Kaskus

Hobby

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

siagaindonesiaAvatar border
TS
siagaindonesia
Hebatnya Ilmu Lembu Petheng Pak Harto
Ts mau kasih cerita sebelum tidur nih gan..
Dijamin ANTI emoticon-Repost

Suharto adalah anak petani yang secara politik bisa mengalahkan Sudarsono, DN Aidit, Sukarno, Hatta, Nasution dan seluruh orang besar di negeri ini yang mustahil dikalahkan. Sebab, dia merupakan sosok Lembu Petheng. Secara politik, Suharto hanya dikalahkan oleh umurnya sendiri.

Hebatnya Ilmu Lembu Petheng Pak Harto


Saat itu Minggu Wage, 27 Januari 2008. Jarum jam menunjuk ke angka 15.30. Bersamaan dengan terdengarnya suara Azan Asar sayup-sayup dari kejauhan. Suasana Astana Giribangun saat itu sangat tidauh, tidak sinar matahari. Uniknya seperti tidak ada awan, juga tiada tanda gerimis bakal jatuh.

Sejumlah orang berkumpul, mengelilingi sebidang petak tanah makam yang siap digali. Mereka melakukan upacara Bedah Bumi, tujuannya agar penggalian berjalan lancar dan selamat. Yang memimpin Begug Purnomosidi.

Hebatnya Ilmu Lembu Petheng Pak Harto



Lalu, linggis dihujamkan ke tanah. Tak ada apapun yang terjadi. Begitu pula yang ke dua. Namun, kejadian yang membuat merinding bulu kuduk terjadi saat linggis mengoyak tanah untuk kali ketiganya.

“Tiba-tiba, duar! Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami,” kata Sukirno, juru kunci makam keluarga Soeharto di Astana Giribangun, menceritakan pengalamannya menggali makam Soeharto.

Para penggali makam dan orang-orang di sekitarnya sontak kaget. Mereka berpandangan. Bingung. Mencoba mereka-reka dari mana asal suara menggelegar itu.

Hebatnya Ilmu Lembu Petheng Pak Harto

“Bukan bunyi petir, lebih mirip suara bom besar meledak di atas cungkup Astana Giribangun,” kata Sukirno.

Namun, anehnya, tak ada yang porak poranda, tak ada yang benda yang bergeser karena suara ledakan itu. Terbesit di pikiran, mungkin itu suara gaib. Ada juga yang berpikiran itu adalah ilmu Lembu Petheng Suharto.

Semua yang ada di tempat itu terdiam, terpaku. Lalu, suara Begug memecah keheningan. “Bumi mengisyaratkan penerimaan terhadap jenazah beliau,” tutur Sukirno.

Memang, jika Negara ini menjadi negara besar, Indonesia harus memiliki pemimpin yang memiliki ilmu Lembu Petheng. Lembu Petheng sebenarnya bukan ilmu, tetapi sekedar perumpamaan terhadap sosok pemimpin yang tak jelas siapa bapak kandungnya. Seperti Ken Arok dan Pak Harto yang tak jelas siapa bapaknya.

Meski demikian, orang-orang yang masuk dalam kategori Lembu Petheng, biasanya memiliki kekuatan yang tiada batas. Lembu Petheng kemudian dianalogikan sebagaian orang sebagai sebuah ilmu atau kekuatan. Sebab, mereka-mereka yang masuk golongan Lembu Petheng–seperti Ken Arok dan Pak Harto, biasanya akan memiliki kekuatan (ilmu) yang besar. Sebab, orang-orang Lembu Petheng tidak punya rasa minder terhadap masa lalu. Itulah yang dikatakan budayawan Sudjiwo Tedjo.

Sejarah Jawa adalah sejarah suksesi, sejarah kudeta dan sejarah berdarah-darah dalam merebut tahta kekuasaan. Banyak tokoh yang kemudian muncul tiba-tiba dalam panggung sejarah, tanpa masa lalu, dan tanpa beban silsilah. Ia kemudian mengklaim sebagai anak para Dewa, anak Para Raja, dan dengan begitu mereka menggenggam mitos.

Suharto adalah manusia paling kontroversial di Indonesia. Nilai kontroversinya jauh melebihi Sukarno. Bila Bung Karno dikenal dunia karena ulahnya yang begitu mencengangkan dan sering bikin kejutan, maka Suharto lebih pada nilai misteriusnya. Misteri Suharto adalah kekuasaan yang begitu besar, dan itu dibangun dengan cara yang mungkin orang akan juga tercengang yaitu sikap: Diam. Pendiam bagi Suharto bukan hanya watak tapi merupakan latihan menahan diri yang ekstrem.

Yah, dengan ilmu Lembu Petheng itulah, Suharto bisa memecahkan mitos buku suci Raja-raja Jawa. Ini juga yang tampaknya dipegang dalam konstelasi perpolitik nasional kita yang belum lepas dari kesejarahan mitos atas silsilah di masa lalu.

Naiknya Megawati dan SBY juga tak lepas dari mitos atas kerja orangtua mereka dimasa lalu. Sehingga silsilah menjadi begitu penting dalam kerja politik kita, penghancuran mitos ini belum reda sampai sekarang.

Mitologi silsilah inilah yang kemudian ditembak oleh Sudjiwo Tedjo dalam melihat kasus Suharto. Menurut Sudjiwo Tedjo, “Bagaimana mungkin seorang anak petani biasa membuat Sri Sultan Hamengkubuwono IX tertunduk dan menurut pada Pak Harto, bagaimana mungkin orang yang begitu Prabawa dan penuh kharisma seperti Bung Karno seperti gemetar ketakutan melihat Suharto, bahkan di akhir tahun 1966 dengan nada galau Sukarno berteriak tiga kali menyebut Suharto sebagai keadaan bahwa tak boleh ada yang merebut kursi Presiden,” katanya.

Yah, pada saat itu, Bung Karno menyebut nama Suharto tiga kali. “Tidak Juga engkau Suharto, Tidak Juga engkau Suharto, Tidak Juga engkau Suharto….” kata Bung Karno sambil tangannya menunjuk-nunjuk ke arah barisan para Jenderalnya. Ada apa dengan kekuatan Suharto?

Jelas Sukarno tidak akan takut dengan kekuatan militer Amerika Serikat, ia sudah terbiasa menghadapi teater perang besar. Bahkan di hadapan Dadong (nama panggilan Presiden Filipina-Macapagal), Sukarno menyatakan siap menghadapi perang sebesar apapun, dan itu memang sudah dilakukan Sukarno ketika ia meletuskan kata-kata Dwikora dan mengancam perang dengan Malaysia, sebuah pidato yang mirip pidato Franklin Delano Roosevelt.

Koran-koran besar Amerika menjuluki Sukarno sebagai ‘Tiran’ dengan kekuatan tanpa tanding yang mengancam dunia bebas. Tapi di sisi lain di negara-negara bekas jajahan dan negara tertindas, Sukarno dijuluki “Hadiah Tuhan untuk Kebebasan Bagi mereka Yang Tertindas”. Di sini Sukarno menunjukkan bukan saja orang nomor satu, tapi juga tokoh dunia.

Sementara Jenderal AH Nasution sendiri saat menunggui anaknya di RS Gatot Subroto yang sekarat tertembak pasukan penculik pimpinan Letkol Untung, menampik saran Adam Malik.

Saat itu Adam Malik berkata pada Nasution yang juga merupakan sepupunya sendiri “Nas, kau ambil itu kekuasaan Angkatan Darat, sekarang juga kau ke Kostrad, kau pegang sendiri militer”.

Tapi Nasution menolak dengan alasan bahwa “bagaimana mungkin aku meninggalkan anakku yang sekarat untuk urusan pekerjaan”.

Di sinilah kemudian Adam Malik kecewa, dan menganggap Nasution lemah. Tapi mungkin Adam Malik lupa, sepanjang sejarah karir militer Nasution, ia tak berani berhadapan head to head dengan Sukarno. Seperti yang diucapkan Nasution sendiri di Amerika Serikat dalam wawancara dengan jurnalis Amerika Serikat di awal tahun 1960-an.

“Saya tak mungkin berhadapan dengan Sukarno, dialah yang menyadarkan saya tentang arti kemerdekaan, sebelum saya tahu apa itu merdeka di masa saya sekolah dulu,” katanya.

Ini artinya, kekuatan Sukarno memang secara personal luar biasa, dan anehnya kekuatan Sukarno bisa lebur ditangan Jenderal yang sama sekali tak dikenal sebelumnya. Nama Jenderal itu pernah disebut-sebut di koran-koran sepanjang konflik politik yang panas pada paruh pertama 1960-an.

Namanya hanya muncul sekilas saat pemakaman Jenderal Gatot Subroto dan saat ia diangkat jadi Panglima Mandala dalam Perang Perebutan Irian Barat. Itupun kemudian namanya tenggelam oleh Subandrio, Menteri Luar Negeri yang memiliki kelihaian diplomasi dengan mencari celah dukungan Inggris dan Amerika Serikat dalam menendang Belanda keluar dari Irian Barat. Yah, dialah Suharto.

Tidak Jelas Asal-usulnya

Suharto lahir dari situasi yang tak jelas. Pernyataan ini bukan hanya lahir dari majalah-majalah gosip yang banyak bermunculan di tahun 1970-an soal asal usul Suharto, tetapi juga dari buku-buku yang berbobot ilmiah tinggi seperti buku Robert Edward Elson, seorang Profesor dari University of Queensland, Australia yang secara serius meriset Suharto.

Disebutkan, bahwa asal usul Suharto menjadi bagian paling rumit untuk mendefinisikan kepribadian dan posisi psikologis Suharto di masa mendatang. Elson Elson menyajikan riset atas konfigurasi keluarga Suharto yang rumit, mengenaskan serta tidak jelasnya siapa ayah kandung Suharto. Ayah kandung Suharto yang tak jelas ini kemudian berpengaruh atas kepribadian Suharto yang pendiam, menganalisa masalah, mempertimbangkan keadaan serta hati-hati dan kepribadian ini menjadi modal dalam keberhasilan hidupnya. Bahkan ketika memimpin negeri ini, Suharto tidak memiliki rasa minder terhadap masa lalu.

Suharto lahir 8 Juni 1921, angka ini juga masih diperdebatkan banyak orang. Namun Suharto sendiri meredakan perdebatan ini dan ia secara gamblang menyatakan tanggal lahirnya adalah 8 Juli 1921.

Suharto dilahirkan dari seorang ibu yang galau, yang stress dan sedang prihatin. Ada juga yang menyebutkan bahwa asal usul Suharto, yakni dua tahun setelah kelahirannya orangtua mereka bercerai, tapi Elson lebih ganas lagi menyebutkan waktunya: Orangtua Suharto bercerai empat minggu setelah kelahiran Suharto.

Sukirah–ibu Suharto–mengalami kondisi stress. Ia dikabarkan hilang dan ternyata sedang ‘ngebleng’ puasa tanpa makan dan minum. Ia merasa membawa beban hidup yang amat berat. Bagi kalangan Jawa yang mengerti ilmu kebatinan, jelas Sukirah mengalami beban psikologi luar biasa karena ia mengandung ‘Seorang Raja di Masa Depan’. Penduduk kampung mencari-cari Sukirah, yang kemudian ditemukan dalam keadaan hampir mati karena kurang makan dan minum.



0
20.8K
37
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan