Masalah Katalunya & Spanyol sudah berlangsung lama, dan berujung memanas saat masa pemerintahan Jenderal Franco dimana rakyat Katalan sangat ditekan.
Kisahnya diawali pada tahun 1930-an. Seorang jenderal berhaluan fasis bernama Francisco Franco yang dibantu rezim fasis Italia berhasil merebut kekuasaan dari kaum Republikan yang disokong Uni Soviet. Bersama tentara yang terdiri dari orang-orang desa, mereka berani melawan kaum borjouis yang memiliki senjata lengkap.
Jenderal Franco berkuasa di Spanyol hingga wafatnya pada 20 November 1975. Sebelumnya ia berwasiat agar pemerintahan Spanyol dikembalikan kepada keluarga kerajaan di ibukota Madrid. Namun para veteran perang saudara itu menolak untuk mengembalikan kekuasaan kepada para bangsawan Madrid. Karena takut ditangkap oleh kerajaan, mereka pun lari ke wilayah Catalan.
Jenderal Franco saat itu mencium adanya bibit-bibit pemberontakan yang dilakukan oleh dua suku bangsa yang bermukim di provinsi Catalan, yakni suku Catalan dan Basque. Ia menganggap penduduk Catalan adalah "bughat", kaum pembangkang terhadap kerajaan. Franco kemudian mengeluarkan larangan pengibaran bendera dan penggunaan bahasa provinsi Catalan.

Di negara adidaya dengan teknologi dan sumber daya alam maupun manusia yang tinggi pun ternyata masih ada golongan2 yang kecewa dengan pemerintah pusat. Sebagai contoh adalah orang-orang Texas.
Texas pada awalnya adalah suatu negara mandiri setelah merdeka dari Mexico pada 1836, dan akhirnya bergabung menjadi negara bagian Amerika Serikat pada tahun 1845.
Danny Miller, presiden dari Gerakan Nasional Texas memberikan alasan mengapa Texas ingin sekali lepas dari Amerika Serikat yaitu, Texas ingin memerintah diri sendiri tanpa harus pergi beribu-ribu mil jauhnya hanya untuk meminta ijin (pemerintah pusat). Selain itu Texas ingin melindungi politik, budaya, dan identitas sendiri.

Siapa yang sangka? Okinawa yang masih menjadi bagian dari Jepang, yang notabene, sebagai negara dengan teknologi terdepan ingin memisahkan diri dari Jepang?
Okinawa adalah sebuah pulau yang menjadi saksi bisu sejarah kelam Perang Dunia ke-2 yang dikenal dengan nama Perang Pasifik. Dalam perang ini diklaim telah menewaskan 240.000 orang termasuk pasukan AS dan penduduk sipil.
Secara kuantitas, massa dalam gerakan Okinawa Merdeka tidak sebanyak Skotlandia tapi didasari oleh kekecewaan masyarakat Okinawa terhadap keputusan dari Tokyo, yaitu mendorong pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa.
Gerakan Okinawa ini, mulai menjamur terutama karena terinspirasi dari gerakan Skotlandia yang menginginkan referendum dari UK, bahkan Okinawa telah mengirimkan delegasi untuk mempelajari dan mencari inspirasi yang diharapkan dapat membuat daerah selatan Pulau Jepang merdeka sepenuhnya.

Hampir sama dengan Katalunya, Basque adalah salah satu provinsi di Spanyol dan termasuk suatu wilayah Prancis. Khususnya pada masa Jenderal Franco berkuasa bersama dengan bangsa Katalan, bangsa Basque dicap sebagai pemberontak oleh Jenderal Franco.
Semula, nasionalis Basque -- lewat organisasi bersenjata Euskadi Ta Askatasuna (ETA) -- menempuh perjuangan berenjata. Mereka melancarkan serangan teror di kota-kota di Spanyol.

Tahun 2011, ETA Basque mengumumkan gencatan senjata permanen dengan pemerintah Spanyol. Korban tewas akibat ulah teror ETA mencapai lebih dari 1.000.
Basque terletak di barat daya Spanyol, berbatasan dengan Spanyol. Dibanding Katalan, Basque tidak ingin tergesa-gesar merdeka. Partai Nasionalis Basque lebih suka berunding dengan Madrid untuk mendapatkan otonomi yang lebih luas.
Namun, poster-poster di Oiartzun, Bilbao, dan kota-kota orang Basque -- yang berisi keinginan merdeka -- bermunculan dalam beberapa hari terakhir. Inigo Urkullu, perdana menteri regional Basque, mengatakan pihaknya mendukung Skotlandia memisahkan diri.
Referendum Skotlandia, katanya, akan menjadi model perjuangan Basque menjadi negara merdeka.

Salah satu persoalan yang cukup mendasar adalah bagi rakyat Papua keinginan memisahkan diri itu dianggap sebagai pilihan yang jauh lebih baik. Penyebabnya menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) selama 50 tahun terakhir ini, tidak membuat kehidupan masyarakat Papua di pulau nan kaya itu, lebih baik dan sejahtera. Marginalisasi terhadap Papua dan masyarakatnya jauh lebih menonjol dibanding usaha-usaha memperbaikan kehidupan lebih sejahtera.

Untuk kasus yang satu ini, mari kita berdo’a baik pemerintah pusat dan masyarakat Papua mau berdialog dan berubah, memperbaiki yang salah dan terus mengembangkan apa yang dianggap benar.

Gap atau kesenjangan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi antara wilayah Kalimantan Sabah dan Sarawak dengan Semenanjung Malaya semakin lebar dan menajam. Wilayah Sabah dan Sarawak tidak mengikuti pertumbuhan dan perkembangan sebagaimana di Semenanjung Malaya. Oleh sebab itu sudah sepantasnya Sabah Liberation Army (SLA) datang dan diterima oleh masyarakat di Sabah sebagai saudara yang akan membebaskan penderitaan rakyat Sabah di bawah pendudukan pemerintah colonial Malaysia.
Sementara itu, rakyat Sabah dan Sarawak selama ini yang dikenal dekat dengan saudara-saudara mereka di perbatasan dan sepadan kedua wilayah Sabah dan Sarawak dengan Indonesia juga merasa tidak nyaman oleh segala permusuhan yang ditunjukkan oleh kerajaan Kuala lumpur terhadap kerajaan Indonesia. Rakyat Malaysia di Sabah dan Sarawak tidak mendukung sama sekali sikap permusuhan dan perebutan Sipadan-Ligitan yang dilakukan oleh kerajaan Kuala Lumpur. Klaim Malaysia atas Sipadan dan Ligitan dan juga Ambalat telah memicu permusuhan antar warga di perbatasan Sabah dan Sarawak dengan Indonesia.
Kasus ini, alasannya (1). Pemerintah Malaysia timpang dalam meratakan pembangunan antara Semenanjung Malaya (Sumatera) dengan di Kalimantan (Borneo) dan (2). Pemilik dari Sabah & Sarawak, yaitu Kesultanan Sulu tidak pernah merasa menjadi bagian dari Malaysia, karena mereka lebih dekat dengan orang2 Indonesia (perbatasan Kalimantan) dan Bangsamoro (Filipina)