- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
kisah sukses chris gardner yang menginspirasi dunia
TS
andbusss
kisah sukses chris gardner yang menginspirasi dunia
Kenal Dengan Chris Gardner? Hmm, mungkin belum kenal, ya. Namanya memang masih terdengar asing bagi masyarakat Indonesia. Kesuksesan yang ditorehkan Chris Gardner bukanlah membuat perangkat teknologi canggih seperti apa yang dilakukan Bill Gates atau Steve Job. Tapi kisah kesuksesannya tak kalah berliku dan patut disimak untuk kita jadikan sebagai bahan pembelajaran
spoiler :
spoiler :
Spoiler for The pursuit of happiness:
Spoiler for "Masa Kecil yang Sangat Sederhana":
Chris Gardner adalah seorang pria kelahiran Milwaukee, Amerika Serikat 9 Februari 1954. Pria bernama lengkap Christopher Gardner ini merupakan satu-satunya anak laki-laki dirumah. Ia tumbuh menjadi sosok laki-laki yang hanya diasuh oleh sang ibu sejak bayi. Kala Chris masih kecil, sang ibu bekerja sebagai guru dan mengambil 3 pekerjaan sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Sang ayah tirinya tidak pernah memberikan perhatian dan kasih sayang padanya. Chris sempat tinggal berpindah-pindah di rumah saudara hingga di panti asuhan. Ia kemudian sempat menuntut ilmu di sebuah sekolah militer Amerika Serikat.
Chris tidak melanjutkan sekolahnya hingga tamat, dan memilih untuk masuk ke US Navy. Kala itu ia berbohong mengenai umurnya dan berharap dapat menjadi tenaga medis yang melakukan perjalanan keliling dunia. Chris muda memang sudah sejak lama mengidamkan bisa menjadi seorang dokter atau tenaga medis, namun apa mau dikata kondisi hidup tidak mengijinkan dirinya menggapai impian tersebut.
Chris tidak melanjutkan sekolahnya hingga tamat, dan memilih untuk masuk ke US Navy. Kala itu ia berbohong mengenai umurnya dan berharap dapat menjadi tenaga medis yang melakukan perjalanan keliling dunia. Chris muda memang sudah sejak lama mengidamkan bisa menjadi seorang dokter atau tenaga medis, namun apa mau dikata kondisi hidup tidak mengijinkan dirinya menggapai impian tersebut.
Spoiler for chris gardner:
Chris pernah dipekerjakan oleh ahli bedah jantung di North Carolina. Ia merasa senang dapat menjadi asisten penelitian klinis di University of California Medical Centre danmempelajari berbagai materi medis namun kurang puas dengan penghasilannya yang hanya US$ 7.400 per tahun.
Gardner akhirnya memutuskan untuk menjadi penjual alat-alat medis dan mendapatkan penghasilan yang lebih besar, yakni US$ 16.000 per tahun. Suatu hari, ada sebuah kejadian yang akhirnya mempengaruhi perubahan hidup Chris Gardner secara drastis. Kala itu Chris bertemu dengan seorang pemilik Ferrari mewah berwarna merah. Chris pun tertegun dan merasa sangat tertarik dengan apa yang dimiliki si pemilik Ferrari itu.
Lantas ia pun bertanya siapakah sang pengemudi Ferrari tersebut. Ternyata pemilik Ferrari berprofesi sebagai pialang saham, dengan penghasilan tahunan yang mencapai US$ 80.000. Hal inilah yang kemudian memacu Chris untuk mendulang kesuksesan yang sama bahkan lebih melalui profesi pialang saham. Disela-sela ia harus memenuhi kebutuhan keluarganya dengan menjual alat ronsen tulang itu, ia juga berusaha mendapatkan wawancara dengan satu stockbroking firm terkemuka di Amerika. Karena keadaan keuangan keluarga yang semakin menipis, dan kehidupan yang semakin sulit, konflik didalam rumah tangga nya pun meledak. Istri dari sang penjual ini pun pergi meninggalkan dia dan anaknya.
Goncangan demi goncangan terjadi, tanpa bisa menjual alat ronsen itu, mereka tidak bisa membayar uang sewa rumah, dimana sang penjual ini harus berpindah-pindah dari losmen satu ke losmen lainnya, dimana seringkali ia harus menghindari pemilik losmen yang selalu menagih hutang mereka.
Satu titik cerah bersinar, dimana akhirnya ia bisa mendapatkan program internship yang dia impikan. Hanya saja disertai dengan satu kekecewaan, bahwa ia diharuskan untuk belajar dan bekerja tanpa dibayar dalam masa internshipnya, bersaing dengan 50 orang lainnya yang memiliki latar belakang lebih berada dan memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya, dimana hanya satu yang akan bisa mendapatkan posisi tetap di perusahaan itu.
Keadaan seperti ini membuat dirinya terlibat dalam dilema, dimana ia harus bekerja di siang hari, dan menjual alat ronsen nya di sore hari untuk bertahan hidup, dan juga menjaga anaknya setiap harinya.
Masalah sepertinya tidak pernah berakhir untuk sang penjual ini, beberapa malam setelah ia mendapatkan internship itu, dia diusir dari kamar losmennya, karena ia tidak mampu membayar biaya penginapan disana. Malam itu, dia dan anaknya harus menginap di sebuah toilet umum di salah satu stasiun kereta. Melihat anaknya yang tertidur pulas dipangkuannya, dan pada saat pintu toilet itu mulai digedor-gedor oleh penjaga malam stasiun kereta, ia menangis, dan dari saat itu juga batinnya berkata, “Sudah cukup, aku tidak akan membiarkan anakku tumbuh dewasa seperti ini.”
Hari demi hari pun berlalu, pengalamannya bertambah, dan ia dengan rajinnya belajar dan bekerja, hingga tiba saatnya untuk ujian akhir penerimaan pegawai tetap di perusahaan ini.
Suatu hari, ia berkata kepada anaknya, “Anakku, jangan pernah biarkan siapapun berkata bahwa kau tidak mampu melakukan sesuatu! Siapapun juga, termasuk orang tuamu! Kamu punya impian, dan kamu harus lindungi impian ini! Banyak orang diluar sana yang tidak bisa melakukan sesuatu, mereka akan berkata juga bahwa kamu tidak mampu melakukannya! Kalau kamu menginginkan sesuatu, kamu harus berjuang keras untuk mendapatkannya!” )
Gardner akhirnya memutuskan untuk menjadi penjual alat-alat medis dan mendapatkan penghasilan yang lebih besar, yakni US$ 16.000 per tahun. Suatu hari, ada sebuah kejadian yang akhirnya mempengaruhi perubahan hidup Chris Gardner secara drastis. Kala itu Chris bertemu dengan seorang pemilik Ferrari mewah berwarna merah. Chris pun tertegun dan merasa sangat tertarik dengan apa yang dimiliki si pemilik Ferrari itu.
Lantas ia pun bertanya siapakah sang pengemudi Ferrari tersebut. Ternyata pemilik Ferrari berprofesi sebagai pialang saham, dengan penghasilan tahunan yang mencapai US$ 80.000. Hal inilah yang kemudian memacu Chris untuk mendulang kesuksesan yang sama bahkan lebih melalui profesi pialang saham. Disela-sela ia harus memenuhi kebutuhan keluarganya dengan menjual alat ronsen tulang itu, ia juga berusaha mendapatkan wawancara dengan satu stockbroking firm terkemuka di Amerika. Karena keadaan keuangan keluarga yang semakin menipis, dan kehidupan yang semakin sulit, konflik didalam rumah tangga nya pun meledak. Istri dari sang penjual ini pun pergi meninggalkan dia dan anaknya.
Goncangan demi goncangan terjadi, tanpa bisa menjual alat ronsen itu, mereka tidak bisa membayar uang sewa rumah, dimana sang penjual ini harus berpindah-pindah dari losmen satu ke losmen lainnya, dimana seringkali ia harus menghindari pemilik losmen yang selalu menagih hutang mereka.
Satu titik cerah bersinar, dimana akhirnya ia bisa mendapatkan program internship yang dia impikan. Hanya saja disertai dengan satu kekecewaan, bahwa ia diharuskan untuk belajar dan bekerja tanpa dibayar dalam masa internshipnya, bersaing dengan 50 orang lainnya yang memiliki latar belakang lebih berada dan memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya, dimana hanya satu yang akan bisa mendapatkan posisi tetap di perusahaan itu.
Keadaan seperti ini membuat dirinya terlibat dalam dilema, dimana ia harus bekerja di siang hari, dan menjual alat ronsen nya di sore hari untuk bertahan hidup, dan juga menjaga anaknya setiap harinya.
Masalah sepertinya tidak pernah berakhir untuk sang penjual ini, beberapa malam setelah ia mendapatkan internship itu, dia diusir dari kamar losmennya, karena ia tidak mampu membayar biaya penginapan disana. Malam itu, dia dan anaknya harus menginap di sebuah toilet umum di salah satu stasiun kereta. Melihat anaknya yang tertidur pulas dipangkuannya, dan pada saat pintu toilet itu mulai digedor-gedor oleh penjaga malam stasiun kereta, ia menangis, dan dari saat itu juga batinnya berkata, “Sudah cukup, aku tidak akan membiarkan anakku tumbuh dewasa seperti ini.”
Hari demi hari pun berlalu, pengalamannya bertambah, dan ia dengan rajinnya belajar dan bekerja, hingga tiba saatnya untuk ujian akhir penerimaan pegawai tetap di perusahaan ini.
Suatu hari, ia berkata kepada anaknya, “Anakku, jangan pernah biarkan siapapun berkata bahwa kau tidak mampu melakukan sesuatu! Siapapun juga, termasuk orang tuamu! Kamu punya impian, dan kamu harus lindungi impian ini! Banyak orang diluar sana yang tidak bisa melakukan sesuatu, mereka akan berkata juga bahwa kamu tidak mampu melakukannya! Kalau kamu menginginkan sesuatu, kamu harus berjuang keras untuk mendapatkannya!” )
Spoiler for Awal kesuksesan chris:
Akhirnya pada tahun 1987, Chris berhasil mendirikan sebuah perusahaan pialang yang diberi nama Gardner Rich &Co. yang berlokasi di Chicago. Perusahaan tersebut bergerak di bidang pelaksanaan utang-piutang, ekuitas dan transaksi berbagai produk-produk ekonomi lainnya. Dimulai dari sebuah apartemen kecil yang bermodalkan perabotan sederhana, Chris memiliki 75% dari saham Gardner Rich & Co. dan sisanya dimiliki oleh perusahaan Hedge Fund.
Chris berhasil mengembangkan Gardner Rich & Co. selama bertahun-tahun dan akhirnya sampai pada keputusan untuk menjual sahamnya di Gardner dengan nilai mencapai jutaan dollar pada tahun 2006. Setelah melakukan hal tersebut, ia kemudian menjadi pendiri sekaligus CEO dari Christopher Gardner International Holding yang berlokasi di New York, Chicago dan San Fransisco.
Chris sangat pandai memanfaatkan kesempatan dan ia sempat melakukan dialog dengan Nelson Mandela, untuk mencari tahu mengenai kemungkinan investasi di wilayah Afrika Selatan. Hasilnya, ia berhasil menanamkan investasi di Afrika Selatan dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi ratusan mayarakat Afrika Selatan.
Semua kisah kesuksesan seorang Chris Gardner tidak berawal dari hal yang serba mudah dan serba bahagia. Ia pernah mengalami semua hal yang menyakitkan dalam hidupnya. Dianiaya oleh ayah tiri, ditinggal sang istri, ditangkap polisi hingga kesulitan membayar biaya kredit. Dia bukanlah seorang pebisnis sukses yang memiliki pendidikan yang tinggi. Namun ia selalu berusaha belajar dan memotivasi dirinya sendiri untuk menjalankan hidup secara lebih baik lagi dari hari kemarin.
Chris berhasil mengembangkan Gardner Rich & Co. selama bertahun-tahun dan akhirnya sampai pada keputusan untuk menjual sahamnya di Gardner dengan nilai mencapai jutaan dollar pada tahun 2006. Setelah melakukan hal tersebut, ia kemudian menjadi pendiri sekaligus CEO dari Christopher Gardner International Holding yang berlokasi di New York, Chicago dan San Fransisco.
Chris sangat pandai memanfaatkan kesempatan dan ia sempat melakukan dialog dengan Nelson Mandela, untuk mencari tahu mengenai kemungkinan investasi di wilayah Afrika Selatan. Hasilnya, ia berhasil menanamkan investasi di Afrika Selatan dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi ratusan mayarakat Afrika Selatan.
Kesuksesannya banyak menginspirasi orang lain setelah dipublikasikan di berbagai media seperti CNN, Fox News Channel, New York Times, USA Today dan sejumlah media massa lainnya. Bahkan sebuah film yang berjudul “Persuit of Happiness” yang dibintangi aktor terkenal Will Smith menjadi potongan kecil kisah Chris. Chris Gardner kini juga aktif sebagai narasumber seminar dan motivator yang kehadirannya selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat.)
Chris berhasil mengembangkan Gardner Rich & Co. selama bertahun-tahun dan akhirnya sampai pada keputusan untuk menjual sahamnya di Gardner dengan nilai mencapai jutaan dollar pada tahun 2006. Setelah melakukan hal tersebut, ia kemudian menjadi pendiri sekaligus CEO dari Christopher Gardner International Holding yang berlokasi di New York, Chicago dan San Fransisco.
Chris sangat pandai memanfaatkan kesempatan dan ia sempat melakukan dialog dengan Nelson Mandela, untuk mencari tahu mengenai kemungkinan investasi di wilayah Afrika Selatan. Hasilnya, ia berhasil menanamkan investasi di Afrika Selatan dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi ratusan mayarakat Afrika Selatan.
Semua kisah kesuksesan seorang Chris Gardner tidak berawal dari hal yang serba mudah dan serba bahagia. Ia pernah mengalami semua hal yang menyakitkan dalam hidupnya. Dianiaya oleh ayah tiri, ditinggal sang istri, ditangkap polisi hingga kesulitan membayar biaya kredit. Dia bukanlah seorang pebisnis sukses yang memiliki pendidikan yang tinggi. Namun ia selalu berusaha belajar dan memotivasi dirinya sendiri untuk menjalankan hidup secara lebih baik lagi dari hari kemarin.
Chris berhasil mengembangkan Gardner Rich & Co. selama bertahun-tahun dan akhirnya sampai pada keputusan untuk menjual sahamnya di Gardner dengan nilai mencapai jutaan dollar pada tahun 2006. Setelah melakukan hal tersebut, ia kemudian menjadi pendiri sekaligus CEO dari Christopher Gardner International Holding yang berlokasi di New York, Chicago dan San Fransisco.
Chris sangat pandai memanfaatkan kesempatan dan ia sempat melakukan dialog dengan Nelson Mandela, untuk mencari tahu mengenai kemungkinan investasi di wilayah Afrika Selatan. Hasilnya, ia berhasil menanamkan investasi di Afrika Selatan dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi ratusan mayarakat Afrika Selatan.
Kesuksesannya banyak menginspirasi orang lain setelah dipublikasikan di berbagai media seperti CNN, Fox News Channel, New York Times, USA Today dan sejumlah media massa lainnya. Bahkan sebuah film yang berjudul “Persuit of Happiness” yang dibintangi aktor terkenal Will Smith menjadi potongan kecil kisah Chris. Chris Gardner kini juga aktif sebagai narasumber seminar dan motivator yang kehadirannya selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat.)
Spoiler for chris gardner:
Spoiler for chris gardner:
Spoiler for chris gardner:
Quote:
Satu hal yang bisa kita pelajari dari kisah hidup seorang Chris Gardner. Bahwa usaha dari diri sendiri adalah sebuah kunci penting menuju kesuksesan, tak peduli darimana dan apa latar belakang kehidupan kita
:
Spoiler for sumur:
0
4.6K
Kutip
31
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan