Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

m60e38Avatar border
TS
m60e38
[H2H Event] Kury Sang Putri Bintang
KURY SANG PUTRI BINTANG


      Lihatlah bintang di atas sana, bersinar begitu terang. Di sanalah aku lahir. Saat ini aku turun ke bumi bersama dengan bintang jatuh. Aku akan memberikan keajaiban untuk semua anak-anak yang baik. Aku akan berikan hadiah apapun yang mereka minta.

      Tapi, aku juga tidak akan segan memberikan hukuman bagi mereka yang tidak baik.

      Aku Kury, aku adalah Putri Bintang.




*****


      Sudah lama aku perhatikan Nilam, gadis berumur 10 tahun yang begitu penurut dan jujur. Ia hidup dari keluarga yang begitu sederhana. Setiap pagi Nilam berangkat sekolah bersama Kakaknya, Mila.

      Berbeda dengan Nilam, Mila sang Kakak adalah anak yang begitu pembangkang, sering berbohong, dan tidak jarang melakukan hal-hal buruk kepada teman-temannya di sekolah. Mila berumur empat tahun lebih tua daripada Nilam, tetapi Nilam jauh lebih dewasa ketimbang mereka.

      “Raja Bintang, apa yang harus kulakukan?” tanyaku kepada Cygni, sang Raja Bintang.

      “Apapun itu Kury,” ujar Raja Bintang bertitah dari singgasana yang jauh di atas sana, “Nilam adalah anak baik yang harus diberikan hadiah, tetapi Mila adalah anak yang tidak baik dan harus diberikan hukuman.”

      “Bagaimana aku harus melakukannya, Raja Bintang?”

      “Kuberikan kau tongkat ajaib ini Kury,” ujar Raja Bintang, menurunkan sebuah tongkat dengan cahaya bintang di ujungnya, “berilah kebahagiaan kepada anak-anak baik di muka bumi, dan berilah hukuman bagi anak-anak yang tidak baik di muka bumi.”

      “Baik Raja Bintang.”

*****


      Pagi ini, seperti biasa, Nilam berjalan bersama Mila ke sekolah. Aku menyamar sebagai nenek-nenek yang hendak menyebrang jalan raya, tempat biasa kedua gadis kecil itu menyebrang sebelum sampai di sekolah.

      “Nak, tolong saya Nak,” panggilku kepada kedua gadis itu.

      “Iya Nek,” sahut Nilam begitu lembut, suaranya bahkan begitu menenangkan siapapun yang mendengarkannya.

      “Bisa bantuin Nenek nyebrang gak nak?”

      Dengan sigap, Nilam menggandeng tangaku, lalu berusaha menuntunku untuk menyebrang jalan ini. Tetapi Mila mencegahnya, “eh eh, ngapain kamu pegang-pegang tangan adik saya?”

      “Nenek sadar gak, kalo Nenek itu jelek, tua, bau pula,” ujar Mila ketus. Ia bahkan memandangku begitu jijik, sesekali menutup hidung dengan tangannya.

      “Tapi Kak, kan Nenek ini mau nyebrang,” ujar Nilam tidak mau kalah.

      “Kamu inget gak kata Mama, jangan ngobrol sama orang asing,” ujar Mila ketus, “kalo kamu diculik baru tahu rasa.”

      “Mama tapi kan juga bilang, kita harus bantuin orang,” ujar Nilam tidak mau kalah, ia berusaha untuk tetap menuntunku untuk menyebrang.

      “Gak usah Nilam!” bentak Mila, sejurus ia mendorongku hingga terjatuh.

      Bruk!

      “Aduh nak, apa salah Nenek sampe kamu dorong?” tanyaku lirih.

      “Nenek itu jelek, bau, tua, peot lagi, pokoknya aku jijik deket-deket nenek!”

      “Kamu jangan ngomong sembarangan nak,” ujarku pelan, “liat aja besok pagi kamu akan jadi jelek, bau, tua, terus peot,” ujarku, menatap Mila dengan tajam.

      “Masa bodoh!”

      Gadis kecil itu lalu menyebrang jalan tanpa membantuku untuk berdiri. Bahkan menuntun Nilam untuk menyebrangpun tidak ia lakukan. Tanpa kuduga, Nilam masih berusaha membangunkanku dengan tubuh kecilnya saat ini, sungguh ketulusan yang benar-benar luar biasa dari gadis berusia 10 tahun ini.

      “Sini Nek, aku bantuin nyebrang,” ujar Nilam, tersenyum seraya menuntun tanganku untuk menyebrang.

      Sebenarnya saat ini kondisi lalu lintas cukup ramai. Bahkan zebra cross yang ada di depan kami tidak membuat satupun kendaraan melambatkan lajunya. Sejurus, gadis kecil itu tampak kebingungan. Ia menoleh ke kanan dan kiri, melihat-lihat apakah mungkin kendaraan yang melaju kencang itu melambat.

      Kuraih tongkat ajaib pemberian Raja Bintang di tangan kiriku. Kuputar tiga kali dan tring!Dalam sekejap kendaraan-kendaraan itu berhenti.

      Nilam tersenyum kepadaku, ia terlihat senang karena akhirnya kendaraan itu berhenti. Langkah kakinya begitu riang saat ia menyebrangkanku, hingga tibalah kami di seberang jalan. “Nenek mau kemana abis ini?” tanya gadis kecil itu lagi.

      “Saya mau ke sana Nak,” ujarku lalu menunjuk jalan, searah dengan tujuannya ke sekolah.

      “Kebetulan Nek, sekolah aku ada di sana, aku anterin ya,” ujar gadis itu dengan nada yang begitu riang.

*****


      Aku menunggu Nilam pulang sekolah di depan gerbang. Masih dalam wujud nenek yang ia tuntun tadi pagi. Ia tampak terkejut melihatku. Tetapi akhirnya ia menyunggingkan senyum yang begitu manis kepadaku. Sungguh sebuah senyuman yang menampakkan ketulusan dan kejujuran dari seorang gadis kecil itu.

      “Nenek,” panggilnya begitu riang.

      Kusambut gadis kecil itu dengan senyuman, “iya Nak.”

      “Kok tahu kalo aku sekolah di sini?”

      “Kan tadi Nenek liat kamu masuk ke sini Nak,” ujarku.

      Kali ini, tanpa kuminta Nilam menuntunku menuju ke arah yang sama. Menyebrangkanku hingga ke seberang, lalu melepas genggaman tangannya. Di sini hatiku bertanya-tanya, bagaimana bisa ia tetap tulus menuntunku padahal aku sudah menyamar menjadi nenek-nenek yang begitu buruk rupa?

      “Kenapa kamu nganterin saya nak?”

      “Soalnya, kata Mama kita harus bantu orang yang kesusahan,” ujarnya ringan. Pelajaran budi pekerti yang luhur tampak dari sorot matanya yang teduh. Anak yang benar-benar membanggakan orangtuanya.

      “Kamu mau minta hadiah enggak nak?” tanyaku langsung.

      Nilam terdiam sejenak, ia memandangku, “aku kan enggak ulang tahun Nek, masa dikasih hadiah?”

      “Bukan karena ulang tahun nak, tapi karena kamu udah bantuin Nenek.”

      “Enggak Nek,” ujarnya seraya menggelengkan kepala pasti, “aku bantuin nenek ikhlas kok.”

      Sungguh aku terkejut dengan ketulusan hati gadis kecil ini. Tidak sia-sia pencarianku selama ini di muka bumi. Aku yakin, Nilam adalah gadis yang pantas untuk menerima hadiah, karena ia sudah menolongku tanpa pamrih. Aku melambaikan tangan kepadanya, seraya ia pun pergi meninggalkanku dengan senyuman nan riang.

*****


      Malam ini, aku langsung terbang menuju kerajaan bintang yang terletak di pusat Galaksi Bima Sakti. Raja Bintang Cygni sudah menungguku dengan senyuman yang begitu lebar. Ia tampak begitu senang dengan apa-apa yang kukerjakan tadi siang.

      “Wahai Baginda Raja, aku sudah memutuskan untuk memberi tiga hadiah kepada Nilam esok pagi,” ujarku sopan.

      “Jangan sampai ia yang berdoa kepada Tuhan atau memintanya kepadamu,” ujar Raja Bintang dengan bijak, “dan jangan lupa beri pelajaran untuk Mila karena sudah berlaku kasar kepada orang tua.”

      “Maksud Raja peristiwa tadi pagi, saat aku didorong oleh Mila?” tanyaku keheranan.

      Raja Bintang menggeleng, ia lalu menunjukkan apa yang telah Mila lakukan sore ini kepada Ibundanya dari cermin yang ada di sampingnya. “Kamu lihat Kury, apa yang ia lakukan kepada Ibundanya sendiri.”

Quote:


      “Bagaimana Kury?” tanya Raja Bintang.

      “Sungguh keterlaluan Mila,” ujarku sedikit kesal, “apa yang harus kuperbuat untuk menghukum Mila?”

      “Cukup berikan apa yang telah ia hina kepadamu tadi pagi,” ujar Raja Bintang, “ia harus banyak belajar.”

*****


      Keluarga Nilam merupakan keluarga yang sangat sederhana, Ayahnya bekerja sebagai guru honorer di sebuah SMA Negeri. Sementara Ibunya adalah seorang pembantu rumah tangga setengah hari. Mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan yang cukup layak dengan tiga kamar.

      Sudah tiga tahun ini, Ayahnya Nilam dijanjikan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil, tetapi surat pengangkatan tidak kunjung ia terima hingga detik ini. Gajinya yang hanya sebesar 1.400.000 Rupiah harus diputar untuk mencukupi banyak hal, termasuk sekolah dan juga kebutuhan sehari-hari. Penghasilan tambahan dari Ibunya sebesar 600.000 Rupiah pun tidak dapat membantu banyak.

      Saatnya aku harus bertindak, gumamku seraya menumpang bintang jatuh pagi ini untuk kembali ke Bumi. Tidak lupa Sang Raja memberikan cermin ajaib agar aku bisa melihat apa yang terjadi pada Nilam dan keluarganya.

*****


      Mila masih tenggelam dalam lelapnya. Saat itu aku sudah berada di sebelahnya. Kuayunkan tongkat itu sekali dan tring!Berubahlah wajah Mila dalam hitungan detik.

      Sungguh sebenarnya aku pun tidak tega melakukan ini, tetapi ini demi Mila. Aku tidak ingin ia menjadi orang yang buruk hati saat ia beranjak dewasa. Aku pun berdoa kepada Tuhan, semoga pelajaran yang kuberikan bisa membuatnya lebih baik ke depannya.

*****


Quote:


*****


      Kali ini, aku berniat mengunjungi Nilam. Aku tidak menyamar sebagai Nenek seperti kemarin, tetapi aku menemuinya dalam wujud asliku sebagai Putri Bintang. Kutunggu ia di tempat kemarin ia menyebrangkanku. Dan tidak lama kemudian, aku melihat Nilam berjalan begitu murung ke arahku.

      “Selamat pagi Nilam,” sapaku ramah kepadanya.

      “Selamat pagi Kakak,” sahutnya seraya memandangku. Ia berusaha tersenyum simpul walaupun sedikit mengambang.

      “Kenapa Kakak tahu nama aku?” gadis itu bertanya keheranan kepadaku.

      Aku tersenyum, “aku Kury,” ujarku pelan, “aku mau ajak kamu jalan-jalan sebentar, boleh enggak?”

      Tidak ada jawaban dari gadis kecil itu. Hanya anggukan kecil yang menyetujui permintaanku. Kebetulan hari ini adalah hari libur, sehingga aku bisa mengajak Nilam berjalan-jalan agak lama. Hingga kami tiba di tepi danau di dekat rumahnya.

      “Aku mau mengabulkan tiga permintaan kamu Nilam, apapun itu,” ujarku pelan.

      “Kayak bidadari gitu ya Kak?” tanyanya lesu, ia tampak tidak bersemangat saat itu.

      Aku mengangguk pelan, “apapun itu Nilam, aku akan kabulkan.”

      Awalnya ia tidak percaya dengan perkataanku. Tetapi saat aku mengeluarkan tongkat dengan ujung cahaya bintang yang bersinar, barulah ia percaya. Ia tampak terbelalak saat aku mengluarkan tongkat ini. Aku pun mengubah pakaianku menjadi pakaian Putri Bintang.

      Sejenak ia terdiam dan tersenyum kepadaku.

      “Aku mau Kakak aku sembuh terus jadi orang baik, bisa enggak?”

      Aku mengangguk tanpa menjawab apapun permintaannya. Kuputar tongkat ini tiga kali dan tring!Sebuah cahaya melesat cepat menuju rumah keluarga Nilam.

      “Kamu masih punya dua permintaan Nilam, apa lagi?”

      “Tapi emang bisa ya Kakak aku jadi sembuh?” tanyanya penasaran, “apa mungkin Kakak aku juga jadi lebih baik sekarang?”

      “Kamu bisa ngeliatnya pas pulang ya Nilam,” ujarku pelan seraya mengusap lembut kepalanya.

      Ia mengangguk, “permintaan aku kedua, aku mau Ayah sama Ibu punya uang yang cukup buat nyekolahin aku sama Kakak Mila sampai perguruan tinggi.”

      Kali ini aku yang mengangguk dan tersenyum. Kuputar lagi tongkat ini tiga kali dan tring! Sebuah cahaya melesat ke berbagai penjuru langit.

      “Satu permintaan lagi Nilam,” ujarku pelan.

      Kali ini ia menggeleng, “aku gak mau minta apa-apa lagi Kak, cuma dua aja.”

      Aku tertegun dengan jawaban dari gadis kecil itu. Tetapi ia benar-benar masih memiliki satu permintaan yang tersisa saat ini. Dengan tulus ia kembali menolak penawaranku, dan memintaku untuk mengantarkannya pulang ke rumah. Aku menyanggupinya, dan mengantarkan Nilam sampai ke rumahnya.

      Sesampainya di depan pintu rumahnya, aku berpamitan kepadanya dan langsung pergi menuju tempatku di langit.

*****


Quote:


Bersambung di bawah.

nona212
nona212 memberi reputasi
1
3.6K
33
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan