- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
5 Kemenangan Mengejutkan Timnas Indonesia


TS
lukalama99
5 Kemenangan Mengejutkan Timnas Indonesia

Timnas sepakbola Indonesia sudah melakoni banyak pertandingan internasional, kali ini Ane akan mengulas beberapa kemenangan Timnas atas lawan-lawannya yang bisa dikatakan sebagai kemenangan mengejutkan. Mengejutkan karena Timnas berhasil memutarbalikkan prediksi saat sebelum pertandingan, dianggap sebagai tim underdog justru memenangkan pertandingan. Berikut ulasannya.
Spoiler for Indonesia vs Qatar 2-1 (Piala Asia 2004):

Indonesia berpartisipasi dalam Piala Asia 2004 di Grup A bersama tuan rumah Cina, Qatar dan Bahrain.Indonesia mengawali petualangan mereka dengan melakoni pertandingan pertama menghadapi Qatar di Workers Stadium, Beijing.
Indonesia menjadi tim yang paling tidak diunggulkan di grup tersebut. Cina yang berstatus tuan rumah sudah dikenal sebagai salah satu kekuatan Asia, sementara Bahrain menjadi salah satu kuda hitam yang di tahun itu akan menelurkan prestasi terbaik di Piala Asia, dan Qatar adalah perempat-finalis di Piala Asia sebelumnya, dan mereka memiliki ambisi tinggi setelah menunjuk Philippe Troussier sebagai pelatih.
Seperti yang diketahui, Troussier dikenal sebagai pelatih berkarakter yang sukses membawa timnas Jepang menjadi juara Piala Asia 2000 dan membawa tim Samurai Biru menembus perempat-final Piala Dunia dua tahun berikutnya.Sementara, Indonesia datang dengan rekor yang sangat buruk, yaitu tidak pernah menang sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di putaran final Piala Asia.
Menjadi tim yang paling tidak diunggulkan, skuat asuhan Ivan Kolev malah tampil mengejutkan di laga perdana menghadapi Qatar. Trio striker, Budi Sudarsono, Bambang Pamungkas dan Elie Aiboy tampil sangat padu dalam menggempur pertahanan lawan.
Di menit ke-25, tim Merah Putih membuat ratusan suporter Indonesia bersorak setelah umpan Elly Aiboy berhasil dimaksimalkan oleh Budi Sudarsono untuk menjebol gawang Abdulaziz Ali.
Qatar langsung berusaha untuk bangkit dari ketertinggalan, skuat asuhan Philippe Troussier tersebut memborbardir lini pertahanan Indonesia dengan umpan-umpan silang, mengingat postur tubuh pemain Qatar lebih tinggi dari pemain-pemain Indonesia.Namun, pertahanan rapat dan disiplin yang diperlihatkan oleh Warsidi Ardy, Firmansyah dan Hary Syahputra sebagai tiga bek di jantung pertahanan, ditambah dengan cemerlangnya performa kiper Hendro Kartiko memaksa kedudukan 1-0 bertahan hingga turun minum.
Di babak kedua, Indonesia berhasil memperlebar kedudukan menjadi 2-0 ketika paruh kedua baru berjalan tiga menit. Tembakan keras Ponaryo Astaman di luar kotak penalti, meski saat itu ia dijaga ketat pemain lawan, tidak mampu dihadang oleh kiper Qatar.
Keunggulan itu membuat Qatar semakin panik dan terburu-buru untuk dapat mencetak gol, sehingga peluang-peluang yang diraih berakhir dengan sia-sia. Baru pada menit ke-83, mereka berhasil memperkecil ketinggalan menjadi 2-1 melalui gol yang dicetak oleh Megid Mohamed.
Namun, gol tersebut menjadi gol terakhir di pertandingan itu, sehingga Indonesia secara mengejutkan mampu memimpin klasemen grup A untuk sementara, setelah di pertandingan lain Cina ditahan imbang 2-2 oleh Bahrain.
Kemenangan itu menjadi kemenangan histrois, karena itu adalah tiga poin perdana tim nasional Indonesia di pertandingan putaran final Piala Asia, dan gara-gara kemenangan tim Merah Putih, pelatih Qatar, Troussier, harus rela didepak dari kursinya dan Saeed Al-Mesned diberi tanggung jawab untuk menangani tim di pertandingan berikutnya.
Namun, sayang, dongeng tersebut tidak berakhir dengan manis. Di pertandingan berikutnya, Indonesia dipaksa menelan kekalahan telak dengan skor 5-0 dari tuan rumah Cina, dan di pertandingan terakhir Indonesia juga dipecundangi Bahrain dengan skor 3-1.
Hasil itu membuat Indonesia bertengger di posisi ketiga Grup A, unggul atas Qatar di posisi buncit, sementara Cina dan Bahrain yang menduduki posisi satu dan dua, berhak lolos ke perempat-final
Spoiler for Vietnam vs Indonesia 0-3 (Piala AFF 2004):
Indonesia berangkat ke Piala AFF kali ini tidak dengan optimisme. Selain bertarung di kandang macan, Vietnam, kiprah kepelatihan Peter Withe juga disangsikan karena baru saja menuai kegagalan di pra-Piala Dunia 2006. Withe malah menjungkalkan semua perkiraan. Indonesia adalah tim terbaik sepanjang babak penyisihan grup di Piala AFF edisi ini.
Piala AFF kali ini diikuti sepuluh negara. Posisi Brunei Darussalam yang menolak ikut sepanjang turnamen disponsori perusahaan bir, Tiger, digantikan oleh Timor Leste. Negara baru ini bergabung di Grup B bersama tuan rumah Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Filipina. Di Grup A, tuan rumah Vietnam menjamu Indonesia, Singapura, Laos, dan Kamboja.
Tanda-tanda penampilan impresif Indonesia direfleksikan oleh kelahiran seorang bintang muda bernama Boaz Solossa. Pemain asal Papua ini dipercaya Withe menjadi ujung tombak meski usianya masih belia. Terbukti, Boaz menciptakan dua gol kala Indonesia menghantam Laos enam gol tanpa balas pada pertandingan pembuka grup.
Dua pertandingan berikutnya melawan Singapura dan Vietnam adalah uji kekuatan Indonesia. Setelah bermain imbang tanpa gol melawan Singapura, secara mengagumkan Indonesia menaklukkan Vietnam yang didukung ribuan pendukung stadion My Dinh, Hanoi, dengan tiga gol tanpa balas. Gol kemenangan Indonesia dicetak oleh Mohammad Mauly Lessy, Boaz Salossa, dan Ilham Jayakusuma. Hasil ini menjadi kemenangan terbesar Indonesia ketika berhadapan dengan Vietnam.
Pada ajang ini Indonesia mampu melaju hingga ke babak final sebelum dikalahkan dengan agregat 5-2 dari Singapura. Sementara Vietnam gagal lolos dari fase Grup A setelah finis diperingkat ketiga.
Spoiler for Malaysia vs Indonesia 1-4 (Semifinal Piala AFF 2004):

Berbeda dari edisi sebelumnya, semi-final AFF kali ini digelar kandang dan tandang. Begitu juga dengan babak final yang dimainkan dua kali seturut markas masing-masing tim.
Semi-final yang baru digelar hampir dua pekan setelah penyisihan grup menjadi titik balik turnamen. Indonesia seperti kehilangan momentum. Publik Senayan dibuat terhenyak ketika Malaysia membalikkan keunggulan tuan rumah melalui Kurniawan Dwi Yulianto menjadi kemenangan sensasional 2-1. Akibatnya, penonton marah di luar stadion sehingga skuad Malaysia terkurung berjam-jam di ruang ganti pemain.
Enam hari berselang, penampilan heroik Indonesia mengharu-biru stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Unggul pada babak pertama membuat Malaysia berada di atas angin lolos ke partai puncak, apalagi Lessy harus keluar lapangan setelah mendapat kartu kuning kedua dari wasit. Unggul skor dan unggul jumlah pemain cukup untuk membuat suporter Malaysia yang memenuhi stadion Bukit Jalil sangat optimis tim Harimau Malaya akan melaju ke partai puncak untuk menantang Singapura.
Tanpa nyana, Indonesia justru bermain sangat trengginas dan berhasil membalikkan kedudukan usai jeda turun minum. Tidak tanggung-tanggung empat gol dari Kurniawan, Charis Yulianto, Ilham Djayakusuma, dan Boaz Salossa dilesakkan untuk membalikkan kedudukan agregat 5-3 untuk Indonesia! Indonesia melaju ke partai puncak dan membuat pemain dan suporter Malaysia tertunduk lesu tak percaya mereka dilibas oleh Timnas Indonesia dengan skor telak di kandang sendiri.
Spoiler for Indonesia vs Bahrain 2-1 (Piala Asia 2007):

Tim Merah-Putih ditangani kembali oleh Ivan Kolev. Ini menjadi periode kedua kepemimpinan Kolev di timnas setelah tiga tahun sebelumnya juga berkiprah di ajang serupa di Cina. Guna menunjang persiapan, kompetisi domestik diliburkan dua bulan sebelum turnamen dimulai. Kolev mengusung formasi 4-3-3 dengan mengandalkan kelebihan Indonesia dalam hal kecepatan.
Tidak banyak fans yang antusias menyaksikan pertandingan melawan Bahrain pada laga perdana Grup D. Stadion GBK "hanya" terisi 60 ribu penonton. Bahrain merupakan semi-finalis turnamen terdahulu dan hampir saja lolos ke Piala Dunia 2006 setelah dikalahkan Trinidad & Tobago di babak play-off antarbenua.
Tuan rumah pun diprediksi hanya menjadi penggembira dalam turnamen ini, tapi ada yang istimewa ketika pertandingan memasuki menit ke-14. Budi Sudarsono menyambut sodoran Firman Utina dan mengecoh kiper Abdulrahman Abdulkarim sebelum menceploskan bola ke dalam gawang kosong.
Tidak ada yang mengira Indonesia mampu memetik keunggulan lebih dahulu. Namun, kegembiraan itu hanya bertahan 13 menit. Sayed Jalal menyambar bola liar untuk menaklukkan Jendri Pitoy. Wajah-wajah kecemasan pun ganti menyelimuti stadion.
Di atas lapangan, Indonesia mampu mengimbangi Bahrain. Meski kehilangan Mahyadi Panggabean dan Ponaryo Astaman yang cedera di babak pertama, tuan rumah tetap mampu menggalang kekompakan. Hasilnya, stadion GBK kembali meledak ketika Bambang Pamungkas menyambar bola muntah tendangan Firman yang menghantam tiang gawang.
Indonesia mempertahankan keunggulan 2-1 hingga pertandingan selesai. Hasil ini memancing animo masyarakat pada dua pertandingan setelahnya menghadapi Arab Saudi dan Korea Selatan. Stadion GBK yang khusus direnovasi untuk Piala Asia disesaki penonton dengan kapasitas tempat duduk selalu penuh. Sayangnya, Indonesia tak lagi memetik kemenangan pada dua pertandingan tersisa sehingga gagal melangkah ke perempat-final.
Kemenangan Indonesia atas Bahrain memiliki lingkup lebih luas karena membuktikan potensi yang dimiliki sepakbola nasional, baik dari segi olahraga maupun komersil. Sejak itu pula timnas Indonesia menjadi primadona, stadion penuh sesak dengan penonton yang berebut mencari tiket, serta tak ayal pula turut menyeret kepentingan politik ke dalam lapangan hijau.
Spoiler for Indonesia U-19 vs Korsel U-19 3-2 (Kualifikasi Piala Asia U-20 2013):

Setelah berhasil mempersembahkan gelar juara Piala AFF U19, Garuda Muda masih memiliki tugas berat lainnya, yaitu kualifikasi Piala Asia. Tergabung di Grup G bersama tim kuat Korea Selatan, Indonesia diragukan untuk bisa lolos.
Pasalnya, Korsel adalah juara bertahan dari gelaran Piala Asia edisi 2013. Dan hanya akan ada satu tim yang lolos otomatis ke putaran final di Myanmar.
Semua prediksi itu akhirnya berbalik. Indonesia mampu lolos dengan status sebagai juara grup. Mereka sukses mencatatkan 100 persen kemenangan. Yang paling fantastis adalah ketika Indonesia mempermalukan Korsel dengan skor 3-2. Saat itu, Evan Dimas menjadi pahlawan Indonesia dengan torehan hattricknya.
"Yang tak bisa dikalahkan hanya Tuhan. Itu yang ada di pikiran kami. Ungkapan tersebut ditanamkan langsung oleh pelatih Indra Sjafri," kata Evan.
Pasalnya, Korsel adalah juara bertahan dari gelaran Piala Asia edisi 2013. Dan hanya akan ada satu tim yang lolos otomatis ke putaran final di Myanmar.
Semua prediksi itu akhirnya berbalik. Indonesia mampu lolos dengan status sebagai juara grup. Mereka sukses mencatatkan 100 persen kemenangan. Yang paling fantastis adalah ketika Indonesia mempermalukan Korsel dengan skor 3-2. Saat itu, Evan Dimas menjadi pahlawan Indonesia dengan torehan hattricknya.
"Yang tak bisa dikalahkan hanya Tuhan. Itu yang ada di pikiran kami. Ungkapan tersebut ditanamkan langsung oleh pelatih Indra Sjafri," kata Evan.
0
3.2K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan