- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kampoeng Ilmu, Lokasi Berburu Buku Murah dan Langka di Kota Pahlawan


TS
ibnutiangfei
Kampoeng Ilmu, Lokasi Berburu Buku Murah dan Langka di Kota Pahlawan
Quote:
SELAMAT DATANG DI TRIT ANE YG SEDERHANA
Quote:
INSYAALLAH NO REPOST, SILAHKAN CEK REPOST
Spoiler for Cek Repost:


Quote:
Prakata Dari TS
Quote:
Ketemu ane lagi gan....kali ini ane ingin berbagi info tentang sebuah lokasi penjualan buku-buku bekas yang ada di kota Surabaya...namanya kampoeng ilmu...di sini bisa ditemukan (jika beruntung
) buku-buku yang sudah tidak diterbitkan maupun dijual di toko-toko buku...bagi kaskuser yang gemar koleksi buku-buku langka...lokasi ini bisa jadi rujukan...berikut ulasannya...

Quote:
Kampoeng Ilmu, Lokasi Berburu Buku Murah dan Langka di Kota Pahlawan

Quote:
Di atas lahan seluas 2.500 meter persegi di Jalan Semarang No 55, Surabaya, Jawa Timur, kompleks kios buku asongan berdiri. Lokasi yang didirikan oleh Pemkot Surabaya dan para pedagang kaki lima (PKL) pada 16 Maret 2008 ini, dinamakan Wisata Pendidikan Kampoeng Ilmu.
Ada 84 kios atau pedagang buku asongan di tempat ini. Buku-buku yang dijual, macam-macam. Mulai dari komik, buku bekas, majalah bekas hingga buku-buku terbaru dengan harga murah. Bisa jadi, harga buku di Kampoeng Ilmu, separuh dari harga yang dijual di toko buku resmi.
Jika beruntung dan rajin berburu buku-buku bacaan di tempat ini, bisa ditemukan buku langka yang sudah tidak diterbitkan oleh penerbitnya atau tidak dijual lagi di toko-toko buku mewah.
Seperti misalnya, buku Pemikiran Marxis. Bahkan buku kuno dan langka seperti Di Bawah Bendera Revolusi-nya Soekarno, tidak mustahil ditemukan di tempat ini, jika beruntung.
Maklum, namanya saja toko buku asongan penjual buku-buku bekas yang didapat dari barter antara pedagang di beberapa kota seperti Jogja, Solo dan daerah lainnya yang segaris (sama berjualan buku bekas).
Kemudian dari orang-orang yang mengkilokan (jual barang jumlah banyak dengan sistem timbang) koleksi bukunya di rumah, maupun kerjasama dengan penerbit yang ingin menjual bukunya dengan sistem langsung bayar di tempat.
Tak hanya menjadi tempat bursa buku-buku bekas maupun koleksi terbaru, di Kampoeng Ilmu yang tak jauh dari Stasiun Kereta Api Pasar Turi ini, juga terdapat joglo untuk diskusi, belajar menari dan berkesenian, serta bimbingan belajar (bimbel) gratis bagi anak SD. Setiap sore, tempat ini juga digunakan mengaji bagi anak-anak pedagang.
Kemudian juga disediakan gedung serba guna di lantai dua, perpustakaan, dan kolam ikan. Tentunya juga tempat nongkrong bagi anak-anak muda. Karena di Kampoeng Ilmu juga menyediakan warung kopi dan makanan, lengkap dengan fasilitas Wi-Fi.
Menurut Ketua Paguyuban PKL Kampoeng Ilmu, Budi Santoso, Kampoeng Ilmu didirikan tidak hanya melihat aspek ekonomi saja, melainkan juga sosial, budaya dan pendidikan.
"Nama Kampoeng Ilmu sendiri, sebenarnya berasal dari pemikiran pada aspek sosial, budaya dan pendidikan, yang kemudian menjadi tempat wisata baca bagi masyarakat Surabaya khususnya," terang pria yang juga pemilik Toko Angger Bacae itu pada merdeka.com, Jumat kemarin (10/4).
Secara sosial-ekonomi, lanjut Budi, Kampoeng Ilmu ini sebagai tempat para pedagang mencari nafkah. Kemudian, dari aspek budaya, tempat ini menjadi pijakan masyarakat kelas menengah ke bawah yang ingin mencari buku-buku murah.
"Sedangkan unsur pendidikannya, tentunya di sini terjadi interaksi antara penjual dan pembeli atau pun orang yang ingin menjual koleksi bukunya. Termasuk diskusi-diskusi yang tak jarang digelar di tempat ini. Bahkan mantan aktivis 98 juga kerap datang dan berdiskusi di Kampoeng Ilmu," paparnya.
Tidak hanya sekadar aspek jual beli buku saja, tapi juga berkegiatan. Sehingga Kampoeng IImu bisa terus bergairah dan sarat dengan berbagai kegiatan yang bersifat edukatif.
Budi juga menegaskan, di Kampoeng Ilmu, bukan aspek ekonomi saja yang diburu. Lebih dari itu, ada cita-cita dan harapan yang ingin dicapai yaitu Kampoeng Ilmu harus bisa menjadi salah satu ikon Kota Surabaya. Sebagai salah satu wahana dan sarana pendidikan murah.
"Yang tidak kalah penting adalah untuk menciptakan generasi-generasi intelektual masa depan dari kalangan menengah ke bawah," tandasnya.
Ada 84 kios atau pedagang buku asongan di tempat ini. Buku-buku yang dijual, macam-macam. Mulai dari komik, buku bekas, majalah bekas hingga buku-buku terbaru dengan harga murah. Bisa jadi, harga buku di Kampoeng Ilmu, separuh dari harga yang dijual di toko buku resmi.
Jika beruntung dan rajin berburu buku-buku bacaan di tempat ini, bisa ditemukan buku langka yang sudah tidak diterbitkan oleh penerbitnya atau tidak dijual lagi di toko-toko buku mewah.
Seperti misalnya, buku Pemikiran Marxis. Bahkan buku kuno dan langka seperti Di Bawah Bendera Revolusi-nya Soekarno, tidak mustahil ditemukan di tempat ini, jika beruntung.
Maklum, namanya saja toko buku asongan penjual buku-buku bekas yang didapat dari barter antara pedagang di beberapa kota seperti Jogja, Solo dan daerah lainnya yang segaris (sama berjualan buku bekas).
Kemudian dari orang-orang yang mengkilokan (jual barang jumlah banyak dengan sistem timbang) koleksi bukunya di rumah, maupun kerjasama dengan penerbit yang ingin menjual bukunya dengan sistem langsung bayar di tempat.
Tak hanya menjadi tempat bursa buku-buku bekas maupun koleksi terbaru, di Kampoeng Ilmu yang tak jauh dari Stasiun Kereta Api Pasar Turi ini, juga terdapat joglo untuk diskusi, belajar menari dan berkesenian, serta bimbingan belajar (bimbel) gratis bagi anak SD. Setiap sore, tempat ini juga digunakan mengaji bagi anak-anak pedagang.
Kemudian juga disediakan gedung serba guna di lantai dua, perpustakaan, dan kolam ikan. Tentunya juga tempat nongkrong bagi anak-anak muda. Karena di Kampoeng Ilmu juga menyediakan warung kopi dan makanan, lengkap dengan fasilitas Wi-Fi.
Menurut Ketua Paguyuban PKL Kampoeng Ilmu, Budi Santoso, Kampoeng Ilmu didirikan tidak hanya melihat aspek ekonomi saja, melainkan juga sosial, budaya dan pendidikan.
"Nama Kampoeng Ilmu sendiri, sebenarnya berasal dari pemikiran pada aspek sosial, budaya dan pendidikan, yang kemudian menjadi tempat wisata baca bagi masyarakat Surabaya khususnya," terang pria yang juga pemilik Toko Angger Bacae itu pada merdeka.com, Jumat kemarin (10/4).
Secara sosial-ekonomi, lanjut Budi, Kampoeng Ilmu ini sebagai tempat para pedagang mencari nafkah. Kemudian, dari aspek budaya, tempat ini menjadi pijakan masyarakat kelas menengah ke bawah yang ingin mencari buku-buku murah.
"Sedangkan unsur pendidikannya, tentunya di sini terjadi interaksi antara penjual dan pembeli atau pun orang yang ingin menjual koleksi bukunya. Termasuk diskusi-diskusi yang tak jarang digelar di tempat ini. Bahkan mantan aktivis 98 juga kerap datang dan berdiskusi di Kampoeng Ilmu," paparnya.
Tidak hanya sekadar aspek jual beli buku saja, tapi juga berkegiatan. Sehingga Kampoeng IImu bisa terus bergairah dan sarat dengan berbagai kegiatan yang bersifat edukatif.
Budi juga menegaskan, di Kampoeng Ilmu, bukan aspek ekonomi saja yang diburu. Lebih dari itu, ada cita-cita dan harapan yang ingin dicapai yaitu Kampoeng Ilmu harus bisa menjadi salah satu ikon Kota Surabaya. Sebagai salah satu wahana dan sarana pendidikan murah.
"Yang tidak kalah penting adalah untuk menciptakan generasi-generasi intelektual masa depan dari kalangan menengah ke bawah," tandasnya.
Quote:
Quote:
Kampoeng Ilmu, Lahir dari Perjuangan Pedagang Buku Asongan Surabaya

Quote:
Wisata Pendidikan Kampoeng Ilmu di Jalan Semarang Nomor 55, Surabaya, Jawa Timur didirikan, buah dari kegigihan para pedagang buku asongan yang menolak perintah penertiban Pemkot Surabaya pada Januari 2008.
Saat itu, Wali Kota Bambang Dwi Hartono memerintahkan para pedagang buku asongan di Jalan Semarang untuk membersihkan lapak-lapaknya yang sudah berdiri sejak Tahun 1975 itu, dari trotoar depan Stasiun Pasar Turi.
Eksekusi pengosongan itu sendiri, dilakukan oleh Satpol PP diback-up Polwiltabes Surabaya (sekarang Polrestabes Surabaya).
Para pedagang kaki lima (PKL) ini pun merespon perintah pengosongan itu dengan mengadu ke DPRD Surabaya. Namun, tak pernah ada solusi. Para pedagang tidak menyerah. Dengan semangat perjuangan Arek-Arek Soeroboyo Tahun 1945, mereka terus melakukan perlawanan.
Perlawanan para PKL, dilakukan damai dan strategis. Mereka meminta pendapat masyarakat Surabaya yang melintas di Jalan Semarang, terkait masalah penggusuran tersebut. Para pedagang buku, juga meminta tanda tangan di atas kain sepanjang 300 meter ke masyarakat.
Tanda tangan di atas bentangan kain yang terus bertambah setiap hari itu, berubah menjadi 'kita suci' dan memberi mandat jika lapak buku bekas di Jalan Semarang tidak bisa begitu saja digusur dari Kota Pahlawan, tapi harus direlokasi.
Akhirnya, Pemkot Surabaya di bawah kendali Bambang DH, menyediakan tanah kosong yang semula menjadi tempat penimbunan sampah di Jalan Semarang Nomor 55, menjadi tempat relokasi para pedagang buku bekas.
"Kemudian tempat ini dinamakan Kampoeng Ilmu yang menjadi wisata baca di Surabaya. Saat itu, para pedagang di sini terus berinteraksi dan berdiskusi. Pemikiran para pedagang waktu itu sudah sangat masif. Sehingga muncul ide mendirikan Kampoeng Ilmu," terang Ketua Paguyuban PKL Kampoeng Ilmu, Budi Santoso kepada merdeka.com, Jumat (10/4).
Diceritakan Budi, sebelum menyematkan nama Kampoeng Ilmu, para pedagang sempat memberi nama Kampoeng Aksoro, yang berarti tempat membaca. Namun, karena terlalu ke daerahan, nama Aksoro dirubah dengan Ilmu.
"Karena kalau menggunakan Aksoro, dikhawatirkan orang-orang yang datang dari luar Jawa tidak paham, sehingga diganti dengan nama Kampoeng Ilmu," katanya.
Nama Kampoeng Ilmu sendiri, masih kata pemilik Toko Angger Bacae itu, sebenarnya berasal dari pemikiran pada aspek sosial, budaya dan masalah edukasi (pendidikan).
"Secara sosial, Kampoeng Ilmu sebagai tempat para pedagang mencari nafkah. Kemudian, dari aspek budaya, Kampung Ilmu menjadi tempat pijakan masyarakat kelas menengah ke bawah mencari buku murah," ucapnya.
Di Kampoeng Ilmu, tidak hanya menjadi tempat para pedagang buku bekas dengan harga terjangkau berinteraksi dengan pembelinya, tetapi juga menjadi tempat diskusi kaum muda, aktivis dan sarana belajar anak-anak sekolah.
Di Kampoeng Ilmu, yang menjadi tempat pedagang asongan menjajakan komik, buku, majalah bekas hingga buku-buku kuno dan langka yang tidak ditemui di toko buku resmi, ini juga menyediakan joglo, aula serga guna, perpustakaan dan kantin dengan fasilitas Wi-Fi.
Saat itu, Wali Kota Bambang Dwi Hartono memerintahkan para pedagang buku asongan di Jalan Semarang untuk membersihkan lapak-lapaknya yang sudah berdiri sejak Tahun 1975 itu, dari trotoar depan Stasiun Pasar Turi.
Eksekusi pengosongan itu sendiri, dilakukan oleh Satpol PP diback-up Polwiltabes Surabaya (sekarang Polrestabes Surabaya).
Para pedagang kaki lima (PKL) ini pun merespon perintah pengosongan itu dengan mengadu ke DPRD Surabaya. Namun, tak pernah ada solusi. Para pedagang tidak menyerah. Dengan semangat perjuangan Arek-Arek Soeroboyo Tahun 1945, mereka terus melakukan perlawanan.
Perlawanan para PKL, dilakukan damai dan strategis. Mereka meminta pendapat masyarakat Surabaya yang melintas di Jalan Semarang, terkait masalah penggusuran tersebut. Para pedagang buku, juga meminta tanda tangan di atas kain sepanjang 300 meter ke masyarakat.
Tanda tangan di atas bentangan kain yang terus bertambah setiap hari itu, berubah menjadi 'kita suci' dan memberi mandat jika lapak buku bekas di Jalan Semarang tidak bisa begitu saja digusur dari Kota Pahlawan, tapi harus direlokasi.
Akhirnya, Pemkot Surabaya di bawah kendali Bambang DH, menyediakan tanah kosong yang semula menjadi tempat penimbunan sampah di Jalan Semarang Nomor 55, menjadi tempat relokasi para pedagang buku bekas.
"Kemudian tempat ini dinamakan Kampoeng Ilmu yang menjadi wisata baca di Surabaya. Saat itu, para pedagang di sini terus berinteraksi dan berdiskusi. Pemikiran para pedagang waktu itu sudah sangat masif. Sehingga muncul ide mendirikan Kampoeng Ilmu," terang Ketua Paguyuban PKL Kampoeng Ilmu, Budi Santoso kepada merdeka.com, Jumat (10/4).
Diceritakan Budi, sebelum menyematkan nama Kampoeng Ilmu, para pedagang sempat memberi nama Kampoeng Aksoro, yang berarti tempat membaca. Namun, karena terlalu ke daerahan, nama Aksoro dirubah dengan Ilmu.
"Karena kalau menggunakan Aksoro, dikhawatirkan orang-orang yang datang dari luar Jawa tidak paham, sehingga diganti dengan nama Kampoeng Ilmu," katanya.
Nama Kampoeng Ilmu sendiri, masih kata pemilik Toko Angger Bacae itu, sebenarnya berasal dari pemikiran pada aspek sosial, budaya dan masalah edukasi (pendidikan).
"Secara sosial, Kampoeng Ilmu sebagai tempat para pedagang mencari nafkah. Kemudian, dari aspek budaya, Kampung Ilmu menjadi tempat pijakan masyarakat kelas menengah ke bawah mencari buku murah," ucapnya.
Di Kampoeng Ilmu, tidak hanya menjadi tempat para pedagang buku bekas dengan harga terjangkau berinteraksi dengan pembelinya, tetapi juga menjadi tempat diskusi kaum muda, aktivis dan sarana belajar anak-anak sekolah.
Di Kampoeng Ilmu, yang menjadi tempat pedagang asongan menjajakan komik, buku, majalah bekas hingga buku-buku kuno dan langka yang tidak ditemui di toko buku resmi, ini juga menyediakan joglo, aula serga guna, perpustakaan dan kantin dengan fasilitas Wi-Fi.
Quote:
Gallery
Quote:

http://www.berdikarionline.com
Quote:
jawatimuran.wordpress.com
Quote:

peluangusaha.kontan.co.id
Quote:
Gimana gan?...mantabs kan...bisa jadi rujukan kaskuser yang haus ilmu...dengan mencari buku-buku bekas
...ketimbang buku baru yang mungkin mahal harganya



Quote:
JIKA TRIT INI BAGUS DAN BERMUTU...BANTU REKOMENDASI HOT THREADYA GAN...BIAR BANYAK KASKUSER YANG IKUT AMBIL MANFAAT DARI TRIT INI...
Quote:
Mampir ke trit ane yg lain:
10 Makhluk Dasar Laut yang Membuat Anda Kagum
Turtle Taxi, Inilah Layanan Taksi Paling Lambat di Dunia
Bencana Wahana Permainan Terburuk Dalam Sejarah
Kurusetra, Game Perang Baratayuda Karya Anak Bangsa
[Alamak] Komputer Terkecil Di Dunia Hanya Sebesar Bulir Beras
Inilah Drum-set Paling Rumit Sedunia
[WOW] Rekor Dunia Ibu Melahirkan Anak Terbanyak
[ALAMAK] Layang-layang Sepanjang 6 Km Pecahkan Rekor Dunia
Lima Kisah Orang Paling Lama Terapung di Lautan
Bisnis Cokelat Bikin Mahasiswi Ini Jadi Jutawan
10 Ide Teknologi Aneh dan Gila Pada Perang Dunia ke 2 yang Gagal Total
Hueso, Restoran Unik Terbuat Dari 1.000 Tulang Hewan
Negara Pemilik Teknologi Rudal Tercanggih dan Terbaik di Dunia
[INFO UNIK] Warga ini Bangun Rumah Dengan Pondasi Ban Bekas
[INFO UNIK GAN!!!] Rig Minyak Disulap Jadi Resort Seru
7 Penelitian Paling Mahal di Dunia, Bisa Buat Indonesia Bangkrut
0
7K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan