Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Kaskus SportAvatar border
TS
Kaskus Sport
Karena Juara Musim Dingin Tak Sama dengan Scudetto
Juventus mengakhiri paruh pertama Serie A musim 2016-17 dengan duduk nyaman di puncak klasemen, mengoleksi 42 poin dari empat belas kemenangan dan tiga kali kalah. Terpaut empat poin dari pesaing utama mereka, Roma, sudah cukup untuk mengamankan skuat Massimiliano Allegri titel campione d’inverno: juara musim dingin.

Setelah menikmati libur musim dingin hampir dua minggu lamanya, kasta tertinggi sepak bola Italia itu akan kembali digelar akhir pekan ini. Dengan skuat yang kembali bugar dari badai cedera dan strategi yang telah dirancang ulang matang-matang, tentu saja yang berada di dalam pikiran para pelatih tim di bawah Sang Nyonya Tua adalah bagaimana cara mengudeta sang juara dari tampuknya; meskipun itu hanya juara musim dingin.

Sejarah menunjukkan bahwa itu tak mudah, meski masih ada harapan. Dalam sepuluh musim terakhir, dimulai dari kemenangan Inter Milan di 2006-07, diselipi satu kemenangan Milan (di bawah Allegri) sampai kembalinya Juventus berkuasa, tim yang pergi berlibur pada musim dingin saat berada di puncak klasemen hampir selalu tetap berada di sana sampai musim berakhir.

Kisah Pengingat dari Napoli



Perhatikan kata hampir, karena musim lalu, Napoli asuhan Maurizio Sarri sukses mendobrak tradisi itu. Memanfaatkan kekalahan pemuncak klasemen Inter Milan dari Sassuolo di kandang sendiri, Partenopei mencuri peringkat pertama dengan menghancurkan Frosinone dan bertahan di sana sampai libur musim dingin tiba. Kali terakhir mereka menjadi juara musim dingin adalah musim 1989-90: Diego Maradona membawa mereka memenangkan scudetto kedua (dan sejauh ini, terakhir) di akhir musim. Kado yang manis untuk pelatih Sarri, yang secara kebetulan berulang tahun di tanggal yang berdekatan.

Sayang, status juara itu berubah jadi abu hanya setelah enam pekan. Di pekan ke-25, gol telat Simone Zaza memaksa Gonzalo Higuain dan kawan-kawan kembali ke peringkat kedua. Juventus merengkuh titel juara mereka untuk kali kelima berturut-turut, sementara Napoli harus berpuas diri menjadi campione d’inverno pertama dalam dua belas tahun yang gagal mengangkat Coppa Campioni d’Italia, trofi berukir emas itu.

Wajar bila Allegri, pada musim keduanya menukangi tim asal Turin itu, memilih berhati-hati kala bicara soal juara. “Saya tak peduli dengan rekor,” ucapnya. “Saya hanya tertarik menjadi pemimpin klasemen pada akhir musim.” Mungkin juga ia teringat akan pengalamannya kala membawa Milan juara, lima tahun lalu: Zlatan Ibrahimovic dkk takluk 1-0 atas Roma di rumah sendiri pada partai terakhir sebelum libur musim dingin. Sedikit menggoyahkan kepercayaan diri mereka, walau tak sampai menggugat status juara di akhir musim.

Menilik Roma, Memantau Napoli



Tak seperti musim lalu, Juventus terhitung melewati paruh pertama musim ini dengan lancar. Telah duduk di puncak klasemen sejak pekan kelima dan tak pernah tergoyahkan lagi, wajar saja bila Paulo Dybala dkk mulai merasa bahwa scudetto keenam berturut-turut tak jauh lagi dari jangkauan tangan.

Terutama bila kita melihat faktor pesaing mereka. Praktis, satu-satunya tim yang masih bisa menyaingi mereka adalah Roma, yang kini terpaut empat angka. Pasukan ibu kota ini, dimotori Radja Nainggolan dan disokong eksplosivitas Edin Dzeko, barangkali masih bisa memanfaatkan satu-dua celah taktis maupun strategis Allegri, yang tampak begitu mudah dieksploitasi oleh Milan di Piala Super Italia musim lalu.

Napoli, dengan sepenuh ketajaman Dries Mertens (atau kembalinya Arkadiusz Milik sekalipun), masih belum mampu menyeimbangkan ritme, tempo, dan konsistensi mereka. Ini adalah tim yang dapat mencukur Internazionale tiga gol tanpa balas, kemudian ditahan imbang oleh Fiorentina sama kuat tiga gol.

Fakta bahwa mereka berjarak tiga poin dari Roma, alias tujuh poin jauhnya dari Juventus, tak pula membantu mereka. Mereka tampaknya justru harus lebih mewaspadai Lazio dan Milan --- yang terakhir tengah berada dalam histeria memenangkan trofi pertama dalam lima tahun --- yang sewaktu-waktu dapat mengudeta satu tempat di fase play-off Liga Champions musim depan, yang kini tengah mereka duduki.

"Musim ini masih panjang,” ujar bek Bianconeri Daniele Rugani. “Kami masih punya dua pertandingan untuk dimainkan dari paruh pertama, dan juga seluruh paruh kedua.” Juventus memang baru memainkan 17 pertandingan musim ini di kala pesaing-pesaingnya sudah satu laga lebih banyak. Ditunda hingga 8 Februari, pasukan Allegri justru mungkin akan menganggapnya sebagai berkah terselubung, mengingat yang harus mereka lawan adalah Crotone, penghuni papan bawah.

Roma, sebaliknya, diperkirakan tak akan memulai musim dengan mulus-mulus saja. Sabtu nanti, mereka harus menghadapi Genoa di Stadion Luigi Ferraris, tempat Napoli dan Juventus sama-sama telah terpeleset, baik itu kala menghadapi Genoa maupun penghuninya yang satu lagi, Sampdoria. Spalletti pun tak akan dapat memainkan pemain sayap berpengaruh Mohammad Salah yang membela tim nasional Mesir di Piala Afrika, disusul cedera yang masih mengikat Thomas Vermaelen dan Kostas Manolas di ruang dokter tim.

Pun Napoli, mereka harus menjamu Sampdoria, yang walaupun hanya duduk di papan tengah namun sudah berpengalaman menjungkalkan Inter dan Torino. Sarri tentu saja berharap dapat mengeksploitasi lawan berat yang bakal dihadapi sang rival dapat mempersempit jurang tiga poin di antara mereka. Tapi, tamu mereka sendiri masih harus dijaga ketat: musim ini, Sampdoria hampir saja menahan imbang Roma di Olimpico jika saja tak ada sepakan penalti Francesco Totti di extra time.

Justru Juventus, sang campione d’inverno, yang mendapat jadwal lumayan mudah, yaitu menjamu peringkat ke-15 Bologna. Kehilangan trofi Supercoppa dari Milan tentu akan dibalas penuh oleh skuat Bianconeri. "Kami selalu pulih langsung setelah kalah, dan saya harap setelah kekalahan kami dari Milan di Supercoppa, yang cukup menyakitkan, kami akan kembali ke lapangan dengan baterai tercas penuh,” ujar Rugani.

Meskipun secara historis sang juara musim dingin bakal menemui jalan mudah mengangkat gelar juara di akhir musim, namun Juventus tentu saja tak mau terjungkal seperti halnya mereka sendiri menjungkalkan Napoli musim silam. Baterai yang tercas penuh, tentu saja, adalah persiapan yang sebaik-baiknya.

Supported by:





www.kaskus.co.id
0
1.9K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan