Curhatan Pribadi: Malasnya Berurusan di Kantor Pemerintah
TS
muh.jazuli
Curhatan Pribadi: Malasnya Berurusan di Kantor Pemerintah
Agan-agan, apakah ada yang pernah berurusan di kantor pemerintah? Beberapa waktu lalu ane ada urusan di salah satu kantor pemerintah. Ane pertama kali kesitu. Tentu dong ane agak sedikit banyak nanya. Kalau kita ke kantor swasta, orang baru pasti nyaman karena kebanyakan, hampir semua, layanannya bagus dan ramah. Gak tau ini itu, pasti dijawab ramah. Tapi bukan itu yang ane dapet di kantor pemerintah ini gan.
Padahal kantor ini yang ngurusin investasi di negeri ini gan, masa pelayanan 'garis depannya' selevel kantor kelurahan? FYI ya gan, banyak perusahaan luar negeri dan dalam negeri yang mau bantu Indonesia, tapi rasanya memang pemerintah sendiri yang gak niat mau dibantu.
(Mau maju gak sih negara ini???)
Ini curhatan ane yang beberapa waktu lalu ane tulis di akun kompasiana ane.
Spoiler for Kenampakan gedung B**M:
Spoiler for Artikel aka Curhatan ane:
Gedung salah satu lembaga pemerintahan ini nampaknya lebih baik dari yang lain. Tentu saja, lembaga ini punya banyak urusan dengan perdagangan, penanaman modal baik dalam negeri maupun luar negeri.
Minggu lalu, langkah kaki saya semangat menuju gedung megah di bilangan Jl Gatot Subroto Jakarta itu. Memakai baju bisnis kasual (kemeja lengan pendek, celana bahan dan sepatu semiformal), saya menuju ke sana, ada beberapa surat harus saya antarkan untuk sesuatu urusan. Mobil yang mengantarkanku berhenti di sebuah lobi gedung.
Segera saya berlari kecil menuju beberapa pria-pria yang nampak menjadi tenaga sekuriti gedung.
Apabila anda ke beberapa gedung di bilangan SCBD (kebanyakan gedung milik swasta) sebagian besar pegawai ‘garis depan’ seperti ‘mas-mas’ sekuriti dan mba-mba’ front desk akan segera dengan senyum menyapa anda. Apa yang bisa kami bantu, bapak/ibu ada keperluan apa? Itu kata mereka ramah.
Sayang, bukan sambutan seperti yang saya lihat di gedung pemerintah ini. Lari kecil dan raut riang saya rupanya tak mendapat sambutan. Heran saya dibuatnya. Sampai saya mendekat, beberapa mas-mas sekuriti hanya memandangi diri saya. Tak ada senyum tak ada tanya. Diam sejenak memandang aneh lalu ketika saya mendekat, masih tak ada sambutan.
Saya pun membuka (pada fase ini sesorang duduk memandangi saya sambil memangkukan kepalanya pada tangannya), “Pak, saya membawa surat undangan untuk kepala lembaga ini. Kemana saya harus menghadap dan siapa…”
Belum selesai kalimat saya, salah seorang pria sekuriti berambut kriting memotong, “Mas mau antar surat tidak di sini. Ke TU Mas..”
“Baik Pak. Kemana saya ke TU Pak? Saya pertama kali ke sini. Bisa mohon bantuannya Pak saya diarahkan ke mana?”
Mendengar jawaban atau sekedar klarifikasi kecil itu, ia naik nada bicaranya, “Kalau antar surat bukan di sini! Di TU sana! Mas keluar dari lobi ini jalan terus lalu ke kanan!!!”
Mendengarnya membuat sontak saya kaget. Mengapa tiba-tiba nadanya naik begini. Saya katakan, baik pak, baik pak. Bukannya mengantarkan saya kemana saya harus berjalan, mereka tetap memandangi saya, memastikan saya segera enyah dari muka mereka.
Tak habis pikir saya dibuat mereka. Heran saya, mengapa begini sikap mereka? Apa tak ada standar pelayanan yang lebih baik?
Sebentar berjalan, akhirnya saya menemukan lobi yang dimaksud. Baiklah, apa yang saya alami barusan mungkin karena kesalahan saya. Sejenak segera saya lupakan. Pintu lobi segera saya lalui. Terdapat metal detector di sana. Tuuut, berbunyi dia ketia saya lewat. Saya pikir akan ada pemeriksaan lanjut, tapi rupanya tidak. Dalam hati, lalu apa fungsi benda macam gapura itu?
Di samping metal detector terdapat front desk. Beberapa mba-mba dan seorang mas sekuriti ada di sana. Anda tentu tahu kebanyakan front desk bermeja agak tinggi. Anda harus melongok agak ke dalam untuk melihat ada orang tidak di sana. Dan kira-kira itu yang saya lakukan.
Bukan mendapat sambutan dan tawaran bantuan, pemandangan yang saya lihat adalah mba-mba yang sedang bermalas-malasan. Setelah saya tanya kemana saya harus berikan surat itu, baru mereka membuka mulut. Menjawabnya pun seperti malas-malasan.
“Oh, surat ke TU,” katanya tak beranjak dari tempat duduk. Mba sebelahnya terlihat tersenyum. Mungkin menertawakan diriku yang tak tahu apa –apa di sini. Ah, mungkin perasaan saja.
Dia kemudian meminta saya menukarkan KTP dengan sebuah kartu visitor sebagai akses masuk ke tempat pelayanan. Akhirnya, sampai juga saya di TU. Kali ini capek sudah saya merasa di kantor ini. Dari awal tak ada sambutan, tak ada bantuan, malah respon-respon yang kurang mengenakkan.
Dalam hati, bukannya lembaga ini mengelola sirkulasi penanaman modal di negara ini? Mengapa tak punya layanan yang baik? Mudah saja, bila anda ingin membangun rumah, maka siapapun yang akan memberikan bantuan modal tentu seharusnya disambut dengan baik.
Logika mana yang dipakai bila anda perlu modal lalu anda acuhkan orang yang datang dan sebentar lagi ingin membantu anda? Begitu heran saya dengan ‘pelayanan depan’ lembaga ini.
Sejenak saya berpikir, kalau negara ini ingin maju, tentu butuh investasi. Orang tentu banyak yang ingin berniat untuk investasi di dalam negeri ini, tapi kalau dari depan pelayanan sudah demikian, bagaimana ceritanya orang mau jatuh cinta pada negeri ini dan mau berinvestasi menanamkan modalnya?
Mungkin karena saya tidak memakai jas. Jadi tidak nampak berwibawa seperti bapak-bapak atau om om pejabat. Mungkin.
Kini di hadapan saya adalah bagian TU. Tak sepatah katapun keluar dari mulut bapak-bapak penjaga meja pelayanan TU ini. Ia hanya memandangi mukaku yang penasaran, apa yang harus saya lakukan.
“Mau apa mas?” nada dia datar.
“Saya membawa surat ini untuk Bapak kepala lembaga ini…” kataku. Kuserahkan padanya sebuah surat undangan kepada kepala lembaga ini untuk hadir dalam sebuah acara seminar. Atasanku sudah menghubungi beliau sebelumnya. Jadi ini hanya surat formalitas, kira-kira begitu.
“Ada tanda terima? Mana?” katanya masih datar, seperti mengejar supaya urusan dirinya dengan saya segera selesai. Kuserahkan selembar tanda terima. Ia cap dan tanda tangani.
“Terima kasih Pak…” Ucapku ramah. Ia hanya mengangguk, tak tersenyum dan mempersilahkan saya minggir. Ada urusan lain, itu kodenya.
Batinku, pantas tak banyak orang mau investasi di negeri ini. Tak perlu di jelaskan lagi. Apa pemerintah ini mau buat negaranya maju? Rasanya belum mau.
Wah jadi hot thread pada akhirnya. Ada banyak komen yang ane lihat setuju dan ada yang kurang setuju. Yang kurang setuju, ga apa-apa gan. Ini ane curhatan pengalaman ane di instansi itu. Tapi perasaan memang kebanyakan begitu. Ane udah ngerasain ke beberapa instansi pemerintah. Cuma kemren itu kaget aja, ane kirain itu lembaga yang urusin penanaman modal bakal lebih baik, eh sama aja. Dari komeng-komengnya, ane lihat sepertinya banyak yang mengalami perlakuan yang sama, jadi ayolah kita buka ini semua biar, yang perlu keluar kandang keluar aja ga apa-apa keluarin cerita dan pengalamannya.
Bagi komengers yang ga setuju, agan-agan ada benarnya. Ane yakin gak semua lembaga atau instansi pemerintah begitu. Memang ga bisa dijeneralisir. Tapi intinya semua ingin sesuatu hal yang lebih baik di negeri ini. Itu aja.
Berikut highlight komeng-komengnya:
Komen paling 'aneh bin berani'
Quote:
Original Posted By bebek.tempurz►Yg sabar gan,
Mungkin kalo ana diposisi agan ana ajak tuh si sukuriti dan mbak" nya tarung.
Kenapa gak agan bilang aja sm mreka bgni :
*jangan pancing kesaktian ku*
Komen-komen tentang 'harapan itu masih ada'
Quote:
Original Posted By n17r0g3n►Njirrr
kita di dinas pendidikan kota malang engga gitu -_-
kita udah terbiasa ramah -_-
jangan semua disamain dong bray
tidak semua kantor pemerintahan itu seperti itu pelayanannya,,,
karena ane juga kerja dikantor pemerintahan tapi selalu menjaga pelayanan terbaik kepada masyarakat...
Komen-komen tentang 'harapan itu masih ada BANGET''
Quote:
Original Posted By dhzz►Ane minggu lalu bikin SIM internasional pak petugas dan pak polisi yg di resepsionisnya ramah banget gan. Prosesnya juga cepet sesuai prosedur.
Two thumbs up lah buat pak polkisnya.
Komen tentang 'outsourching problem' [Tapi ini perlu ditambahi info: Soal outsource, di kampus ane dulu banyak pegawai outsource. Mereka bahkan punya standar excellent service. Ya emang ga semua akhirnya bisa ngelakuin itu (ane maklum karena beberapa hal), tapi ane bisa bilang pegawai yang outsource ga kalah ramah sama yang udah tetap (termasuk PNS)]
Quote:
Original Posted By nightstar2013►biasanya yang jadi satpam atau front desk itu outsorching gan, kalo ditempat ane sih ramah kok..ya gak bisa di generalisir lah yah.. moga gak kapok urusan sama pemerintah ya
Komen tentang 'penyakit lama' (kenapa ga sembuh-sembuh sih)
Quote:
Original Posted By tedyyadi►Ini namanya mental turun temurun biasanya gan. .
Alasannya :
yg jd staff kantornx biasanya anunx pimpinan kantorx (bsa jd sodara,sahabat dekat dan sejenisnxa .
fenomena.
akibatnx mental n sdm di nomer 100kan.
Bukti nyata !
Komen tentang 'perbandingan nyata' (pemerintah, plisss care dong masalah mudah seperti ini)
Quote:
Original Posted By stg44carbine►indonesia memang begitu gan
rata" pegawai pemerintahan kadang kalah ama perusahaan swasta
contoh :
pert*mina vs Sh*el
isi bbm nonsubsidi malah dibiarin nunggu, ga ada senyuman .malahan pas isi bbm ane ngomong full dia malah cuman 25rb
mass full ,kok segini
nggak ada kembalian!!! dgn nada tinggi
biasa aja dong!! (ane ikut marah) terus ane ngacir
sh*ll
selamat pagi mas mau isi yg mana?
v power nya mbak
ohh mas tlng turun dari motornya soalnya ini prosedur kami
corr diisi tangki motor ane dgn pass +dapet nota dan +senyuman
oke terima kasih mbak
dapet cola" lagi karena ane isi pas ada event sama stiker
tuhh perbandingannya jauh kan
Komen tentang 'analisis mendalam'
Quote:
Original Posted By lek►ane perhatiin ya gan, bedanya front desk pemerintahan sama front desk swasta itu ada di brief nya.. kalau di swasta itu kecapakan pelayanan itu udah jadi standar..
jadi selalu ada penekanan di bagian "welcome & service attitude". beda ama di pemerintahan. kalo ga pake baju bagus, yaudeh bakalan dicuekin. dikira dari panti asuhan yg mau minta sumbangan..
tau ga alesannya knp mereka ga fokus sama quality control dari SDMnya??
karena mereka itu punya pemerintah atau PERUSAHAAN ANTI BANGKRUT! (setidaknya itu mayoritas persepsi dari karyawan)
beda kalo swasta, galak dikit, masuk surat pembaca, repotnya sampe mampus deh..
Komen tentang 'curhat juga' (tapi agan juga sih ga ikut aturan dulu, tapi eniwei urusan sama itu lembaga emang susahhhh)
Quote:
Original Posted By l3akjo9et►Agak OOT ane nih gan, kejadian barusan aja, jadi ane kemaren ketilang di depan mall pondok gede, kondisi ane ga makr helm, ga ada spion sama plat, stnk ane d check, ane damai ditempat, stnk ane dibalikin, hari ini ane baru sadar klo stnk ane ketuker, ane baru bisa balik kampus jam 8 malem (barusan) ane ke pos kemaren ane ketilang, sepi! Akhirnya ane inisiatif buat kekantor polisi, ane sampe, ga ada satupun polisi yg nanya apa keperluan ane, ane diem aja dengan tampang bego ane coba tanya polisi, "pak misi pak, saya mau nanya gimana ngurus stnk yg ketuker ya pak" tau responnya? Dia cuma nunjuk ke dalen kantor ga ngomonf apa2 sambil acuh tak acuh ke ane! Miris! Begitu ane mau masuk, diteriakin sama kerumunan polisi, ngapain mas? Dengan nada bentak, ane jelasin maksud kedatengan ane, trus dibilang bukan disitu ngurusnya ( tanpa memberikan keterangan dimana ane harus ngurus stnk ini) ane udah hopeless banget, akhirnya ane nanya tukang parkir , baru ditunjukin harus kemana kemana kemana, Apakah karna suatu jabatan? Menghilangkan rasa kemanusiaan kah? Masa norma kesopanan seorang polisi kalah sama tukang parkir? Skrg pun ane cuma bisa nahan ketawa klo mikirin kejadian tadi, pejwan gan, makasih
Komen tentang 'langkah yang tepat yang harus kita lakukan'
Quote:
Original Posted By cokak►
up
Langkah yg paling benar adukan ke ombudsman gan... sudah banyak kok aduhan Dari masyarakat yang di proses...
Gunakan peran aktiv kita( masyarakat) untuk ikut mengawasi dan membangun pemerintahan yg lebih baik
Sabar gan wong yg sesama aparat pemerintahan ajahh kadang juga ga dilayani dengan senyum kok...