- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Gali Kata :Jancuk dan Damput versi STD ( Surabaya Tempo Dulu )


TS
alinzis
Gali Kata :Jancuk dan Damput versi STD ( Surabaya Tempo Dulu )
Quote:


Sebelum dilanjut jangan lupa ini dulu ya


Quote:
Siapa yang nggak kennal dengan kata Jancuk khas Surabaya yang bahkan menjadi salah satu nama makanan disana, ya nasi goreng Jancuk yang terkenal dengan pedesnya yang luar biasa.. Dan untuk ente yang kebetulan ke surabaya bisa mencobanya.. Namun, sebelum mencobanya.. apakah anda sudah tau apa arti dari kata Jancuk.? Disini ane mau share berbagai pendapat dari kata Jancuk itu sendiri.. Baik dari om wiki, surabaya pagi atau sumber lainnya.. Yang diambil dari sudut pandang Surabaya Tempo Dulu..
Quote:
janc*k Dalam Sudut Pandang Historis di Surabayapagi
Surabaya (SurabayaPagi.com) Salah satu ciri khas Arek Surabaya yang terkenal suka blak-blakan istilah pengunaan kata kotor atau misuh. Konon bila mengaku sebagai Arek Suraboyo kalau tidak misuh belumlah betul-betul dikatakan arek Surabaya, apalagi bagi kamu laki-laki.
Arti kata janc*k dalam kepastian sejarah masih simpang siur. Namun banyak pemerhati sejarah yang menyepakati bahwa kata umpatan atau pisuhan ini mulai kerap digunakan sejak jaman post kolonial. Salah satu pemerhati budaya Surabaya memaparkan satu dari sekian versi makna dan orisinalitas dari kata tersebut.
Menurut Edi Samson, tim 11 Cagar Budaya Surabaya, jancuk berasal dari bahasa Belanda, yakni yantye ook, yang berarti "kamu juga". Kata tersebut seringkali diucapkan dan menjadi kata gaul oleh anak-anak Indo-Belanda sekitar tahun 1930an. Pergeseran pengucapan menjadi janc*k itu dilakukan oleh arek surabaya. Hal ini terjadi karena di Surabaya terdapat perbedaan kelas yang sangat menonjol antara anak-anak Indo-Belanda dengan anak-anak pribumi. Kata-kata yang sering diucapkan oleh anak-anak Indo-Belanda, salah satunya adalah yantye ook tersebut sering kali dipelesetkan sebagai bahan olokan oleh anak-anak pribumi.
Kata yantye ook sendiri oleh anak-anak pribumi dipelesetkan menjadi yanty-ok, yang secara lisan terdengar [yantcook]. Dalam perkembangannya menjadi kata tersebut menjadi jancuk dan disini mulai muncul pengistilahan yang berbeda-beda dari kata tersebut. Kendati demikian, tidak ada sumber tertulis yang membenarkan bahwa pernyataan tersebut adalah sebagai asal-usul dari jancuk sendiri.sumber : Surabayapagi
Arti kata janc*k dalam kepastian sejarah masih simpang siur. Namun banyak pemerhati sejarah yang menyepakati bahwa kata umpatan atau pisuhan ini mulai kerap digunakan sejak jaman post kolonial. Salah satu pemerhati budaya Surabaya memaparkan satu dari sekian versi makna dan orisinalitas dari kata tersebut.
Menurut Edi Samson, tim 11 Cagar Budaya Surabaya, jancuk berasal dari bahasa Belanda, yakni yantye ook, yang berarti "kamu juga". Kata tersebut seringkali diucapkan dan menjadi kata gaul oleh anak-anak Indo-Belanda sekitar tahun 1930an. Pergeseran pengucapan menjadi janc*k itu dilakukan oleh arek surabaya. Hal ini terjadi karena di Surabaya terdapat perbedaan kelas yang sangat menonjol antara anak-anak Indo-Belanda dengan anak-anak pribumi. Kata-kata yang sering diucapkan oleh anak-anak Indo-Belanda, salah satunya adalah yantye ook tersebut sering kali dipelesetkan sebagai bahan olokan oleh anak-anak pribumi.
Kata yantye ook sendiri oleh anak-anak pribumi dipelesetkan menjadi yanty-ok, yang secara lisan terdengar [yantcook]. Dalam perkembangannya menjadi kata tersebut menjadi jancuk dan disini mulai muncul pengistilahan yang berbeda-beda dari kata tersebut. Kendati demikian, tidak ada sumber tertulis yang membenarkan bahwa pernyataan tersebut adalah sebagai asal-usul dari jancuk sendiri.sumber : Surabayapagi
Quote:
Gali Kata : Jancuk dan Damput versi STD
Versi kedatangan Arab
Versi penjajahan Belanda
Versi penjajahan Jepang
Versi umpatan
Tapi...
Perhatikan dari semua penjelasan diatas pendekatan yang diambil hampir sama semua yaitu mencari modifikasi dari kata-kata asing yang mirip untuk digathuk-gathukan menjadi jancuk. Versi lokal sedikit berbeda namun juga berusaha mencocokkan jancuk dengan kemungkinan akronimnya. Kreatifitas yang patut dihargai dan STD ingin menambah satu alternatif yang lebih meyakinkan.
STD memiliki pendekatan lebih sederhana: lihat kata dasarnya dan kembali ke kamus, sumber otoritatif yang lebih handal. Jika kamus Daring UGM yang dikutip Wikipedia tidak memuaskan bagi orang Surabaya yang sudah tahu makna dan nuansa pemakaiannya: sialan, keparat, brengsek (ungkapan berupa perkataan umpatan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa) . Kita cari kamus lain yang lebih tua.
Pertama kata dasarnya : ancuk (mungkin cuk) . Mengapa kata dasarnya bukan jancuk itu sendiri? Karena kita mengenal banyak versi : dancuk, hancuk, ancuk, diancuk, cuk. Belum lagi versi o nya : dacok, janc*k, ancok dll. Banyaknya versi ini dengan sendirinya memberi kata dasarnya secara jelas. Dengan dua kata dasar ini kita telusuri kamus kuno. Kamus kuno akan membongkar kisah fiksi seputar kata jancuk yang muncul.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) menulis :
Buku Bausastra Jawa karya Poerwadarminta (1939) menulis :
Kamus yang lebih tua lagi mencatat hal yang menarik! Kamus Melayu Inggris karya John Crawfurd (1852) :
Kamus Melayu yang lebih tua lagi tahun 1812 karya William Marsden mencatat :
Dari dua kamus tua terakhir kita dapat menyimpulkan kata ancuk dalam bahasa Jawa kuno tidak ada. Kamus Kawi Zoetmulder maupun kamus Clark Horne (1974) tidak mencantumkan kata ini dan Poerwadarminta (1939) menulis kata ini tidak ada di kosa kata Solo. Kata Jawa Kuno untuk bersetubuh adalah Sanggama yang diserap dari Sansekerta dan maknanya sangat halus : selain bersetubuh juga bermakna pergaulan sosial, persahabatan, penyatuan.
Kata ancuk justru dideteksi dalam kosa kata Melayu yang menjadi lingua franca, bahasa para pelaut atau pesisir dalam hal ini Batavia seperti tercatat oleh Crawfurd (1852) dan Surabaya yang pernah menjadi pelabuhan paling ramai di Nusantara. Perlu dicatat di sini kamus Marsden dan Crawfurd berjudul Kamus Melayu namun konteks dalam benak mereka adalah kepulauan Melayu dengan dua bahasa utamanya Jawa dan Melayu, sehingga kamus mereka juga dokumentasi kamus Jawa bercampur Melayu.
Kata chuki, Kachuk, anchuk merupakan kata leluhur jancuk. Jauh sebelum kata sudanco (1942) dan yantye ook yang populer 1930an. Asal usul ini Lebih meyakinkan daripada asal usul versi Arab maupun kependekan Marijan Ngencuk yang serasa dibuat-buat (mungkin pembuat cerita asal usul ini orang Plemahan)
Dunia pelaut adalah dunia petualangan, perdagangan sekaligus dunia seks. Yang dipikirkan pelaut selama di laut maupun setelah mendarat adalah seks. Menurut hemat STD kata jancuk merupakan modifikasi orang Surabaya untuk kata populer di dunia pelaut. Tidak heran jika kata ini dikenal di pelabuhan-pelabuhan besar kepulauan Nusantara.
Beberapa literatur mencatat semangat seksual para pelaut yang tiba di Surabaya dan tidak heran tempat prostitusi kuno berada di sekitar Jembatan Petekan (benteng Prins Hendrik) dan Kembang Jepun- Jembatan Merah. "Kapten pigi ngencuk, besok baru balik" atau selama di kapal setiap kali menghadapi masalah "ancuk, kapan ndarat...". Bagi sesama pelaut "muka ancukan".
Sebagai bonus jelajah Gali Kata STD ini, Tjaraka menemukan penjelasan kata lain yang juga populer di Surabaya : Diamput, jamput, hamput, amput. Selama ini dianggap versi lain dari jancuk dan memang sesungguhnya maknanya sama. Bedanya selain sama-sama bermakna penetrasi, diamput juga bisa bermakna di bogem.
-Tjarakasumber STD
[img]http://3.bp.blogspot.com/-QwUMFzi7cgs/UnnnhLDhrwI/AAAAAAAABP0/xpG-WuJe_UM/s1600/janc*k.jpg[/img]
Apa lagi yang bisa digali dari kata Jancuk? Wikipedia telah menulis seputar kata jancuk cukup informatif. Ada asal usul versi Arab, Jepang, Belanda dan lokal Plemahan. Fungsi, makna dan perubahannya nya juga disajikan berikut ragam versinya. Bagi kita yang haus akan cerita asal usul kata wikipedia cukup memuaskan rasa ingin tahu. Kata Jancuk ini bagi orang Surabaya menjadi semacam keharusan untuk diketahui.
Bagaimana versi Surabaya Tempo Dulu? Menurut Tjaraka dari keempat versi itu yang paling meyakinkan adalah versi lokal (tidak harus Pelemahan dan ada tapinya dibawah ini ...). Berikut kutipan dari Wikipedia edisi 26 April 2015:
Apa lagi yang bisa digali dari kata Jancuk? Wikipedia telah menulis seputar kata jancuk cukup informatif. Ada asal usul versi Arab, Jepang, Belanda dan lokal Plemahan. Fungsi, makna dan perubahannya nya juga disajikan berikut ragam versinya. Bagi kita yang haus akan cerita asal usul kata wikipedia cukup memuaskan rasa ingin tahu. Kata Jancuk ini bagi orang Surabaya menjadi semacam keharusan untuk diketahui.
Bagaimana versi Surabaya Tempo Dulu? Menurut Tjaraka dari keempat versi itu yang paling meyakinkan adalah versi lokal (tidak harus Pelemahan dan ada tapinya dibawah ini ...). Berikut kutipan dari Wikipedia edisi 26 April 2015:
Versi kedatangan Arab
Quote:
Salah satu versi asal-mula kata “Jancuk” berasal dari kata Da’Suk. Da’ artinya “meninggalkanlah kamu”, dan assyu’a artinya “kejelekan”, digabung menjadi Da’Suk yang artinya “tinggalkanlah keburukan”. Kata tersebut diucapkan dalam logat Surabaya menjadi “janc*k”.
Versi penjajahan Belanda
Quote:
Menurut Edi Samson, seorang anggota Cagar Budaya di Surabaya, istilah janc*k atau Dancok berasal dari bahasa Belanda “yantye ook” yang memiliki arti “kamu juga”. Istilah tersebut popular di kalangan Indo-Belanda sekitar tahun 1930-an. Istilah tersebut diplesetkan oleh para remaja Surabaya untuk mencemooh warga Belanda atau keturunan Belanda dan mengejanya menjadi “yanty ok” dan terdengar seperti “yantcook”. Sekarang, kata tersebut berubah menjadi “janc*k” atau “Dancok”.
Versi penjajahan Jepang
Quote:
Kata "janc*k" berasal dari kata Sudanco berasal dari zaman romusha yang artinya “Ayo Cepat”. Karena kekesalan pemuda Surabaya pada saat itu, kata perintah tersebut diplesetkan menjadi “Dancok”.
Versi umpatan
Quote:
Warga Kampung Palemahan di Surabaya memiliki sejarah oral bahwa kata “janc*k” merupakan akronim dari “Marijan ngencuk” (“Marijan berhubungan badan”). Kata encuk merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti “berhubungan badan”, terutama yang dilakukan di luar nikah. Versi lain menyebutkan bahwa kata “Jancuk” berasal dari kata kerja “diencuk”. Kata tersebut akhirnya berubah menjadi “Dancuk” dan terakhir berubah menjadi “Jancuk” atau “janc*k”.
Tapi...
Perhatikan dari semua penjelasan diatas pendekatan yang diambil hampir sama semua yaitu mencari modifikasi dari kata-kata asing yang mirip untuk digathuk-gathukan menjadi jancuk. Versi lokal sedikit berbeda namun juga berusaha mencocokkan jancuk dengan kemungkinan akronimnya. Kreatifitas yang patut dihargai dan STD ingin menambah satu alternatif yang lebih meyakinkan.
STD memiliki pendekatan lebih sederhana: lihat kata dasarnya dan kembali ke kamus, sumber otoritatif yang lebih handal. Jika kamus Daring UGM yang dikutip Wikipedia tidak memuaskan bagi orang Surabaya yang sudah tahu makna dan nuansa pemakaiannya: sialan, keparat, brengsek (ungkapan berupa perkataan umpatan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa) . Kita cari kamus lain yang lebih tua.
Pertama kata dasarnya : ancuk (mungkin cuk) . Mengapa kata dasarnya bukan jancuk itu sendiri? Karena kita mengenal banyak versi : dancuk, hancuk, ancuk, diancuk, cuk. Belum lagi versi o nya : dacok, janc*k, ancok dll. Banyaknya versi ini dengan sendirinya memberi kata dasarnya secara jelas. Dengan dua kata dasar ini kita telusuri kamus kuno. Kamus kuno akan membongkar kisah fiksi seputar kata jancuk yang muncul.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) menulis :
ancuk (kata kerja) , mengancuk - bersetubuh (istilah kasar).
Buku Bausastra Jawa karya Poerwadarminta (1939) menulis :
ngancug, ngancuk: = nyanggama; ancug, ancuk. Kata ini merupakan kata lokal yang tidak di pakai di daerah Solo.
Kamus yang lebih tua lagi mencatat hal yang menarik! Kamus Melayu Inggris karya John Crawfurd (1852) :
Anchok adalah kata lokal Batavia yang bermakna menusuk. Satu kata sebelumnya Amput bermakna membogem, meninju dan bersenggama. Kamus yang sama mencatat kata Chuki, Amput, Antam, Satubah bermakna bersenggama. Jadi Anchok secara kolokial juga bermakna penetrasi alias bersetubuh.
Kamus Melayu yang lebih tua lagi tahun 1812 karya William Marsden mencatat :
Satuboh, amput, jimah = bersenggama. Kamus yang sama mencatat kata lain kachuk, kachu yang bermakna campur aduk misalnya ruangan itu berisi beragam etnis orang = orang kachuk-kachukan. Uniknya kata kachuk berkonotasi bersetubuh jika dipakai untuk konteks kalimat yang lain. Ini menunjukkan kolokial yang dikenal orang lokal dan tidak ditangkap orang yang baru belajar bahasa Melayu (termasuk kita yang dari generasi lain dalam melihat bahasa Melayu kuno). Contohnya: Maka naga itupun mengachuk dirinya : ular naga itu bergeliat-geliat (seperti juga dalam Gali Kata STD berjudul Buaya- Bajul yang lalu, juga dipakai untuk konotasi bersenggama).
Dari dua kamus tua terakhir kita dapat menyimpulkan kata ancuk dalam bahasa Jawa kuno tidak ada. Kamus Kawi Zoetmulder maupun kamus Clark Horne (1974) tidak mencantumkan kata ini dan Poerwadarminta (1939) menulis kata ini tidak ada di kosa kata Solo. Kata Jawa Kuno untuk bersetubuh adalah Sanggama yang diserap dari Sansekerta dan maknanya sangat halus : selain bersetubuh juga bermakna pergaulan sosial, persahabatan, penyatuan.
Kata ancuk justru dideteksi dalam kosa kata Melayu yang menjadi lingua franca, bahasa para pelaut atau pesisir dalam hal ini Batavia seperti tercatat oleh Crawfurd (1852) dan Surabaya yang pernah menjadi pelabuhan paling ramai di Nusantara. Perlu dicatat di sini kamus Marsden dan Crawfurd berjudul Kamus Melayu namun konteks dalam benak mereka adalah kepulauan Melayu dengan dua bahasa utamanya Jawa dan Melayu, sehingga kamus mereka juga dokumentasi kamus Jawa bercampur Melayu.
Kata chuki, Kachuk, anchuk merupakan kata leluhur jancuk. Jauh sebelum kata sudanco (1942) dan yantye ook yang populer 1930an. Asal usul ini Lebih meyakinkan daripada asal usul versi Arab maupun kependekan Marijan Ngencuk yang serasa dibuat-buat (mungkin pembuat cerita asal usul ini orang Plemahan)
Dunia pelaut adalah dunia petualangan, perdagangan sekaligus dunia seks. Yang dipikirkan pelaut selama di laut maupun setelah mendarat adalah seks. Menurut hemat STD kata jancuk merupakan modifikasi orang Surabaya untuk kata populer di dunia pelaut. Tidak heran jika kata ini dikenal di pelabuhan-pelabuhan besar kepulauan Nusantara.
Beberapa literatur mencatat semangat seksual para pelaut yang tiba di Surabaya dan tidak heran tempat prostitusi kuno berada di sekitar Jembatan Petekan (benteng Prins Hendrik) dan Kembang Jepun- Jembatan Merah. "Kapten pigi ngencuk, besok baru balik" atau selama di kapal setiap kali menghadapi masalah "ancuk, kapan ndarat...". Bagi sesama pelaut "muka ancukan".
Sebagai bonus jelajah Gali Kata STD ini, Tjaraka menemukan penjelasan kata lain yang juga populer di Surabaya : Diamput, jamput, hamput, amput. Selama ini dianggap versi lain dari jancuk dan memang sesungguhnya maknanya sama. Bedanya selain sama-sama bermakna penetrasi, diamput juga bisa bermakna di bogem.
-Tjarakasumber STD
Quote:
Pendapat lain tentang jancuk :
Pendapat Abdi Munawar ( tentang postingan diatas ) bahwa pengertian jancuk ditinjau dari pendekatan semiotik yaitu Jan dan Cuk yang memiliki pengertian "tidak bisa diwakili dengan kata-kata" bergantung objek komunikasinya tentang apa, kalimat tersebut terdiri dari 2 suku kata dan sebenarnya masing-masing memiliki pengertian yang berbeda tetapi melengkapi, coba kita perhatikan pengertian JAN dalam kehidupan sehari-hari masyarakat surabaya biasa dipakai semisal; jan ngganteng (sangat rupawan), jan angel (sangat sulit), pancen jan (sungguh sangat). Kata CUK merupakan kependekan dari cucuk (mulut), sehingga menjadi gabungan arti JAN (sangat) dan CUK (mulut). Misal; Jancuk awakmu nangndi ae (kemana saja sangat lama tidak kelihatan), atau dalam kondisi emosional; janc*k koen (sangat marah tetapi kemarahannya tidak bisa berkata banyak "saking" marahnya), kesimpulan kata jancuk adalah kalimat ringkas padat khas surabaya dan harus dilestarikan. Ada pemahaman yang keliru bahwa kata jancuk adalah jorok, ada betulnya jika yang dimaksud adalah pengertian di encuk (berhubungan badan). Sumbang pendapat aja mungkin bisa jadi pemikiran saja..
Quote:
Kalo ada yang tanya pendapat TS, jujur ajah, ane memang pernah tinggal disono sekitar 4 atau 5 tahunan kayaknya tapi dulunya sih ane taunya kata itu termasuk bagian dari kata kotor, jadi kalo orang mau misu selalu pake kata itu.. Tapi tergantung individu sih, kalau dia mengambil dari pemahaman lain bisa saja asal memang tidak disalah gunakan saja, cuma untuk ane pribadi kalo memang masih ragu dengan arti kata Jancuk, ya mending diminimalisir mengucapkan kata yang atinya saja kita tidak tahu, karena lawan bicara kita juga punya pemahaman sendiri tentang kata itu.. Jadi bijak dalam berbicara juka diperlukan untuk menjaga hubungan yang sudah.. 

Biasanya kalo ada anak luar pulau main ke Surabaya selalu dikerjain seperti ane dikerjain kakak tingkat ane :
K : kakak
A : ane
Kejadiannya lagi ada workshop untuk MABA dan giliran ane ditanya-tanya..
K : kamu asalnya dari mana dek .?
A : mdn mas ( membiasakan manggil mas, kebetulan ane suku jawa juga )
K : jauh yo.. udah ngerti kalo cara nyapa disini gimana .?
A : ( ekspresi bingung ) bmaksudnya mas.?
K : iyaaa.. disini kalo ketemu temen nyapa nya begini.. woiii.. jancuk bla bla bla ( sambil nepuk punggung temen cowok disebelah ane )
A : cuma diem bingung ngeliat semua anak ketawa di kelompok ane..
Dengan penasaran ane tanyain ke mereka setelah tuh kakak nggak ada, eh nggak ada yang mau ngasih tau kebenarannya dan akhirnya ane tanya sama temen ane yang kalem.. Dari dia ane taunya itu kata maknanya nggak banget












gandhiert memberi reputasi
1
15.7K
Kutip
60
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan