- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
"IRON MAN" Indonesia dari Bali adalah HOAX?


TS
nyeduh
"IRON MAN" Indonesia dari Bali adalah HOAX?
Maaf sebelumnya kalo trit ane sangat-sangat berantakan.
Langsung aja gan...
Beberapa hari ini kita di hebohkan dengan adanya " Iron Man Indonesia" yang ada di Bali.
Robot tersebut dirakit oleh I Wayan Sutawan asal Karangasem, Bali, dia merancang sendiri robot penggerak tangan. Tangan robotnya ini mampu membantu pekerjaannya sebagai tukang las.

Banyak yang kagum kalo robot Iron Man di Bali itu benar-benar nyata, tapi ada juga yang mengamati kalo robot Iron Man di Bali itu hanyalah HOAX belaka.
Berikut bukti-bukti kalo Robot Iron Man di Bali itu hanya HOAX:
UPDATE
Rusak katanya gan, gara2 kena air hujan :'(
MAAF BARU UPDATE LAGI, Mungkin ini update terakhir
Biar tidak salah dalam persepsi, baca dahulu profil Rizki Edmi Edison :
http://www.c-techlabs.com/dokter-bedah-saraf-tertarik-meneliti-ecvt/
Oke gan, silahkan di nilai sendiri, hoax apa bukan. Kalo ane sih yakin ini hanyalah HOAX semata. Sekian!
sumur
sumur
sumur
Langsung aja gan...
Beberapa hari ini kita di hebohkan dengan adanya " Iron Man Indonesia" yang ada di Bali.
Robot tersebut dirakit oleh I Wayan Sutawan asal Karangasem, Bali, dia merancang sendiri robot penggerak tangan. Tangan robotnya ini mampu membantu pekerjaannya sebagai tukang las.

Banyak yang kagum kalo robot Iron Man di Bali itu benar-benar nyata, tapi ada juga yang mengamati kalo robot Iron Man di Bali itu hanyalah HOAX belaka.
Berikut bukti-bukti kalo Robot Iron Man di Bali itu hanya HOAX:

Quote:
Menurut Neko Daisuki:
1. Persendian lengannya masih bisa dibilang longgar, keliatan waktu dia lagi masang lengannya. tapi lucu nya respon ke pergerakan tangannya cepat + pasti (ga salah2 gerak). Ini ga mungkin. Ibarat tarikan motor yang
rantainya kendor sama yang pas. Pasti ngerti lah maksud saya.
2. Gear nya banyak di luar, bisa dibongkar pasang. Ajaib, gerakannya cepat + leluasa. Yang lebih ajaib lagi, gear nya ga lepas...
3. Pergerakan tangannya terlalu biologis. Sedangkan dimana2 yang namanya benda mekanis itu gerakannya masih kaku. Banyak jeda pergerakan walaupun cuma beberapa
milidetik. Bahkan asimo yang didevelop langsung oleh orang2 ahli dengan sarana mendukung pun, gerakannya juga masih bener2 terasa kayak robot kan? Nah dia saya lihat di bagian2 akhir video, gerakannya leluasa banget persis tangan asli. (Maaf gak tau cara masukkin video dari hp, tritnya aja berantakan )
4. Sensor otak? HAHAHA bahkan perusahaan2 teknologi besar aja, dengan sarana yang benar2 mendukung untuk riset ke teknologi ini, masih belum mampu. Bahkan untuk teknologi sensor-sensoran kaya gini ini ruang lingkupnya udah nanotech. Ga bakalan bisa dibikin secara DIY. Gak akan pernah bisa... Apalagi pake rongsokan.
5. Dan ngomong masalah sensor, sensor yang udah ada di seluruh smartphone sekarang: accelerometer, masih butuh waktu untuk baca sinyal bhwa hpnya dipake secara landscape
(dari sebelumnya: portrait). Padagal ini sensor sederhana, ga pake sinyal2 frekuensi tertentu. Asli sensor untuk baca fenomena alam, masih butuh waktu beberapa mili detik untuk ganti
mode ke landscape setelah hapenya diputar. Bahkan teknologi ini pun udah dikembangkan langsung sama ahlinya, sarananya mendukung, duitnya mendukung. Lah ini duit ga ada, sarana ga ada, pengetahuan mendalam tentang ini juga ga ada. Eh udah bisa nangkep "sinyal otak" tanpa lag?

[lagi]
barusan liat lagi videonya dan makin
kesini makin yakin kalo ini 100% HOAX hahaha (dan lagi belom tau cara masukkin videonya)
6. Itu katanya tangannya lumpuh dari lengan atas. Berarti seharusnya gear2 nya udah dimulai dari bahu. Dan disana kayanya hampir ga ada gear persendian sama sekali. Padahal disana bagian paling vital. Persendian di bahu ke lengan atas itu perputarannya hampir 180 derjat secara 3D (ga cuma 2 arah). Lah, kok dia di bagian sana kosong? Ga keliatan ada susunan gear yang rumit? Padahal lengan atasnya leluasa banget lho itu...
7. Ini bisa dibilang exoskeleton. Tapi ga ada batang besi/logam bener kuat yang menopang lengan atas + lengan bawah dengan kuat yang berfungsi sebagai tulang seperti namanya.
8. Ternyata jarinya juga bisa gerak! Bisa genggam batang logam! Tapi masih ga ditemukan tulang2 mekanis buat diikat ke jari2nya. Malah cuma ada sarung tangan longgar yang ga tau itu dalamnya kayak apa.
9. Kayaknya ga ada baterai atau semacamnya. Anggap deh "sinyal otak" ini beneran berfungsi, tapi itu cuma buat kontrol, bukan sebagai power supply. Nah itu kok bisa hidup Bisa gerak? Dispenser yang fungsi nya buat panasin air aja masih harus dicolok ke listrik kan?
[lagi]
Saya bukannya gak mendukung kreatifitss, saya cuma nggak mau terbawa eforia tapi ternyata semu. Ini beda sama mobil listrik kmrn, yang itu
dia emang punya ilmu di bidang itu, karya nya pun sesuai sama siapa dia sebenernya. Tapi ini terlalu banyak kejanggalan. Lagian teknologi
kayak gini udah banyak di luar negeri kok. Tapi kalo ga salah sumber sensornya ke saraf, bukan ke otak.
Gimanapun juga, lengan "robot" ini terlalu fantasi untuk jadi realita. Bahkan kalo boleh jujur, JARVIS nya Iron Man terasa jauh lebih masuk akal, karena JARVIS itu basic teknologinya AI, armor ironman pun berfungsi berdasarkan gerakan tangan si Stark, sensor gerakan di setiap kaki sama tangan untuk nambah kekuatan + daya tahan, tapi roket laser, missile dan segalanya itu emang masih jauh dari logika hahaha (LOL)

Ditambah lagi argumen seorang
Dokter Arga Aditya :
Hai, saya adalah seorang dokter yg sering menangani masalah stroke dan kelemahan anggota gerak.
Saya sangat setuju dengan pendapat mas Neko Daisuki, teknologi ini sangat HOAX. Kenapa?
Pertama, proses motorik menggerakan tangan itu merupakan masalah neurologis yg kompleks. Tidak bisa diselesaikan oleh "sensor" seperti itu.
Butuh sensor yang bisa menerima semua sinyal saraf dari berbagai arah seperti halnya pada pemeriksaan EEG.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Elec...ncephalography
Kedua, alat tersebut adalah exoskeleton.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Powe...ed_exoskeleton
Jika dilihat dari desain alat tersebut, alat tersebut hanya dibuat untuk mengangkat bahu dan lengan saja.
Tetapi pada video ini terlihat jari2 lengannya masih bisa bergerak bebas.
Seharusnya jika lengannya betul lumpuh atau mengalami kelemahan otot, jari2nya juga harusnya mengalami lumpuh atau kelemahan otot, tapi pada kasus ini tidak.
Ketiga, teknologi saat ini yg mendekati alat gerak otomatis adalah adalah i-limb dari Amerika yg bekerja dengan mencari sinyal saraf dari otot, bukan dari otak.
www.touchbionics.com/products/active-prostheses/i-limb-ultra
Dan juga produk eksobionic yg bekerja
menopang tubuh
http://www.eksobionics.com/
Keempat, masalah exoskeleton ini masih sangat diteliti oleh para ilmuwan di seluruh belahan dunia. Riset terakhir adalah pada jurnal medis bulan januari 2016. Selanjutnya bisa dilihat disini.
www.engadget.com/2016/01/18/myo-wearable-controls-prosthetic-arm/
Semoga informasi ini membantu untuk meluruskan simpang siur yg ada. Tanggapi dengan lapang dada, bukan dengan emosi saling menghujat. Tidak percaya dengan argumen-arggumen tersebut? silahkan coba sendiri Robot Iron Man tersebut, hehehe
1. Persendian lengannya masih bisa dibilang longgar, keliatan waktu dia lagi masang lengannya. tapi lucu nya respon ke pergerakan tangannya cepat + pasti (ga salah2 gerak). Ini ga mungkin. Ibarat tarikan motor yang
rantainya kendor sama yang pas. Pasti ngerti lah maksud saya.
2. Gear nya banyak di luar, bisa dibongkar pasang. Ajaib, gerakannya cepat + leluasa. Yang lebih ajaib lagi, gear nya ga lepas...
3. Pergerakan tangannya terlalu biologis. Sedangkan dimana2 yang namanya benda mekanis itu gerakannya masih kaku. Banyak jeda pergerakan walaupun cuma beberapa
milidetik. Bahkan asimo yang didevelop langsung oleh orang2 ahli dengan sarana mendukung pun, gerakannya juga masih bener2 terasa kayak robot kan? Nah dia saya lihat di bagian2 akhir video, gerakannya leluasa banget persis tangan asli. (Maaf gak tau cara masukkin video dari hp, tritnya aja berantakan )
4. Sensor otak? HAHAHA bahkan perusahaan2 teknologi besar aja, dengan sarana yang benar2 mendukung untuk riset ke teknologi ini, masih belum mampu. Bahkan untuk teknologi sensor-sensoran kaya gini ini ruang lingkupnya udah nanotech. Ga bakalan bisa dibikin secara DIY. Gak akan pernah bisa... Apalagi pake rongsokan.
5. Dan ngomong masalah sensor, sensor yang udah ada di seluruh smartphone sekarang: accelerometer, masih butuh waktu untuk baca sinyal bhwa hpnya dipake secara landscape
(dari sebelumnya: portrait). Padagal ini sensor sederhana, ga pake sinyal2 frekuensi tertentu. Asli sensor untuk baca fenomena alam, masih butuh waktu beberapa mili detik untuk ganti
mode ke landscape setelah hapenya diputar. Bahkan teknologi ini pun udah dikembangkan langsung sama ahlinya, sarananya mendukung, duitnya mendukung. Lah ini duit ga ada, sarana ga ada, pengetahuan mendalam tentang ini juga ga ada. Eh udah bisa nangkep "sinyal otak" tanpa lag?

[lagi]
barusan liat lagi videonya dan makin
kesini makin yakin kalo ini 100% HOAX hahaha (dan lagi belom tau cara masukkin videonya)
6. Itu katanya tangannya lumpuh dari lengan atas. Berarti seharusnya gear2 nya udah dimulai dari bahu. Dan disana kayanya hampir ga ada gear persendian sama sekali. Padahal disana bagian paling vital. Persendian di bahu ke lengan atas itu perputarannya hampir 180 derjat secara 3D (ga cuma 2 arah). Lah, kok dia di bagian sana kosong? Ga keliatan ada susunan gear yang rumit? Padahal lengan atasnya leluasa banget lho itu...
7. Ini bisa dibilang exoskeleton. Tapi ga ada batang besi/logam bener kuat yang menopang lengan atas + lengan bawah dengan kuat yang berfungsi sebagai tulang seperti namanya.
8. Ternyata jarinya juga bisa gerak! Bisa genggam batang logam! Tapi masih ga ditemukan tulang2 mekanis buat diikat ke jari2nya. Malah cuma ada sarung tangan longgar yang ga tau itu dalamnya kayak apa.
9. Kayaknya ga ada baterai atau semacamnya. Anggap deh "sinyal otak" ini beneran berfungsi, tapi itu cuma buat kontrol, bukan sebagai power supply. Nah itu kok bisa hidup Bisa gerak? Dispenser yang fungsi nya buat panasin air aja masih harus dicolok ke listrik kan?
[lagi]
Saya bukannya gak mendukung kreatifitss, saya cuma nggak mau terbawa eforia tapi ternyata semu. Ini beda sama mobil listrik kmrn, yang itu
dia emang punya ilmu di bidang itu, karya nya pun sesuai sama siapa dia sebenernya. Tapi ini terlalu banyak kejanggalan. Lagian teknologi
kayak gini udah banyak di luar negeri kok. Tapi kalo ga salah sumber sensornya ke saraf, bukan ke otak.
Gimanapun juga, lengan "robot" ini terlalu fantasi untuk jadi realita. Bahkan kalo boleh jujur, JARVIS nya Iron Man terasa jauh lebih masuk akal, karena JARVIS itu basic teknologinya AI, armor ironman pun berfungsi berdasarkan gerakan tangan si Stark, sensor gerakan di setiap kaki sama tangan untuk nambah kekuatan + daya tahan, tapi roket laser, missile dan segalanya itu emang masih jauh dari logika hahaha (LOL)

Ditambah lagi argumen seorang
Dokter Arga Aditya :
Hai, saya adalah seorang dokter yg sering menangani masalah stroke dan kelemahan anggota gerak.
Saya sangat setuju dengan pendapat mas Neko Daisuki, teknologi ini sangat HOAX. Kenapa?
Pertama, proses motorik menggerakan tangan itu merupakan masalah neurologis yg kompleks. Tidak bisa diselesaikan oleh "sensor" seperti itu.
Butuh sensor yang bisa menerima semua sinyal saraf dari berbagai arah seperti halnya pada pemeriksaan EEG.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Elec...ncephalography
Kedua, alat tersebut adalah exoskeleton.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Powe...ed_exoskeleton
Jika dilihat dari desain alat tersebut, alat tersebut hanya dibuat untuk mengangkat bahu dan lengan saja.
Tetapi pada video ini terlihat jari2 lengannya masih bisa bergerak bebas.
Seharusnya jika lengannya betul lumpuh atau mengalami kelemahan otot, jari2nya juga harusnya mengalami lumpuh atau kelemahan otot, tapi pada kasus ini tidak.
Ketiga, teknologi saat ini yg mendekati alat gerak otomatis adalah adalah i-limb dari Amerika yg bekerja dengan mencari sinyal saraf dari otot, bukan dari otak.
www.touchbionics.com/products/active-prostheses/i-limb-ultra
Dan juga produk eksobionic yg bekerja
menopang tubuh
http://www.eksobionics.com/
Keempat, masalah exoskeleton ini masih sangat diteliti oleh para ilmuwan di seluruh belahan dunia. Riset terakhir adalah pada jurnal medis bulan januari 2016. Selanjutnya bisa dilihat disini.
www.engadget.com/2016/01/18/myo-wearable-controls-prosthetic-arm/
Semoga informasi ini membantu untuk meluruskan simpang siur yg ada. Tanggapi dengan lapang dada, bukan dengan emosi saling menghujat. Tidak percaya dengan argumen-arggumen tersebut? silahkan coba sendiri Robot Iron Man tersebut, hehehe
UPDATE
Quote:
Ini Jawaban Tawan Tentang 'Serangan Massal' Robot Tangan Ciptaannya
Karangasem - Pemberitaan media secara berturut-turut terkait tangan robot miliknya, membuat I Wayan Sumardana alias Tawan angkat bicara. Dengan nada santai dan tanpa beban, Tawan berkata agar lengan robot yang ia pakai tak diberitakan lagi.
Ia beralasan jika terus diberitakan akan membuat orang pintar di luaran semakin sakit hati padanya. Lho Kenapa?
Tawan tak banyak memberi penjelasan teoritis tentang mekanisme pembuatan robot, teknik elektronik, elektroda, sensor ataupun Electro Encephalo Graphi (EEG) yang melingkar di kepalanya. Ia beranggapan masih banyak kekurangan dari lengan robot berbahan barang bekas tidak terpakai. Dan Tawan lagi-lagi menyampaikan jika alat serupa seperti miliknya bahkan lebih sempurna pun bisa dibeli secara bebas di portal pembelanjaan online.
"Sudah jangan diberitakan lagi. Di luar banyak yang jual dan menyediakan alat seperti ini, lebih bagus malah. Tidak seperti punya saya yang masih jelek begini," kata Tawan ketika ditemui detikcom di bengkel sekaligus rumahnya Nyuhtebel, Karangasem, Bali, Kamis (21/1/2016).
Sambil memperlihatkan gambar robot tangan di internet yang ia akses melewati hp nya, secara sederhana Tawan hanya mengingatkan jika setiap manusia itu memiliki semacam sinyal dari organ otaknya. Hanya saja sinyal ini hanya bisa diterjemahkan dan digerakkan jika kita 'mau dan mengerti' cara pengendaliannya.
Tawan tak banyak banyak bicara tentang teori, lantaran ia menyadari jika bapak tiga putra ini hanya lulusan salah satu SMK di Denpasar. Sang pria penggemar Astro Boy yang tak pernah mengenyam dunia perguruan tinggi hanya belajar secara otodidak lewat internet plus berbekal ilmu ala kadarnya.
Lagi-lagi dengan tampang polos dan lengan kiri yang lunglai berwarna pucat ia coba jelaskan sebuah skema penggunaan alat robotik hasil kreasinya. Ia menguraikan jika alat EEG yang terpasang di kepalanya ada power suply. Power suply sebagai penangkap dan pembagi kekuatan. Lalu ada dron, elektroda dan lainnya. Posisinya ditempel di kepala sebagai penangkap sinyal, alpa, delta, nata dan eta.
"Sudah jangan diberitakan lagi. Nanti kalau diberitakan terus, orang-orang pintar yang di luar sana itu malah sakit hati sama saya. Saya ini bukan siapa-siapa. Saya ini orang bodoh," ujarnya sambil tertawa
Karangasem - Pemberitaan media secara berturut-turut terkait tangan robot miliknya, membuat I Wayan Sumardana alias Tawan angkat bicara. Dengan nada santai dan tanpa beban, Tawan berkata agar lengan robot yang ia pakai tak diberitakan lagi.
Ia beralasan jika terus diberitakan akan membuat orang pintar di luaran semakin sakit hati padanya. Lho Kenapa?
Tawan tak banyak memberi penjelasan teoritis tentang mekanisme pembuatan robot, teknik elektronik, elektroda, sensor ataupun Electro Encephalo Graphi (EEG) yang melingkar di kepalanya. Ia beranggapan masih banyak kekurangan dari lengan robot berbahan barang bekas tidak terpakai. Dan Tawan lagi-lagi menyampaikan jika alat serupa seperti miliknya bahkan lebih sempurna pun bisa dibeli secara bebas di portal pembelanjaan online.
"Sudah jangan diberitakan lagi. Di luar banyak yang jual dan menyediakan alat seperti ini, lebih bagus malah. Tidak seperti punya saya yang masih jelek begini," kata Tawan ketika ditemui detikcom di bengkel sekaligus rumahnya Nyuhtebel, Karangasem, Bali, Kamis (21/1/2016).
Sambil memperlihatkan gambar robot tangan di internet yang ia akses melewati hp nya, secara sederhana Tawan hanya mengingatkan jika setiap manusia itu memiliki semacam sinyal dari organ otaknya. Hanya saja sinyal ini hanya bisa diterjemahkan dan digerakkan jika kita 'mau dan mengerti' cara pengendaliannya.
Tawan tak banyak banyak bicara tentang teori, lantaran ia menyadari jika bapak tiga putra ini hanya lulusan salah satu SMK di Denpasar. Sang pria penggemar Astro Boy yang tak pernah mengenyam dunia perguruan tinggi hanya belajar secara otodidak lewat internet plus berbekal ilmu ala kadarnya.
Lagi-lagi dengan tampang polos dan lengan kiri yang lunglai berwarna pucat ia coba jelaskan sebuah skema penggunaan alat robotik hasil kreasinya. Ia menguraikan jika alat EEG yang terpasang di kepalanya ada power suply. Power suply sebagai penangkap dan pembagi kekuatan. Lalu ada dron, elektroda dan lainnya. Posisinya ditempel di kepala sebagai penangkap sinyal, alpa, delta, nata dan eta.
"Sudah jangan diberitakan lagi. Nanti kalau diberitakan terus, orang-orang pintar yang di luar sana itu malah sakit hati sama saya. Saya ini bukan siapa-siapa. Saya ini orang bodoh," ujarnya sambil tertawa
Quote:
Dituding Bohong, Iron Man Bali Siap Diuji dalam Forum Pakar Robot
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Nama I Wayan Sumardana (31) mendadak populer.
Meski hanya seorang seorang tukang las, pria asli Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, ini dijuluki manusia robot.
Wayan merakit sendiri tangan robotnya setelah mengalami stroke ringan sekitar enam bulan lalu. Hebatnya, tangan robot itu bisa bergerak dengan pikirannya sehingga hanya dia yang bisa menggunakannya.
Kisah Wayan sebagai Iron Man asal Bali ini mendapat reaksi luar biasa di media sosial.
Tak sedikit yang mengaku bangga dengan kreasi anak negeri yang luar biasa. Tapi, yang terbaru, tren media sosial berubah.
Sejumlah netizen mulai meragukan keaslian cerita seorang Wayan ini.
Salah satu netizen yang meragukan cerita Wayan itu adalah seorang pengguna facebook dengan akun bernama M Asad Abdurrahman.
Menurut Asad, melihat foto rangkaian elektronik yang dipamerkan Wayan, dan difoto oleh media-media nasional, bisa diketahui bahwa rangkaian itu palsu.
Selain status ini, Asad juga membuat status lain, yang menegaskan bahwa tangan mekanik buatan Wayan itu tidak masuk akal.
Menanggapi kicauan miring para netizen, I Wayan Sumardana alias Sutawan hanya tersenyum.
Dia tak mau merespon begitu detail tentang keraguan netizen dan itu sudah biasa di Indonesia.
Ditemui di bengkelnya kerjanya, Jumat (22/1/2016), sekitar pukul 11.30 wita, pria tamatan STM Rekayasa Denpasar, ini mengatakan, mungkin para netizen iri melihat karyanya.
Apalagi lanjutnya, pembuat tangan robot hanya seorang pekerja rongsokan tak berpendidikan.
Sehingga wajar, para netizen menggunjing karyanya yang dirancang sejak bulan Oktober 2015.
Sutawan mengaku pasrah atas gunjingan terhadap dirinya di medsos. Baginya, komentar para netizen adalah hak privasi mereka.
“Terserah orang menuding saya bohong atau ngarang, yang terpenting tangan robot adalah karya sendiri. Dan, hasil rancangan ini mampu menemani diri saya saat mencari nafkah untuk istri, dan tiga orang anak,” ujar suami dari Ni Nengah Sudiartini ini kepada Tribun Bali.
Sutawan sudah menduga akan ada komentar miring para netizen.
“Makanya saat merancang tangan robot, saya agak minder. Dulu wartawan yang ingin wawancara, saya tolak karena minder,” tuturnya.
Terhadap para netizen yang menudingnya bohong dan ngarang, Sutawan meminta datang langsung ke tempatnya guna melihat, dan memastikan langsung karyanya.
Baginya, wajar para netizen tak percaya dengan tangan robot yang menyatu langsung dengan pikiran.
Selain karena terbuat dari barang rongsokan, para netizen juga tak melihatnya secara langsung.
“Jika mereka (netizen) datang, saya siap menjelaskannya. Cuma saya malu dengan desain robot ini. Kalau dilihat dari desainnya, robot buatan saya ini, sudah tak layak. Tapi fungsinya berjalan sesuai yang saya inginkan,” tegas Sutawan.
Untuk menjawab tudingan para netizen, Sutawan mengaku siap diuji dalam forum pakar robot. Kapan pun diberi kesempatan dan siapa pun pengujinya, Sutawan mengaku siap.
Namun, sebelum berangkat harus izin terlebih dahulu kepada Pemkab Karangasem. Karena, lanjutnya, Pemkab Karangasem rencana akan mematenkan karyanya.
“Kalau diuji untuk membuktikan kebenaran, saya siap, cuma agak malu. Kerjanya pakai saklar, dan bahannya dari rongsokan. Masih jauh lebih bagus dengan robot karya orang lain,” imbuh Sutawan.
Selain itu, Gubernur Bali Mangku Pastika berjanji memfasilitasi forum untuk menguji rancangan Sutawan sekaligus menanggapi keraguan netizen.
Temuan ini, lanjut Pastika, harus ditindaklanjuti untuk bisa mendapatkan hak paten. Pastika berjanji akan mendatangkan bagian untuk mengurusi hak kekayaan intelektual dan desain industry, dalam hal ini Dinas Perindustrian. Seandainya teknologi ini sebagai temuan, para ahli dan para pakar robot pastinya didatangkan untuk menguji.
Sebab, untuk memperoleh hak paten itu tidak sembarangan.
“Penyakitnya harus disembuhkan dulu, perlu ada pengobatan dulu. Tempat tinggal dan kondisi bengkel harus kita rapikan,” jelas Mangku Pastika saat berkunjung ke Bengkel Tawan, Jumat (22/1/2016)
Sumber: http://bali.tribunnews.com/2016/01/23/dituding-bohong-iron-man-bali-siap-diuji-dalam-forum-pakar-robot
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Nama I Wayan Sumardana (31) mendadak populer.
Meski hanya seorang seorang tukang las, pria asli Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, ini dijuluki manusia robot.
Wayan merakit sendiri tangan robotnya setelah mengalami stroke ringan sekitar enam bulan lalu. Hebatnya, tangan robot itu bisa bergerak dengan pikirannya sehingga hanya dia yang bisa menggunakannya.
Kisah Wayan sebagai Iron Man asal Bali ini mendapat reaksi luar biasa di media sosial.
Tak sedikit yang mengaku bangga dengan kreasi anak negeri yang luar biasa. Tapi, yang terbaru, tren media sosial berubah.
Sejumlah netizen mulai meragukan keaslian cerita seorang Wayan ini.
Salah satu netizen yang meragukan cerita Wayan itu adalah seorang pengguna facebook dengan akun bernama M Asad Abdurrahman.
Menurut Asad, melihat foto rangkaian elektronik yang dipamerkan Wayan, dan difoto oleh media-media nasional, bisa diketahui bahwa rangkaian itu palsu.
Selain status ini, Asad juga membuat status lain, yang menegaskan bahwa tangan mekanik buatan Wayan itu tidak masuk akal.
Menanggapi kicauan miring para netizen, I Wayan Sumardana alias Sutawan hanya tersenyum.
Dia tak mau merespon begitu detail tentang keraguan netizen dan itu sudah biasa di Indonesia.
Ditemui di bengkelnya kerjanya, Jumat (22/1/2016), sekitar pukul 11.30 wita, pria tamatan STM Rekayasa Denpasar, ini mengatakan, mungkin para netizen iri melihat karyanya.
Apalagi lanjutnya, pembuat tangan robot hanya seorang pekerja rongsokan tak berpendidikan.
Sehingga wajar, para netizen menggunjing karyanya yang dirancang sejak bulan Oktober 2015.
Sutawan mengaku pasrah atas gunjingan terhadap dirinya di medsos. Baginya, komentar para netizen adalah hak privasi mereka.
“Terserah orang menuding saya bohong atau ngarang, yang terpenting tangan robot adalah karya sendiri. Dan, hasil rancangan ini mampu menemani diri saya saat mencari nafkah untuk istri, dan tiga orang anak,” ujar suami dari Ni Nengah Sudiartini ini kepada Tribun Bali.
Sutawan sudah menduga akan ada komentar miring para netizen.
“Makanya saat merancang tangan robot, saya agak minder. Dulu wartawan yang ingin wawancara, saya tolak karena minder,” tuturnya.
Terhadap para netizen yang menudingnya bohong dan ngarang, Sutawan meminta datang langsung ke tempatnya guna melihat, dan memastikan langsung karyanya.
Baginya, wajar para netizen tak percaya dengan tangan robot yang menyatu langsung dengan pikiran.
Selain karena terbuat dari barang rongsokan, para netizen juga tak melihatnya secara langsung.
“Jika mereka (netizen) datang, saya siap menjelaskannya. Cuma saya malu dengan desain robot ini. Kalau dilihat dari desainnya, robot buatan saya ini, sudah tak layak. Tapi fungsinya berjalan sesuai yang saya inginkan,” tegas Sutawan.
Untuk menjawab tudingan para netizen, Sutawan mengaku siap diuji dalam forum pakar robot. Kapan pun diberi kesempatan dan siapa pun pengujinya, Sutawan mengaku siap.
Namun, sebelum berangkat harus izin terlebih dahulu kepada Pemkab Karangasem. Karena, lanjutnya, Pemkab Karangasem rencana akan mematenkan karyanya.
“Kalau diuji untuk membuktikan kebenaran, saya siap, cuma agak malu. Kerjanya pakai saklar, dan bahannya dari rongsokan. Masih jauh lebih bagus dengan robot karya orang lain,” imbuh Sutawan.
Selain itu, Gubernur Bali Mangku Pastika berjanji memfasilitasi forum untuk menguji rancangan Sutawan sekaligus menanggapi keraguan netizen.
Temuan ini, lanjut Pastika, harus ditindaklanjuti untuk bisa mendapatkan hak paten. Pastika berjanji akan mendatangkan bagian untuk mengurusi hak kekayaan intelektual dan desain industry, dalam hal ini Dinas Perindustrian. Seandainya teknologi ini sebagai temuan, para ahli dan para pakar robot pastinya didatangkan untuk menguji.
Sebab, untuk memperoleh hak paten itu tidak sembarangan.
“Penyakitnya harus disembuhkan dulu, perlu ada pengobatan dulu. Tempat tinggal dan kondisi bengkel harus kita rapikan,” jelas Mangku Pastika saat berkunjung ke Bengkel Tawan, Jumat (22/1/2016)
Sumber: http://bali.tribunnews.com/2016/01/23/dituding-bohong-iron-man-bali-siap-diuji-dalam-forum-pakar-robot
Rusak katanya gan, gara2 kena air hujan :'(
Quote:
MAAF BARU UPDATE LAGI, Mungkin ini update terakhir
Biar tidak salah dalam persepsi, baca dahulu profil Rizki Edmi Edison :
http://www.c-techlabs.com/dokter-bedah-saraf-tertarik-meneliti-ecvt/
Quote:
Berikut kata Rizki Edmi Edison :
Akhirnya saya memutuskan untuk melihat langsung seperti apa “tangan robot” Tawan “Iron Man” pada hari ini di Bali, tepatnya di Banjar Tauman. Banyaknya informasi tentangnya membuat saya tidak terlalu sulit menemukan bengkel tempat ia membuat “Tangan Robot” tersebut. Sayang sekali, setelah melihat langsung “elektroda” yang ditempatkan di kepala dan “tangan robot”, saya bisa pastikan keseluruhannya hanyalah HOAX semata..
Sekilas saat pertama sekali melihat sosoknya di 9gag.com, jujur saja saya langsung terpukau. Maklum, selama beberapa tahun menjalani pendidikan bedah saraf di Jepang, Brain Machine Interface merupakan salah satu topik yang digarap di sana. Jelas bukan perkara mudah. Namun, Tawan bisa membuatnya di bengkel sederhana miliknya meski hanya mengeyam pendidikan hingga STM.
Akan tetapi, keterpukauan saya semakin berkurang seiring banyaknya pemberitaan dan foto-fotonya saat menggunakan “tangan robot” tersebut. Saya bukanlah ahli di bidang elektronika ataupun mekanika, namun cukup paham dengan instrumen pencitraan otak. Oleh sebab itu, fokus saya hanyalah pada otak beserta “elektroda” di kepalanya. Setelah saya amati dengan seksama, terdapat keanehan pada peletakan “elektroda” di kepala Tawan, yang menurutnya menghantarkan perintah dari otak ke “mesin”, sehingga “tangan robot”nya bisa digerakkan.
Otak di dalam kepala manusia memiliki beberapa bagian yang berfungsi secara spesifik. Bagian otak yang bertugas “memberi perintah” agar tubuh bergerak berasal dari lobus frontalis (otak bagian depan), tepatnya di daerah precentral gyrus. Secara kasar, jika teman-teman membuat garis lurus dari lubang telinga ke puncak kepala, sepanjang itulah letak bagian otak yang bertugas “memberi perintah”. Kebetulan salah satu riset saya di Jepang adalah melihat perubahan kadar OxyHb menggunakan fNIRS (functional near-infrared spectroscopy) pada saat responden di beri perintah untuk membuat gerakan menggenggam dengan tangan secara periodik.
Optoda fNIRS kami letakkan di daerah yang dari kulit kepala diperkirakan akan mengenai inverted omega (area pada Brain MRI yang berdasarkan homoculus cerebri merupakan tempat di mana tangaan akan membuat gerakan menggenggam). Bagi para dokter bedah saraf, jika melakukan motor evoked potential pada saat pengangkatan tumor otak, elektroda pun akan diletakkan langsung di cerebral cortex, tepatnya di daerah inverted omega tersebut.
Seharunya elektroda diletakkan di tempat tersebut. Kalaulah hendak dikatakan “tangan robot” digerakkan dengan pikiran, maka elektroda harus diletakkan persis sekitar dua cm di atas alis, bukan mendekati dahi sebagaimana yang selama ini digunakan oleh Tawan. Dari satu penjelasan ini saja, secara teori dan praktik, apa yang terjadi pada “tangan robot” Tawan sangatlah tidak masuk akal.
Di berbagai macam media disebutkan bahwa Tawan mengidap stroke sejak enam bulan lalu? Benarkah? Umur Tawan barulah 31 tahun. Boleh dikata hampir tidak pernah saya temui seorang dewasa muda yang masih berumur 30-an tahun mengidap penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Karena penasaran, saya tanya langsung kepada istrinya (saya sekali Tawan tidak berada di tempat pada saat saya berada di sana tadi pagi) tentang siapa yang memberi tahu bahwa Tawan mengidap stroke. Jawabannya amat sangat sungguh mengejutkan.
Tidak satupun dokter yang pernah berkata bahwa Tawan mengidap stroke. Para dokter yang memeriksanya – menurut pengakuan sang istri – malah berkata tawan tidak mengidap menyakit apapun. “Diagnosis” stroke hanyalah diungkapkan oleh Tawan dan istrinya sendiri karena mereka tidak tahu apa nama penyakitnya. “Ya kalau bukan stroke apa donk kalau tangan lemas begitu..?” kata sang istri dengan polos. Jujur, saya seketika tidak lagi berminat untuk bertanya lebih jauh.
Saat saya mencoba mengangkat “tangan robot” tersebut, memang cukup terasa berat alatnya. Wajar jika di salah satu media massa Tawan berkata terasa letih setelah memakainya. Semakin aneh, bagaimana mungkin orang yang “mengidap” lemah sebelah tangan mampun menahan beban berat “tangan robot” tersebut.
Secara pribadi, saya harus akui “kreativitas” Tawan patutlah diapresiasi. Keinginannya untuk membuat karya berbekal ilmu dan belajar otodidak jelas membuat saya angkat topi pada Tawan. Bombastisnya pemberitaan Tawan “Iron Man” juga sama sekali bukanlah salah Tawan. Toh, bukan dia yang meminta atau mengatur agar media mau meliput dirinya. Yang sangat saya sesalkan adalah, mengapa media massa, sekalipun sangat besar medianya, tidak melakukan investigasi terlebih dahulu dengan melibatkan para ahli yang sesuai dengan bidangnya sebelum memberitakan secara besar-besaran seperti saat ini? Bahkan sampai orang dengan jabatan menteri pun bisa “terpukau”.
Kita memang membutuhkan berita-berita yang membanggakan. Namun, sepertinya bukan dengan seperti ini cara yang ditempuh
Akhirnya saya memutuskan untuk melihat langsung seperti apa “tangan robot” Tawan “Iron Man” pada hari ini di Bali, tepatnya di Banjar Tauman. Banyaknya informasi tentangnya membuat saya tidak terlalu sulit menemukan bengkel tempat ia membuat “Tangan Robot” tersebut. Sayang sekali, setelah melihat langsung “elektroda” yang ditempatkan di kepala dan “tangan robot”, saya bisa pastikan keseluruhannya hanyalah HOAX semata..
Sekilas saat pertama sekali melihat sosoknya di 9gag.com, jujur saja saya langsung terpukau. Maklum, selama beberapa tahun menjalani pendidikan bedah saraf di Jepang, Brain Machine Interface merupakan salah satu topik yang digarap di sana. Jelas bukan perkara mudah. Namun, Tawan bisa membuatnya di bengkel sederhana miliknya meski hanya mengeyam pendidikan hingga STM.
Akan tetapi, keterpukauan saya semakin berkurang seiring banyaknya pemberitaan dan foto-fotonya saat menggunakan “tangan robot” tersebut. Saya bukanlah ahli di bidang elektronika ataupun mekanika, namun cukup paham dengan instrumen pencitraan otak. Oleh sebab itu, fokus saya hanyalah pada otak beserta “elektroda” di kepalanya. Setelah saya amati dengan seksama, terdapat keanehan pada peletakan “elektroda” di kepala Tawan, yang menurutnya menghantarkan perintah dari otak ke “mesin”, sehingga “tangan robot”nya bisa digerakkan.
Otak di dalam kepala manusia memiliki beberapa bagian yang berfungsi secara spesifik. Bagian otak yang bertugas “memberi perintah” agar tubuh bergerak berasal dari lobus frontalis (otak bagian depan), tepatnya di daerah precentral gyrus. Secara kasar, jika teman-teman membuat garis lurus dari lubang telinga ke puncak kepala, sepanjang itulah letak bagian otak yang bertugas “memberi perintah”. Kebetulan salah satu riset saya di Jepang adalah melihat perubahan kadar OxyHb menggunakan fNIRS (functional near-infrared spectroscopy) pada saat responden di beri perintah untuk membuat gerakan menggenggam dengan tangan secara periodik.
Optoda fNIRS kami letakkan di daerah yang dari kulit kepala diperkirakan akan mengenai inverted omega (area pada Brain MRI yang berdasarkan homoculus cerebri merupakan tempat di mana tangaan akan membuat gerakan menggenggam). Bagi para dokter bedah saraf, jika melakukan motor evoked potential pada saat pengangkatan tumor otak, elektroda pun akan diletakkan langsung di cerebral cortex, tepatnya di daerah inverted omega tersebut.
Seharunya elektroda diletakkan di tempat tersebut. Kalaulah hendak dikatakan “tangan robot” digerakkan dengan pikiran, maka elektroda harus diletakkan persis sekitar dua cm di atas alis, bukan mendekati dahi sebagaimana yang selama ini digunakan oleh Tawan. Dari satu penjelasan ini saja, secara teori dan praktik, apa yang terjadi pada “tangan robot” Tawan sangatlah tidak masuk akal.
Di berbagai macam media disebutkan bahwa Tawan mengidap stroke sejak enam bulan lalu? Benarkah? Umur Tawan barulah 31 tahun. Boleh dikata hampir tidak pernah saya temui seorang dewasa muda yang masih berumur 30-an tahun mengidap penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Karena penasaran, saya tanya langsung kepada istrinya (saya sekali Tawan tidak berada di tempat pada saat saya berada di sana tadi pagi) tentang siapa yang memberi tahu bahwa Tawan mengidap stroke. Jawabannya amat sangat sungguh mengejutkan.
Tidak satupun dokter yang pernah berkata bahwa Tawan mengidap stroke. Para dokter yang memeriksanya – menurut pengakuan sang istri – malah berkata tawan tidak mengidap menyakit apapun. “Diagnosis” stroke hanyalah diungkapkan oleh Tawan dan istrinya sendiri karena mereka tidak tahu apa nama penyakitnya. “Ya kalau bukan stroke apa donk kalau tangan lemas begitu..?” kata sang istri dengan polos. Jujur, saya seketika tidak lagi berminat untuk bertanya lebih jauh.
Saat saya mencoba mengangkat “tangan robot” tersebut, memang cukup terasa berat alatnya. Wajar jika di salah satu media massa Tawan berkata terasa letih setelah memakainya. Semakin aneh, bagaimana mungkin orang yang “mengidap” lemah sebelah tangan mampun menahan beban berat “tangan robot” tersebut.
Secara pribadi, saya harus akui “kreativitas” Tawan patutlah diapresiasi. Keinginannya untuk membuat karya berbekal ilmu dan belajar otodidak jelas membuat saya angkat topi pada Tawan. Bombastisnya pemberitaan Tawan “Iron Man” juga sama sekali bukanlah salah Tawan. Toh, bukan dia yang meminta atau mengatur agar media mau meliput dirinya. Yang sangat saya sesalkan adalah, mengapa media massa, sekalipun sangat besar medianya, tidak melakukan investigasi terlebih dahulu dengan melibatkan para ahli yang sesuai dengan bidangnya sebelum memberitakan secara besar-besaran seperti saat ini? Bahkan sampai orang dengan jabatan menteri pun bisa “terpukau”.
Kita memang membutuhkan berita-berita yang membanggakan. Namun, sepertinya bukan dengan seperti ini cara yang ditempuh
Oke gan, silahkan di nilai sendiri, hoax apa bukan. Kalo ane sih yakin ini hanyalah HOAX semata. Sekian!
sumur
sumur
sumur
Diubah oleh nyeduh 29-01-2016 10:32
0
92.4K
Kutip
710
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan