Yusril: Gimana Kalau PNS Ramai-ramai Minta Pak Ahok Mundur?
Minggu, 1 Mei 2016 | 10:12 WIB
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO

Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra, saat wawancara di kantor redaksi Kompas.com, Jakarta, Selasa (5/4/2015). Dalam kesempatan itu, ia memaparkan gagasannya mengenai Jakarta.
DEPOK, KOMPAS.com - Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra mengungkapkan dirinya tak habis pikir dengan ucapan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat menantang pegawai negeri sipil (PNS) yang tak suka dengan dirinya.
"Gimana kalau besok terjadi sebaliknya. Pegawai negeri ramai-ramai datang, bukan kami yang mundur pak. Tapi kami minta bapak yang mundur. Kalau dibalikin gitu bagaimana pak?" kata Yusril di Depok, Jawa Barat, Sabtu (30/4/2016).
Sebelumnya, Ahok menantang para PNS di DKI yang tidak suka bekerja sama dengannya untuk mengirim surat pengunduran diri pada Senin (2/5/2016) depan.
Ahok menyampaikan hal itu dalam sebuah wawancara yang disiarkan secara langsung oleh Kompas TV, Jumat (29/4/2016).
"Kepala dinas, wali kota, wakil wali kota, sekko (sekretaris pemerintah kota), semua yang ada di DKI, bupati di DKI... kalau Anda enggak suka dengan saya, mau ikut jejak Pak Rustam (Effendi, mantan Wali Kota Jakarta Utara), tolong hari Senin masukan surat pengunduran diri ke saya. Hari Senin!" kata Ahok.
Menurut Yusril, permintaan Ahok itu tak berdasar. Ada perbedaan antara gubernur yang merupakan pejabat politik dengan PNS yang merupakan para profesional yang bekerja hingga masa pensiun.
Beberapa PNS malah bisa memiliki masa kerja hingga 40 tahun. Sedangkan gubernur ditentukan dengan masa jabatan serta periode dengan masa kerja paling lama 10 tahun.
"Ini masalah bagaiaman me-manage sesuatu. Style kepemimpinan.
Jadi kalau disurvei sebagian besar sudah tidak menghendaki," kata Yusril.