- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ketika Pantura Jadi Seperti Radiator Springs


TS
willex
Ketika Pantura Jadi Seperti Radiator Springs
Quote:
Ceritanya liburan tahun baru kemarin pulang kampung,mumpung libur cukup lama,ketika itu niatnya pengen nyoba lewat jalan tol cipali ,maklum ajah belum pernah nyobain bawa kendaraan sendiri lewat cipali..
,tapi bini gak mau katanya takut macet parah kayak lebaran kemaren..
,alhasil terpaksa lewat jalan legenda Pantura..



Quote:
Skip skip...perjalan dimulai melawati jalur demi jalur,sampai akhirnya kami tiba di ujung karawang..tiba-tiba ada yang aneh disepanjang jalan dari subang menuju cirebon...
,sepertinya dulu sepanjang jalan itu selalu ramai dari pagi sampai pagi lagi...kenapa sekarang sepi sekali...rumah makan banyak yang tutup dan tak terawat , pom bensin catnya pada pudar kayak gak keurus...



Quote:
Ane baru sadar setelah kemaren nonton film Car ,ternyata pantura kian hari kian mirip dengan radiator spring...
agan-agan tau kan radiator spring ??
Radiator Springs, dalam film car digambarkan sebagai sebuah kota kecil yang indah, dia memiliki batu-batuan merah, tebing dengan hiasan air terjun serta savana dan gurun. Kota kecil ini didirikan oleh mobil uap bernama Stanley pada 1909 di Route 66. Pada waktu itu, Route 66 menjadi satu-satunya jalur penghubung antar kota di Amerika Serikat; mulai dari Los Angeles, California, Chicago hingga Illinois.
Bagi para musafir, Radiator Springs ini benar-benar populer, sampai-sampai hampir semua mobil selalu singgah saat lewat di sana, ada yang menginap di cottage, mampir berbelanja onderdil, mengisi tangki bahan bakar atau sekadar rehat menikmati alam. Kondisi seperti itu tidak berubah setelah Stanley meninggal. Radiator Spring masih tetap ramai, ekonomi warga kotanya juga terus menggeliat: cottage terisi, jasa bengkel tak pernah sepi, penjual bensin dan oli juga ramai.
Namun kondisi berubah seratus delapan puluh derajat ketika pemerintah membangun Interstate 40 (jalan tol pengganti Route 66) di dekat Radiator Springs pada awal 1960-an. Akibatnya lalu lintas di Route 66 tak lagi diminati. Semua mobil lebih memilih menggunakan jalan tol ketimbang berlama-lama melewati akses jalan sempit dan berkelok-kelok panjang di Route 66.
Singkat cerita, pengunjung Radiator Springs terus berkurang. Kota kecil legendaris itu semakin ditinggalkan dan dilupakan sampai-sampai denyut kotanya nyaris mati. Bahkan ada salah satu adegan sendu dalam film ketika para penghuni Kota Radiator Springs--di tengah keputusasaan--harus berdiri di pinggir jalan menunggu mobil singgah di kota mereka.

Radiator Springs, dalam film car digambarkan sebagai sebuah kota kecil yang indah, dia memiliki batu-batuan merah, tebing dengan hiasan air terjun serta savana dan gurun. Kota kecil ini didirikan oleh mobil uap bernama Stanley pada 1909 di Route 66. Pada waktu itu, Route 66 menjadi satu-satunya jalur penghubung antar kota di Amerika Serikat; mulai dari Los Angeles, California, Chicago hingga Illinois.
Bagi para musafir, Radiator Springs ini benar-benar populer, sampai-sampai hampir semua mobil selalu singgah saat lewat di sana, ada yang menginap di cottage, mampir berbelanja onderdil, mengisi tangki bahan bakar atau sekadar rehat menikmati alam. Kondisi seperti itu tidak berubah setelah Stanley meninggal. Radiator Spring masih tetap ramai, ekonomi warga kotanya juga terus menggeliat: cottage terisi, jasa bengkel tak pernah sepi, penjual bensin dan oli juga ramai.
Namun kondisi berubah seratus delapan puluh derajat ketika pemerintah membangun Interstate 40 (jalan tol pengganti Route 66) di dekat Radiator Springs pada awal 1960-an. Akibatnya lalu lintas di Route 66 tak lagi diminati. Semua mobil lebih memilih menggunakan jalan tol ketimbang berlama-lama melewati akses jalan sempit dan berkelok-kelok panjang di Route 66.
Singkat cerita, pengunjung Radiator Springs terus berkurang. Kota kecil legendaris itu semakin ditinggalkan dan dilupakan sampai-sampai denyut kotanya nyaris mati. Bahkan ada salah satu adegan sendu dalam film ketika para penghuni Kota Radiator Springs--di tengah keputusasaan--harus berdiri di pinggir jalan menunggu mobil singgah di kota mereka.


Quote:
Riwayat Radiator Springs ini bisa dikatakan mirip dengan kondisi sejumlah kota dan spot persinggahan di sepanjang jalan pesisir pantai utara (Pantura) Pulau Jawa, dari subang hingga cirebon. Sebelum Jalan Tol Trans Jawa (Palimanan-Kanci hingga Pejagan) dibangun, Jalur Pantura ini menjadi salah satu jalur paling ramai sebab menjadi akses 'kunci' penghubung Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah sampai Jawa Timur.
Bayangkan saja, pada hari-hari biasa jumlah kendaraan melintas di jalur ini mencapai 20 hingga 30 ribu kendaraan berbagai ukuran, belum termasuk motor. Bahkan di puncak musim mudik lebaran jumlahnya mencapai 70 ribu kendaraan dengan ukuran beragam, baik mengangkut penumpang ataupun barang.
Menjadi masuk akal bila kemudian banyak orang berbondong-bondong membuka usaha di sepanjang jalan ini, misalnya rumah makan, pom bensin, panti pijat, penginapan sampai membuka toilet umum berbayar. Itu usaha permanen, belum lagi usaha warung atau kedai kopi dadakan. Artinya, Jalur Pantura benar-benar berimbas bagi laju pertumbuhan ekonomi warga di sana.
Namun sejak Tol Trans Jawa dibangun, jalur peninggalan Kolonial Belanda yang dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Herman Willem Daendels pada 1808 ini menjadi sepi. Jalur Pantura tak lagi dilirik pengendara mobil. Mereka lebih memilih menggunakan akses jalan tol ketimbang lewat Jalur Pantura, meskipun harus membayar.
Bayangkan saja, pada hari-hari biasa jumlah kendaraan melintas di jalur ini mencapai 20 hingga 30 ribu kendaraan berbagai ukuran, belum termasuk motor. Bahkan di puncak musim mudik lebaran jumlahnya mencapai 70 ribu kendaraan dengan ukuran beragam, baik mengangkut penumpang ataupun barang.
Menjadi masuk akal bila kemudian banyak orang berbondong-bondong membuka usaha di sepanjang jalan ini, misalnya rumah makan, pom bensin, panti pijat, penginapan sampai membuka toilet umum berbayar. Itu usaha permanen, belum lagi usaha warung atau kedai kopi dadakan. Artinya, Jalur Pantura benar-benar berimbas bagi laju pertumbuhan ekonomi warga di sana.
Namun sejak Tol Trans Jawa dibangun, jalur peninggalan Kolonial Belanda yang dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Herman Willem Daendels pada 1808 ini menjadi sepi. Jalur Pantura tak lagi dilirik pengendara mobil. Mereka lebih memilih menggunakan akses jalan tol ketimbang lewat Jalur Pantura, meskipun harus membayar.


Quote:
Semoga pemerintah memperhatikan ekonomi masyarakat kecil di sepanjang Jalur Pantura,yang kian hari kian kian menurun,tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur jalan tol...karena pantura adalah legenda...
0
11.2K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan