terdapat penggabungan seni bangunan Hindu Jawa Kuno dan arsitektur India yang terkemas menjadi sebuah bangunan yang kokoh dan rupawan. Candi yang disebut sebut sebagai awal permulaan dari Candi Borobudur ini memiliki luas teras dan tangga yang bisa dikatakan cukup lebar. Pada bangunan bersejarah ini terdapat berbagai macam bentuk hiasan stupa-stupa dan relief-relief yang menggambarkan pohon kalpataru atau disebut pohon hayati yang berada di tengah tengah pundi-pundi dan kinara-kinari. Adapun gambaran mengena Candi Buddha ini secara lengkap adalah sebagai berikut.

Atap candi memiliki bentuk persegi yang bersusun dengan dagoba kecil pada masing-masing sisinya. Pada puncak atap candi ini terdapat sebuah dagoba yang berukuran besar. Cungkup-cungkup bangunan Candi Pawon yang memiliki hiasan dagoba-dagoba memiliki kesamaan bentuk seperti yang terdapat pada bangunan Candi Borobudur. Dinding-dindingnya dihiasi dengan banyak simbol Budhisme. Selain itu, candi ini juga memiliki kemiripan motif pahatan-pahatan dengan pahatan yang terdapat pada bangunan Candi Mendut dan Candi Borobudur. Bahkan Poerbatjaraka, seorang ahli kepurbakalaan berpendapat bahwa Candi ini merupakan bagian dari Candi Borobudur.

Bangunan Candi Pawon berdiri di atas sebuah denah berbentuk persegi empat, dengan tepiannya yang berbentuk berliku-liku membentuk sejumlah 20 sudut. Terdapat sebuah batur yang menumpu candi ini dengan ketinggian sekitar 150 cm. pada dinding-dinding candi terdapat hiasan hasil pahatan dengan berbagai pola yang indah. Di antara pola-pola pahatan yang menghiasi candi ini adalah pola bunga dan sulur-suluran. Candi Pawon memiliki bentuk tubuh yang unik yang justru menyerupai bentuk dari bentuk bangunan tubuh candi-candi Hindu yang ramping, sehingga terkesan tidak menyerupai bentuk bangunan candi Buddha pada umumnya.

Pada dinding sisi barat candi ini terdapat pintu masuk ke dalam ruangan tubuh candi. Terdapat hiasan Kalamara tanpa rahang bawah yang menghiasi ambang atas pintu candi ini. Di depan pintu candi terdapat sebuah tangga. Pada dinding luar pipi tangga terdapat hiasan yang terbuat dari pahatan-pahatan indah dan pada pangkal pipi juga terdapat hiasan kepala naga yang kondisinya saat ini sudah rusak. Di dalam ruangan tubuh Candi Pawon, konon dahulu terdapat arca Boddhisatva yang saat ini sudah tidak ada lagi.

Namun, pada lantai di dalam ruangan tubuh candi ini masih nampak terdapat bekas tempat meletakkan arca tersebut. Pada dinding-dinding di sebelah kanan dan kiri pintu masuk candi terdapat relung yang di dalamnya ada hiasan hasil pahatan yang menggambarkan Dewa Kekayaan, Kuwera yang sedang berdiri. Pada dinding sebelah kiri (selatan) pintu candi, pahatan Kuwera sudah tidak terlihat jelas lagi bagaimana wujudnya karena sudah mengalami kerusakan. Sedangkan pahatan Kuwera di relung dinding sebelah kanan (utara) pintu masuk candi terlihat masih dapat dikatakan utuh, hanya saja pada bagian kepala saja yang sudah rusak.

Dinding-dinding candi Pawon sisi utara dan sisi selatan memiliki hiasan relief-relief yang sama bentuknya. Pada kedua sisi dinding candi tersebut dihiasi relief yang menggambarkan Kinara dan Kinari, yaitu sepasang burung yang berkepala manusia. Kinara dan Kinari tersebut digambarkan dalam posisi berdiri sedang mengapit pohon Kalpataru yang terlihat tumbuh di dalam sebuah jambangan. Pohon tersebut dikelilingi dengan beberapa jumlah pundi-pundi uang dan pada bagian langitnya terlihat ada sepasang manusia yang sedang terbang. Di atas dinding-dinding candi ini terlihat ada sepasang jendela-jendela berukuran kecil yang memiliiki fungsi sebagai ventilasi ruangan candi. Di antara kedua lubang ventilasi tersebut terdapat hiasan pahatan Kumuda.
Mengenal Sejarah dari Candi Pawon
Diubah oleh wirajogja 26-11-2016 09:02
tata604Avatar border
tata604 memberi reputasi
1
6.7K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan