- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Fitri 'Spiderkid' Sebelum Tewas di Stasiun Pondok Ranji
TS
ibnutiangfei
Kisah Fitri 'Spiderkid' Sebelum Tewas di Stasiun Pondok Ranji
Quote:
Sebelumnya, ane turut berduka cita atas meninggalnya bocah yang dijuluki 'Spiderkid' karena kegemarannya memanjat towerDibalik aksi-aksi gilanya tersebut gansis, ternyata dia memiliki cita-cita mulia demi membahagiakan ibunya gansisSalah satunya dia ingin sekali menjadi atlet panjat tebing. Meskipun banyak yang mencaci dan mencibir dirinya, namun ada juga yang bersimpati terhadap dirinya. Berikut beberapa kisah Pipit sebelum ajal menjemputnya yang ane kutip dari beberapa sumber:
Quote:
Kisah Fitri 'Spiderkid' Sebelum Tewas di Stasiun Pondok Ranji
Quote:
Quote:
Fitri Aulia (14), gadis yang sering memanjat menara Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), meninggal dunia di Stasiun Pondok Ranji, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Menurut keterangan sang ibu, Sumarni (46), sebelum tewas, anaknya itu sempat dipukuli warga dan terjatuh dari atap rumah salah satu tetangganya.
Saat didatangi di rumahnya, Jalan Menjangan RT 05/04, Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (4/2/2016), Sumarni tengah duduk-duduk santai dengan anak bungsunya. Tak ada lagi suasana duka. Fitri, yang kerap dipanggil Pipit semasa hidup, telah dimakamkan pada Rabu, 3 Februari kemarin.
Tidak ada tenda yang dipasang di depan rumah, bangku plastik juga tidak ada. Para tetangga pun tidak ada yang berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa. Barulah pada pukul 13.00 WIB sehabis hujan turun, kakak kandung ibunda Pipit berdatangan.
Di sela duka citanya, Sumarni menceritakan awal mula kejadian sebelum anaknya itu tewas secara mengenaskan.
"Rabu pagi Pipit beli nasi uduk dekat rumah sini. Dia enggak sengaja menjatuhkan nasi di sana milik salah satu tetangga," ujar Sumarni.
Mendadak sontak para tetangga kompak memarahinya. Seperti stres karena dimarahi, Pipit pun berlari mencari apa yang bisa dinaikinya.
Akhirnya, ada mobil yang melaju di jalan raya dekat rumahnya. Langsung dia membuka pintu mobil dan naik. Aksi Pipit ini membuat kaget si pemilik mobil yang kontan menyuruhnya untuk turun.
Dia pun terus berlari dan naik ke atap rumah salah satu tetangga. Warga lalu menyuruhnya untuk turun. "Di sana kata sejumlah warga dia dipukuli, saya enggak lihat," tutur Sumarni sembari terisak.
Saat Sumarni datang, dia hanya melihat Pipit sedang dinasihati warga sana. Entah karena merasa malu atau emosi, Sumarni ikut memarahi Pipit, tanpa melihat ternyata tubuh anaknya itu sudah penuh dengan luka lebam.
Saat didatangi di rumahnya, Jalan Menjangan RT 05/04, Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (4/2/2016), Sumarni tengah duduk-duduk santai dengan anak bungsunya. Tak ada lagi suasana duka. Fitri, yang kerap dipanggil Pipit semasa hidup, telah dimakamkan pada Rabu, 3 Februari kemarin.
Tidak ada tenda yang dipasang di depan rumah, bangku plastik juga tidak ada. Para tetangga pun tidak ada yang berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa. Barulah pada pukul 13.00 WIB sehabis hujan turun, kakak kandung ibunda Pipit berdatangan.
Di sela duka citanya, Sumarni menceritakan awal mula kejadian sebelum anaknya itu tewas secara mengenaskan.
"Rabu pagi Pipit beli nasi uduk dekat rumah sini. Dia enggak sengaja menjatuhkan nasi di sana milik salah satu tetangga," ujar Sumarni.
Mendadak sontak para tetangga kompak memarahinya. Seperti stres karena dimarahi, Pipit pun berlari mencari apa yang bisa dinaikinya.
Akhirnya, ada mobil yang melaju di jalan raya dekat rumahnya. Langsung dia membuka pintu mobil dan naik. Aksi Pipit ini membuat kaget si pemilik mobil yang kontan menyuruhnya untuk turun.
Dia pun terus berlari dan naik ke atap rumah salah satu tetangga. Warga lalu menyuruhnya untuk turun. "Di sana kata sejumlah warga dia dipukuli, saya enggak lihat," tutur Sumarni sembari terisak.
Saat Sumarni datang, dia hanya melihat Pipit sedang dinasihati warga sana. Entah karena merasa malu atau emosi, Sumarni ikut memarahi Pipit, tanpa melihat ternyata tubuh anaknya itu sudah penuh dengan luka lebam.
Quote:
Quote:
Pipit pun sempat pulang ke rumah, sebab siang harinya dia ada jadwal untuk latihan olahraga panjat tebing. "Alhamdulillah dia ada yang mengarahkan. Tapi hari itu dia enggak semangat, seperti kesakitan," ujar dia.
Sepulang dari latihan panjang tebing, Sumarni melihat Pipit muntah sebanyak 2 kali di depan rumahnya. Dia pun mengajak anaknya itu untuk berobat ke dokter. Belum sempat berangkat, Pipit sudah berlari-larian ke jalan raya.
Sumarni berusaha mengejar. Bukan anaknya yang didapat, malahan potongan-potongan pakaian yang dikenakan anaknya itu. Pertama, kaosnya, lalu berlari sedikit lagi celana sampai pakaian dalamnya.
Menyadari anaknya telanjang sambil berlari, Sumarni memacu larinya dengan cepat. Namun yang dia dapat, tubuh anaknya yang sudah tergeletak di rel kereta Stasiun Pondok Ranji.
"Kata orang-orang di sana dia coba mengejar kereta. Ada lagi yang bilang dia manjat bangunan di sana, tapi terjatuh dan tubuhnya langsung ke peron," ucap Sumarni.
Dia melihat Pipit sudah membuka dan menutup mulutnya, seperti berusaha bernapas dengan terengah-engah. Hingga akhirnya dia melihat mulut anaknya itu benar-benar tertutup rapat. Tidak ada lagi embusan napas keluar.
Namun saat orang-orang menyuruhnya untuk membawa ke klinik atau rumah sakit, Sumarni menolaknya. Dia berkeyakinan kalau anaknya itu sudah tewas. Sumanrni memutuskan untuk membawanya pulang ke rumah.
"Di rumah saya panggil dokter untuk benar-benar memastikan, Pipit memang sudah meninggal," ujar Sumarni.
Barulah pada pukul 18.45 WIB, gadis yang kerap memanjat menara SUTET itu dimakamkan di TPU yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Sumber
Sepulang dari latihan panjang tebing, Sumarni melihat Pipit muntah sebanyak 2 kali di depan rumahnya. Dia pun mengajak anaknya itu untuk berobat ke dokter. Belum sempat berangkat, Pipit sudah berlari-larian ke jalan raya.
Sumarni berusaha mengejar. Bukan anaknya yang didapat, malahan potongan-potongan pakaian yang dikenakan anaknya itu. Pertama, kaosnya, lalu berlari sedikit lagi celana sampai pakaian dalamnya.
Menyadari anaknya telanjang sambil berlari, Sumarni memacu larinya dengan cepat. Namun yang dia dapat, tubuh anaknya yang sudah tergeletak di rel kereta Stasiun Pondok Ranji.
"Kata orang-orang di sana dia coba mengejar kereta. Ada lagi yang bilang dia manjat bangunan di sana, tapi terjatuh dan tubuhnya langsung ke peron," ucap Sumarni.
Dia melihat Pipit sudah membuka dan menutup mulutnya, seperti berusaha bernapas dengan terengah-engah. Hingga akhirnya dia melihat mulut anaknya itu benar-benar tertutup rapat. Tidak ada lagi embusan napas keluar.
Namun saat orang-orang menyuruhnya untuk membawa ke klinik atau rumah sakit, Sumarni menolaknya. Dia berkeyakinan kalau anaknya itu sudah tewas. Sumanrni memutuskan untuk membawanya pulang ke rumah.
"Di rumah saya panggil dokter untuk benar-benar memastikan, Pipit memang sudah meninggal," ujar Sumarni.
Barulah pada pukul 18.45 WIB, gadis yang kerap memanjat menara SUTET itu dimakamkan di TPU yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Sumber
Quote:
Fitri 'Spiderkid' Ingin Jadi Atlet Panjat Tebing dan Bahagiakan Ibunya
Quote:
Quote:
Tak banyak orang yang tahu kalau Fitri 'Spiderkid' mempunyai cita-cita ingin hidup normal dan membahagiakan orang tuanya. Cerita itu terungkap ketika Sumarni (49) ibu kandungnya bercerita kenangan terakhir anak bungsunya.
"Setiap malam Pipit selalu cerita pingin hidup normal punya rumah dan bisa membahagiakan orang tuanya. Dia pingin jadi atlit panjat tebing supaya bisa banggakan ibu bapaknya," ujar Sumarni ditemui di kediamannya, Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (4/2/2016).
Fitri alias Pipit merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Kebiasaannya naik menara sutet menjadi sorotan masyarakat.
"Dulu ngontrak di situ (Kampung Sawah). Ulah Pipit pro dan kontra karena ada juga yang risih melihatnya, tapi sekalinya peduli mereka sangat sayang," tuturnya sembari meneteskan air mata.
"Setiap malam Pipit selalu cerita pingin hidup normal punya rumah dan bisa membahagiakan orang tuanya. Dia pingin jadi atlit panjat tebing supaya bisa banggakan ibu bapaknya," ujar Sumarni ditemui di kediamannya, Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (4/2/2016).
Fitri alias Pipit merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Kebiasaannya naik menara sutet menjadi sorotan masyarakat.
"Dulu ngontrak di situ (Kampung Sawah). Ulah Pipit pro dan kontra karena ada juga yang risih melihatnya, tapi sekalinya peduli mereka sangat sayang," tuturnya sembari meneteskan air mata.
Quote:
Quote:
Sepeninggal sang suami, Sumarni berjuang menghidupi anak-anaknya. Penghasilan buruh cuci tentu tidak mencukupi kebutuhan mereka.
"Sinta kakaknya yang pertama sudah menikah, tinggal saya sama Pipit dan Faris Susanto kakaknya yang nomor dua. Penghasilan sebagai buruh tidak cukup buat sehari-hari, terlebih kakaknya juga sakit seperti itu (Hydrocepalus). Untungnya pemilik kontrakan ngerti kondisi kami, beliau kasih kami gubuk buat ditinggalin, karena di sana (kontrakan) banyak yang ngeluh lihat tingkah pipit," paparnya.
Sumarni sendiri sudah pasrah melihat kebiasaan anak bungsunya. Namun dirinya tidak tinggal diam begitu saja. Apapun diperbuatnya demi hidup kedua anaknya.
"Meski banyak yang mencaci anak saya, tapi di mata saya Pipit anaknya baik. Dia periang, kalau diajarin cepat menangkapnya. Selama ini saya berjuang buat hidup dia, bahkan dia kerap bantuin saya buat dagang di kelurahan kalau nggak ada cucian," paparnya.
Sumarni sendiri tinggal di rumah berukuran 3x6 meter, dengan dinding terbuat dari triplek. Rumah tersebut berdiri di atas tanas kosong milik warga. Dia bersama kedua anaknya diperkenankan untuk menempati tanah tersebut.
"Di sini sudah hampir 8 bulan, semenjak bapaknya meninggal saya nggak tau tinggal di mana terlebih banyak yang tidak suka juga dengan ulah anak saya. Sampai akhirnya pemilik kontrakan memperbolehkan saya tinggal di sini. Dibantu Sinta kakaknya Pipit saya bangun gubuk ini seadanya," paparnya.
Dibalik cibiran dan cacian maki yang sudah menjadi makanan sehari-hari Sumarni. Ada juga orang-orang yang mempedulikan Pipit.
"Sinta kakaknya yang pertama sudah menikah, tinggal saya sama Pipit dan Faris Susanto kakaknya yang nomor dua. Penghasilan sebagai buruh tidak cukup buat sehari-hari, terlebih kakaknya juga sakit seperti itu (Hydrocepalus). Untungnya pemilik kontrakan ngerti kondisi kami, beliau kasih kami gubuk buat ditinggalin, karena di sana (kontrakan) banyak yang ngeluh lihat tingkah pipit," paparnya.
Sumarni sendiri sudah pasrah melihat kebiasaan anak bungsunya. Namun dirinya tidak tinggal diam begitu saja. Apapun diperbuatnya demi hidup kedua anaknya.
"Meski banyak yang mencaci anak saya, tapi di mata saya Pipit anaknya baik. Dia periang, kalau diajarin cepat menangkapnya. Selama ini saya berjuang buat hidup dia, bahkan dia kerap bantuin saya buat dagang di kelurahan kalau nggak ada cucian," paparnya.
Sumarni sendiri tinggal di rumah berukuran 3x6 meter, dengan dinding terbuat dari triplek. Rumah tersebut berdiri di atas tanas kosong milik warga. Dia bersama kedua anaknya diperkenankan untuk menempati tanah tersebut.
"Di sini sudah hampir 8 bulan, semenjak bapaknya meninggal saya nggak tau tinggal di mana terlebih banyak yang tidak suka juga dengan ulah anak saya. Sampai akhirnya pemilik kontrakan memperbolehkan saya tinggal di sini. Dibantu Sinta kakaknya Pipit saya bangun gubuk ini seadanya," paparnya.
Dibalik cibiran dan cacian maki yang sudah menjadi makanan sehari-hari Sumarni. Ada juga orang-orang yang mempedulikan Pipit.
Quote:
Kakak Pipit
Quote:
"Ya ulahnya yang suka naik tower sutet jadi bahan omongan. Tapi ada juga yang sayang sama Pipit, Terakhir kalinya saya lihat senyum di wajah anak saya beberapa minggu lalu, Pipit diajak ke mal. Di sana dia disuruh milih apa aja, terus makan enak, dia bilang bahagia karena merasa punya bapaknya lagi," tuturnya sembari menangis sesenggukan.
Sumarni pun mengaku sudah ikhlas atas kematian anak bungsunya. Tak ada rasa dendam sedikit pun di dalam hatinya.
"Saya sudah ikhlas, Pipit udah dimandiin bahkan jenazahnya udah dikubur. Saya nggak perpanjang biarin aja nanti Allah yang membalas," pungkasnya. Sumber
Sumarni pun mengaku sudah ikhlas atas kematian anak bungsunya. Tak ada rasa dendam sedikit pun di dalam hatinya.
"Saya sudah ikhlas, Pipit udah dimandiin bahkan jenazahnya udah dikubur. Saya nggak perpanjang biarin aja nanti Allah yang membalas," pungkasnya. Sumber
Quote:
Fitri 'Spiderkid', dari Gejala Autis Ringan hingga Cita-cita Jadi Dokter
Quote:
Fitri 'Spiderkid' mulai menjadi buah bibir pada akhir Maret 2011 lalu. Disebut mengidap autisme ringan, Fitri terus saja 'berhobi' memanjat.
Ulahnya ini pertama kali terpublikasi pada Selasa 29 Maret 2011, kala petugas dari Polsek Ciputat mengetahui Fitri yang saat itu masih berusia 9 tahun memanjat suatu menara BTS di Jalan Sukadamai, Serua Indah, Ciputat, Tangerang. Hari itu, Fitri diketahui dua kali memanjat menara BTS.
Setelah diamankan polisi dan bersiap dibawa kedua orangtuanya, Fitri meminta izin ke belakang. Ditunggu tidak kunjung keluar, Fitri ternyata memanjat menara lagi di sebelah kantor polisi.
Orangtua Fitri saat itu mengaku sudah tidak sanggup lagi untuk menjaga dan mengasuhnya. Fitri rencananya akan dibawa ke Dinas Sosial Tangerang Selatan. Selain tidak sanggup menghidupi Fitri karena keduanya pengangguran, orang tua Fitri juga heran dengan perilaku anaknya yang sangat tomboy dan kerap membahayakan jiwanya itu.
Keesokan harinya, Fitri berulah kembali. Baru saja pulang dari rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan medis, dia kabur dan lagi-lagi memanjat tower BTS yang kemarin dia naiki.
Polisi pun mencari akal hingga meminta bantuan psikolog anak Seto Mulyadi untuk menangani Fitri. Kak Seto, demikian panggilan Seto Mulyadi, sampai mendatangi Polsek Ciputat pada Rabu, 30 Maret 2011, mengajak bernyanyi "Satu-satu Aku Sayang Ibu". Fitri dan Kak Seto sempat bercanda. Kak Seto mengajak berdialog Fitri, termasuk ditanya Kak Seto alasan memanjat tower.
Ulahnya ini pertama kali terpublikasi pada Selasa 29 Maret 2011, kala petugas dari Polsek Ciputat mengetahui Fitri yang saat itu masih berusia 9 tahun memanjat suatu menara BTS di Jalan Sukadamai, Serua Indah, Ciputat, Tangerang. Hari itu, Fitri diketahui dua kali memanjat menara BTS.
Setelah diamankan polisi dan bersiap dibawa kedua orangtuanya, Fitri meminta izin ke belakang. Ditunggu tidak kunjung keluar, Fitri ternyata memanjat menara lagi di sebelah kantor polisi.
Orangtua Fitri saat itu mengaku sudah tidak sanggup lagi untuk menjaga dan mengasuhnya. Fitri rencananya akan dibawa ke Dinas Sosial Tangerang Selatan. Selain tidak sanggup menghidupi Fitri karena keduanya pengangguran, orang tua Fitri juga heran dengan perilaku anaknya yang sangat tomboy dan kerap membahayakan jiwanya itu.
Keesokan harinya, Fitri berulah kembali. Baru saja pulang dari rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan medis, dia kabur dan lagi-lagi memanjat tower BTS yang kemarin dia naiki.
Polisi pun mencari akal hingga meminta bantuan psikolog anak Seto Mulyadi untuk menangani Fitri. Kak Seto, demikian panggilan Seto Mulyadi, sampai mendatangi Polsek Ciputat pada Rabu, 30 Maret 2011, mengajak bernyanyi "Satu-satu Aku Sayang Ibu". Fitri dan Kak Seto sempat bercanda. Kak Seto mengajak berdialog Fitri, termasuk ditanya Kak Seto alasan memanjat tower.
Quote:
Quote:
"Memang nggak takut jatuh?" tanya Kak Seto.
"Memang nggak pernah jatuh kok. Waktu saya dikejar bapak saya, saya naik ke atap. Sampai kaki saya kejeblos genteng, nggak jatuh juga," tutur Fitri.
Fitri berasal dari keluarga kurang mampu. Dia mengaku sering dipukuli orangtuanya sehingga lebih suka memanjat. Orangtuanya mengaku tak tahan pada kenakalan Fitri sehingga ingin menyerahkan Fitri kepada Dinas Sosial Tangerang Selatan.
Di lingkungan tempat tinggalnya, Fitri juga dikenal bisa menyembuhkan sejumlah penyakit yang diderita tetangga-tetangganya.
"Orang yang pertama kali diobati (menderita) stroke ringan dan sembuh. Terus bapaknya sakit ginjal, sakit sampai nggak bisa bangun, diobatin juga sempuh," kata ibunda Fitri, Sumarni, di rumah Kak Seto, Cirendeu Permai No 13, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (31/3/2011).
Sumarni mengatakan, saat mengobati, Fitri tidak menggunakan alat apa pun. FItri hanya memijit bagian yang sakit. "Orang-orang banyak tahu jadi pada dateng ke rumah. Diobati sembuh, ada yang sekali sembuh ada yang beberapa kali datang baru sembuh," kata perempuan yang saat itu berusia 45 tahun.
Namun Sumarni tidak yakin apakah kemampuan anaknya itu benar atau tidak. Namun saat ini, Fitri sudah tidak mau lagi diminta untuk mengobati orang yang sakit. "Tapi sekarang nggak mau Pipit (sapaan akrab Fitri) ngobatin, nggak tahu kenapa," katanya.
Karena suka mengobati orang, Fitri ingin menjadi seorang dokter saat dewasa kelak. "Cita-cita dia jadi dokter, karena suka ngobatin orang," kata Sumarni.
Fitri memiliki kebiasaan memanjat jika sedang kesal atau jengkel. Kak Seto pun sempat membawa Fitri terapi ke beberapa rumah sakit. RS Pondok Indah, RS Polri Kramatjati, hingga RSJ Grogol.
"Mungkin karena Fitri ini terlalu aktif ya jadi kita pindah ke RS Polri (Kramatjati) namun pas saya tengok kok sepertinya kurang baik karena dicampur sama pasien dewasa. Jadi saya carikan ternyata ada tempat yang bagus di RS Grogol," kata Kak Seto.
Meski Fitri dirawat di RSJ Grogol, Kak Seto memastikan gadis yang akrab disapa Pipit itu tidak memiliki gangguan jiwa. Fitri hanya mengalami gangguan perilaku sehingga memerlukan penanganan khusus.
"Orang mungkin bakal mikir kalau Pipit ini ada gangguan jiwa, tapi itu nggak ada. Pipit hanya ada gangguan perilaku saja, itu terapi psikologis," kata Kak Seto yang sebelumnya sempat menampung Fitri di rumahnya itu.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Fitri?
"Dia ini hanya gangguan perilaku dan ada sedikit gejala autis ringan tapi ditimpali dengan kecerdasan yang cukup bagus," kata Kak Seto pada Selasa 24 April 2011.
Setelah itu, Fitri melanjutkan 'kiprah'-nya memanjat atap rumah hingga menara. Dalam catatan detikcom, Fitri mau turun bila diiming-imingi uang, diajak piknik ke Ragunan atau karena kelelahan.
Bahkan, Fitri pernah 'kena batunya' terjatuh saat memanjat tembok setinggi 10 meter di Stasiun Duri, Tambora, pada Selasa, 8 November 2011. Kaki kirinya sempat digips. Saat itu Fitri mengaku kesal karena terus diolok teman-temannya sehingga berniat memanjat lagi.
"Aku suka kesal sama teman-teman karena diajak berkelahi dan melempari aku dengan batu. Jadi aku ingin naik ke tower," keluhnya.
Saat itu, Fitri mengaku kapok memanjat. Namun kenyataannya, Fitri memanjat lagi.
Tahun berganti hingga kemudian pada 12 Januari 2016 Fitri naik menara SUTET di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Petugas pemadam kebakaran sampai mengerahkan skylift untuk menurunkan Fitri.
Tak dinyana, Rabu 3 Februari 2016 merupakan akhir 'kiprah' Fitri. Gadis 14 tahun itu meninggal dunia karena terpeleset saat mengejar kereta di Stasiun Pondok Ranji, Ciputat, Tangsel. Senyum lebarnya saat dia diturunkan petugas dari tempat tinggi yang dipanjatnya kini tinggal kenangan. Sumber
"Memang nggak pernah jatuh kok. Waktu saya dikejar bapak saya, saya naik ke atap. Sampai kaki saya kejeblos genteng, nggak jatuh juga," tutur Fitri.
Fitri berasal dari keluarga kurang mampu. Dia mengaku sering dipukuli orangtuanya sehingga lebih suka memanjat. Orangtuanya mengaku tak tahan pada kenakalan Fitri sehingga ingin menyerahkan Fitri kepada Dinas Sosial Tangerang Selatan.
Di lingkungan tempat tinggalnya, Fitri juga dikenal bisa menyembuhkan sejumlah penyakit yang diderita tetangga-tetangganya.
"Orang yang pertama kali diobati (menderita) stroke ringan dan sembuh. Terus bapaknya sakit ginjal, sakit sampai nggak bisa bangun, diobatin juga sempuh," kata ibunda Fitri, Sumarni, di rumah Kak Seto, Cirendeu Permai No 13, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (31/3/2011).
Sumarni mengatakan, saat mengobati, Fitri tidak menggunakan alat apa pun. FItri hanya memijit bagian yang sakit. "Orang-orang banyak tahu jadi pada dateng ke rumah. Diobati sembuh, ada yang sekali sembuh ada yang beberapa kali datang baru sembuh," kata perempuan yang saat itu berusia 45 tahun.
Namun Sumarni tidak yakin apakah kemampuan anaknya itu benar atau tidak. Namun saat ini, Fitri sudah tidak mau lagi diminta untuk mengobati orang yang sakit. "Tapi sekarang nggak mau Pipit (sapaan akrab Fitri) ngobatin, nggak tahu kenapa," katanya.
Karena suka mengobati orang, Fitri ingin menjadi seorang dokter saat dewasa kelak. "Cita-cita dia jadi dokter, karena suka ngobatin orang," kata Sumarni.
Fitri memiliki kebiasaan memanjat jika sedang kesal atau jengkel. Kak Seto pun sempat membawa Fitri terapi ke beberapa rumah sakit. RS Pondok Indah, RS Polri Kramatjati, hingga RSJ Grogol.
"Mungkin karena Fitri ini terlalu aktif ya jadi kita pindah ke RS Polri (Kramatjati) namun pas saya tengok kok sepertinya kurang baik karena dicampur sama pasien dewasa. Jadi saya carikan ternyata ada tempat yang bagus di RS Grogol," kata Kak Seto.
Meski Fitri dirawat di RSJ Grogol, Kak Seto memastikan gadis yang akrab disapa Pipit itu tidak memiliki gangguan jiwa. Fitri hanya mengalami gangguan perilaku sehingga memerlukan penanganan khusus.
"Orang mungkin bakal mikir kalau Pipit ini ada gangguan jiwa, tapi itu nggak ada. Pipit hanya ada gangguan perilaku saja, itu terapi psikologis," kata Kak Seto yang sebelumnya sempat menampung Fitri di rumahnya itu.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Fitri?
"Dia ini hanya gangguan perilaku dan ada sedikit gejala autis ringan tapi ditimpali dengan kecerdasan yang cukup bagus," kata Kak Seto pada Selasa 24 April 2011.
Setelah itu, Fitri melanjutkan 'kiprah'-nya memanjat atap rumah hingga menara. Dalam catatan detikcom, Fitri mau turun bila diiming-imingi uang, diajak piknik ke Ragunan atau karena kelelahan.
Bahkan, Fitri pernah 'kena batunya' terjatuh saat memanjat tembok setinggi 10 meter di Stasiun Duri, Tambora, pada Selasa, 8 November 2011. Kaki kirinya sempat digips. Saat itu Fitri mengaku kesal karena terus diolok teman-temannya sehingga berniat memanjat lagi.
"Aku suka kesal sama teman-teman karena diajak berkelahi dan melempari aku dengan batu. Jadi aku ingin naik ke tower," keluhnya.
Saat itu, Fitri mengaku kapok memanjat. Namun kenyataannya, Fitri memanjat lagi.
Tahun berganti hingga kemudian pada 12 Januari 2016 Fitri naik menara SUTET di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Petugas pemadam kebakaran sampai mengerahkan skylift untuk menurunkan Fitri.
Tak dinyana, Rabu 3 Februari 2016 merupakan akhir 'kiprah' Fitri. Gadis 14 tahun itu meninggal dunia karena terpeleset saat mengejar kereta di Stasiun Pondok Ranji, Ciputat, Tangsel. Senyum lebarnya saat dia diturunkan petugas dari tempat tinggi yang dipanjatnya kini tinggal kenangan. Sumber
Quote:
Jika belum mengenalnya lebih dekat, mungkin banyak yang mengira kelakuannya nakal sekali. Sering membuat repot orang banyak, sering dicaci atau dimarahi orang banyak. Namun, dibalik sikap kenakalannya itu ternyata memendam keinginan atau cita-cita yang mulia. Dia ingin menjadi atlet panjat tebing dan ingin sekali membahagiakan orang tuanya. Dia juga ingin menjadi dokter yang mengobati orang banyak. Meskipun cita-citanya tak akan pernah tercapai, berbagai kenangan tentang sosok pipit 'Spiderkid' akan terus dikenang. Bukan hanya aksi-aksi gilanya memanjat tower, namun juga kebersamaan dan keceriaannya bersama keluarga dan sahabat-sahabat terdekatnya. Selamat jalan Pipit, Selamat jalan 'Spiderkid'...semoga engkau tenang di alam sana
Quote:
Mampir ke trit ane yg lain:
Spoiler for Trit ane yg lain:
Hal-Hal Tak Lazim yang Ditemukan dalam Area Kuburan
Semangat Mengejar Cita-Cita dari Bocah-Bocah Pengungsi Ini Bikin Kita Terharu
Kasus Mesum Marak, Berbagai Taman Kota di Malang akan Dipasangi CCTV
Mengenang Kembali Musisi Legendaris Asal Jepang, Masanori Takahashi a.k.a Kitaro
Foto-Foto yang Membuktikan Bahwa Beberapa Orang Terkenal Hidup Abadi, Benarkah?
Berbagai Kisah Mengerikan Tentang Orang yang Dikubur Hidup-Hidup
Ketika Para Ayah Terlalu Overprotective Terhadap Anak Gadisnya
Adakah yang Masih Ingat dengan Penyanyi Cilik Cleopatra Stratan?
Kumpulan Lapangan Tenis Anti-Mainstream yang Ada di Dunia
Mengenang Kembali Masa Kejayaan Spice Girls pada Era 90-an
Mengenang Aktris-Aktris Mandarin Cantik Era 90-an, Ada yang Masih Ingat?
Proyek-Proyek Bangunan Mengagumkan yang Tidak Pernah Terbangun
Inilah Kendaraan-Kendaraan Lapis Baja Paling Mahal di Dunia
Beginilah Karya-Karya Lukisan dari Seniman Hyper Realistis yang Menakjubkan
Semangat Mengejar Cita-Cita dari Bocah-Bocah Pengungsi Ini Bikin Kita Terharu
Kasus Mesum Marak, Berbagai Taman Kota di Malang akan Dipasangi CCTV
Mengenang Kembali Musisi Legendaris Asal Jepang, Masanori Takahashi a.k.a Kitaro
Foto-Foto yang Membuktikan Bahwa Beberapa Orang Terkenal Hidup Abadi, Benarkah?
Berbagai Kisah Mengerikan Tentang Orang yang Dikubur Hidup-Hidup
Ketika Para Ayah Terlalu Overprotective Terhadap Anak Gadisnya
Adakah yang Masih Ingat dengan Penyanyi Cilik Cleopatra Stratan?
Kumpulan Lapangan Tenis Anti-Mainstream yang Ada di Dunia
Mengenang Kembali Masa Kejayaan Spice Girls pada Era 90-an
Mengenang Aktris-Aktris Mandarin Cantik Era 90-an, Ada yang Masih Ingat?
Proyek-Proyek Bangunan Mengagumkan yang Tidak Pernah Terbangun
Inilah Kendaraan-Kendaraan Lapis Baja Paling Mahal di Dunia
Beginilah Karya-Karya Lukisan dari Seniman Hyper Realistis yang Menakjubkan
Quote:
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA
NANTIKAN TRIT ANE BERIKUTNYA
NANTIKAN TRIT ANE BERIKUTNYA
0
91.5K
Kutip
481
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan