- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
"Adolf Hitler meninggal di Surabaya"


TS
lecek321
"Adolf Hitler meninggal di Surabaya"
Quote:
Quote:

semoga saja gak
dan kalo repost ane minta maaf gan
maaf kalo misalnya thread ane berantakan maklum gan masih newbie dan ini thread ke dua ane

maaf kalo misalnya thread ane berantakan maklum gan masih newbie dan ini thread ke dua ane


Sindonews.com - Penemuan bangkai
kapal selam Nazi Jerman tipe
Unterseeboot atau U-Boat di Karimun
Jawa, Selasa (19/11/2013) belum lama
ini mengejutkan banyak pihak.
Pasalnya, kapal sisa perang dunia ke-2
itu ditemukan lengkap dengan
banyaknya kerangka dan tulang
belulang para awaknya.
Spekulasi yang menyebutkan teori
konspirasi Adolf Hitler meninggal di
Indonesia-pun kembali mencuat.
Benarkah kapal tersebut tenggelam
setelah mengantarkan Hitler ke
Indonesia dalam pelariannya?
Sebelumnya, pimpinan Partai Nazi
berjuluk Fuhrer, itu diyakini tewas
bunuh diri dengan cara menembakkan
diri pada tanggal 30 April 1945 di
sebuah bunker di Berlin. Aksi itu
dilakukannya setelah Uni Soviet
berhasil menduduki Jerman. Begitulah
kisah resmi yang dipercayai para
sejarawan.
Namun, berita itu disangkal laman Daily
Telegraph, Senin 28 September 2009,
dalam Program History Channel
Documentary Amerika Serikat. Daily
Telegraph menyebut, jika tengkorak
Hitler yang disimpan Rusia bukan milik
sang Fuhrer. Melainkan, tengkorak
milik perempuan berusia di bawah 40
tahun.
Program Discovery itu sedianya akan
memperkuat teori bahwa Hitler tidak
bunuh diri pada 1945 seperti yang
dipercaya selama ini.
Berbagai teori kematian sang diktator
itu-pun muncul seiring pemberitaan
Daily Telegraph. Banyak sejarawan
yang meyakini Hitler meninggal di
Argentina, Brazil, Amerika Selatan,
bahkan Indonesia.
Namun, dalam tulisan ini, SINDOnews
tidak mengulas teori konspirasi
kematian Hitler di negara lain, namun,
kami akan mengulas teori konspirasi
kematian Hitler di Indonesia.
Sang Fuhrer meninggal di Surabaya
Di Indonesia, beredar sebuah informasi
yang menyatakan Hitler tidak tewas
pada tahun 1945. Ia berhasil melarikan
diri ke Indonesia dan menjadi seorang
dokter di Sumbawa Besar.
Hal itu mencuat setelah temuan buku
tua yang ditulis dengan menggunakan
bahasa steno Jerman kuno.
Sebenarnya buku tersebut tanpa judul,
sehingga muncul beberapa istilah untuk
menyebutnya, di antaranya
'Brandenburg Codex'.
Buku itu berisi catatan penyelamatan
sang Fuhrer dari Berlin hingga
kemungkinan terakhir adalah Surabaya.
Buku itu diperkuat lagi dengan catatan
pribadi Dokter Poch, seorang dokter
berkewarganegaraan Jerman di
Sumbawa yang diyakini sebagai Adolf
Hitler yang sesungguhnya.
Dalam catatan Poch, dia dan istrinya
menghindari pengejaran sekutu
meninggalkan Roma, sama persis dari
buku tua itu, bahwa kode tersebut
adalah F B S G J B S R. Yakni F yang
berarti Fuhrer (sang pemimpin),
kemudian B (Berlin), S (Salzburg), G
(Graz), J (Jugoslavia), B (Belgrade), S
(Sarajevo), R (Rome), sebelum akhirnya
ke Sumbawa Besar.
Dokter Poch sendiri diidentifikasi
sebagai Hitler yang sesungguhnya oleh
seorang dokter lulusan Universitas
Indonesia (UI), dr Sosrohusodo, yang
bertugas di rumah sakit di Sumbawa.
Dr Sosrohusodo bahkan menulis
pengalamannya tersebut pada sebuah
artikel di Harian Pikiran Rakyat sekira
tahun 1983.
Dalam tulisan artikel tersebut, dr
Sosrohusodo menyebutkan jika dirinya
bertemu dengan seorang dokter tua
asal Jerman bernama Poch di
Sumbawa pada tahun 1960.
Dia mengatakan, jika dokter tua asal
Jerman yang ditemui dan diajaknya
bicara adalah Hitler di masa tuanya.
Bukti-bukti yang diajukan
Sosrohusodo, yakni dokter tersebut
tak bisa berjalan normal, dan selalu
menyeret kaki kirinya ketika berjalan.
Tak hanya itu, ia menyebut jika tangan
kiri dokter Jerman itu selalu bergetar.
"Dokter Poch berkepala gundul dan
juga punya kumis vertikal mirip Charlie
Chaplin. Saat bertemu dengannya di
tahun 1960, orang itu berusia 71
tahun," tulis dr Sosrohusodo.
Menurut Sosrohusodo, dokter asal
Jerman yang dia temui sangat
misterius. Dia tidak punya lisensi untuk
menjadi dokter. Bahkan, dia sama
sekali tak punya keahlian tentang
kesehatan.
Keyakinan Sosro, bahwa dia bertemu
Hitler dan Eva Braun, membuatnya
makin tertarik membaca buku dan
artikel soal Hitler. Kata dia, setiap
melihat foto Hitler di masa jayanya, dia
makin yakin bahwa Poch, dokter tua
asal Jerman yang dia temui adalah
Hitler.
Keyakinannya bertambah saat seorang
keponakannya, memberinya buku
biografi Adolf Hitler karangan Heinz
Linge yang diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia oleh Try Budi Satria.
Dalam halaman 59 artikel itu
diceritakan kondisi fisik Hitler di masa
tua.
"Sejumlah orang Jerman tahu Hitler
menyeret kakinya saat berjalan,
penglihatannya makin kabur,
rambutnya tak lagi tumbuh. Kala
perang makin berkecamuk dan Jerman
terus dipukul kalah, Hitler menderita
kelainan syaraf," sebut dr
Sosrohusodo.
Sosro pun mengaku masih ingat betul
beberapa percakapannya dengan Poch
yang diduga adalah Hitler. Dalam
setiap kesempatan, Poch selalu
memuji-muji Hitler. Dia juga
mengatakan tak ada pembunuhan di
Auschwitz, kamp konsentrasi yang
diyakini sebagai lokasi pembantaian
orang-orang Yahudi.
"Saat saya bertanya soal kematian
Hitler, dia mengatakan tak tahu.
Sebab, saat itu situasi di Berlin dalam
keadaan chaos. Semua orang berusaha
menyelamatkan diri masing-masing,"
kata Sosrohusodo.
Iapun mengaku pernah memeriksa
tangan kiri Poch yang selalu bergetar.
Saat menanyakan kapan gejala ini
mulai terjadi, Poch lalu bertanya pada
istrinya. Istrinya pun menjawab, "ini
terjadi ketika Jerman kalah di
pertempuran dekat Moskow. Saat itu
Goebbels mengatakan padamu bahwa
kau memukuli meja berkali-kali."
Goebbels yang disebut istri Poch
diduga adalah Joseph Goebbe, menteri
propaganda Jerman yang dikenal loyal
dengan Hilter. Kata Sosro, istri Poch,
yang diduga Eva Braun, beberapa kali
memanggil suaminya 'Dolf', yang
diduga kependekan dari Adolf Hitler.
Beberapa tahun kemudian, ia
penasaran dengan kondisi dr Poch. Dr
Sosro pun kemudian menghubungi
pemerintah setempat. “Semakin saya
ditentang, akan semakin keras saya
bekerja untuk menemukan bukti-bukti
lain,” kata lelaki yang lahir pada tahun
1929 di Gundih, Jawa Tengah itu.
Dari informasi itu diketahui, Poch
akhirnya meninggal pada 15 Januari
1970 pukul 19.30 di Rumah Sakit
Karang Menjangan Surabaya karena
serangan jantung, dalam usia 81 tahun.
Dia dimakamkan sehari kemudian di
daerah Ngagel. Sementara istrinya
terlebih dulu pulang ke negaranya
Jerman karena tak cocok dengan
udara di Sumbawa.
Menurut penuturan Sosrohusodo, Poch
menikah lagi dengan Sulaesih, wanita
Sunda asal Bandung yang mengembara
ke Sumbawa. Saat sang istri hendak
kembali ke Jerman, ia menitipkan dr
Poch kepada Sulaesih. Tak lama
kemudian, kedua insan yang terpaut
usia jauh inipun menikah.
"Sulaesih akhirnya memberi semua
dokumen milik suaminya kepada saya,
termasuk foto perkimpoian, surat izin
mengemudi lengkap dengan sidik jari
Poch," ungkap Sosro setelah menemui
Sulaesih.
Ada juga buku catatan berisi nama-
nama orang Jerman yang tinggal di
beberapa negara, seperti Argentina,
Italia, Pakistan, Afrika Selatan, dan
Tibet. Juga beberapa tulisan tangan
steno dalan bahasa Jerman Buku
catatan Poch berisi dua kode, J.R.
KepaD No.35637 dan 35638, kode
simbol lelaki dan perempuan.
"Ada kemungkinan buku catatan
dimiliki dua orang, Hitler dan Eva
Braun," kata Sosro.
Teori dr Sosrohusodo pun mendapat
perhatian cukup luas di media lokal.
Bahkan, teori ini menginspirasi Peter
Levenda, penulis Amerika Serikat,
untuk menulis sebuah buku mengenai
teori ini pada tahun 2012 yang secara
efektif membuat klaim dr Sosrohusodo
menjadi cukup terkenal di barat.
Mengapa Hitler melarikan diri ke
Indonesia?
Menurut seorang penulis buku 'Hitler
Mati di Indonesia', Ir KGPH Soeryo
Goeritno, banyak pertimbangan
mengapa Hitler memilih Indonesia
sebagai tempat pelariannya.
Soeryo menjelaskan, kebanyakan
bekas tentara Nazi pindah dan kabur
ke negara-negara di daerah Amerika
Selatan seperti Brasil dan Argentina.
"Hitler sudah tahu masalah itu, oleh
karenanya ia tak mau ke Amerika
Selatan karena pasti ditemukan oleh
tentara dan intelijen AS serta intelijen
negara-negara musuhnya," sebut
Soeryo.
Menurut Soeryo, Hitler memilih
melarikan diri ke Indonesia lantaran
memiliki hubungan baik dengan
Soekarno. Ia tahu, jika Soekarno
merupakan sosok yang tak menyukai
imperialisme yang dipelopori Inggris
dan Amerika Serikat.
Tak hanya alasan itu saja mengapa
Hitler menimbang jika Indonesia
merupakan tempat yang cocok untuk
pelariannya. Soeryo mengatakan,
Indonesia disebut sebagai 'Atlantis
yang hilang' oleh Prof Arysio Santos
(Pakar Fisika Nuklir dan Geolog Brazil).
"Legenda Atlantis lekat dengan agama
Nazi, oleh sebab itu sejak lama Hitler
mencarinya. Bahkan tentara Nazi
mencari Atlantis hingga ke kutub
selatan," jelasnya.
(Sumber: Daily Telegraph; Harian
Pikiran Rakyat; Buku 'Hitler Mati di
Indonesia' )
bila berkenan lempar


terima kasih gan udah mampir









































Diubah oleh lecek321 21-03-2014 10:39
0
5.2K
Kutip
36
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan