Kaskus

Entertainment

bukupedia01Avatar border
TS
bukupedia01
[REVIEW] Rectoverso by Dewi "Dee" Lestari


[REVIEW] Rectoverso by Dewi "Dee" Lestari


"….cinta adalah aku, cinta adalah engkau, cinta adalah dia, dan cinta tak pernah mati. Sekalipun jasadku sudah."- Rectoverso, Dewi "Dee" Lestari


REVIEW:
“ Ada sensasi baru! Saya nikmati benar sensasinya, karena pada saat yang bersamaan mata saya- yang membaca bukunya, dan kuping saya- yang mendengar albumnya, berkolaborasi dengan manisnya untuk mengenyangkan lapar dan haus saya akan karya Dee.” – Titi Dj, tentang Recto Verso
Rectoverso adalah salah satu karya terbaru Dewi Lestari, penulis novel Supernova yang fenomenal. Ini merupakan karya pertamanya dan sekaligus pertama di khazanah sastra Indonesia, yang merupakan hibrida atau gabungan dari musik dan sastra. Dewi Lestari menyajikan karya ini dalam CD musik yang diaransemen dengan orkestra gesek 34 orang, dengan kolaborasi berbagai pemusik seperti Arina Ephipania, vokalis band Mocca; Aqi, vokalis band Alexa; dan lainnya.

Karya ini bermula ketika dia hendak membuat suatu lagu yang dirasanya tidak cukup sehingga dia terinspirasi untuk membuat versi cerpen dari lagu tersebut. Pertemuannya dengan seorang teman di Warner Music Indonesia mendorongnya untuk memberikan keunikan tersendiri dalam musiknya, yaitu dengan menggunakan posisinya sebagai penulis sebagai kekuatan khas yang bisa membuat album terbarunya berbeda dengan karya-karya musikus lainnya. Dari sanalah dia tertarik untuk membuat karya gabungan antara musik dengan buku, dua hal yang menjadi saluran kreativitasnya.

Terdapat sebelas kisah di dalam buku ini. Sebelas digunakan karena angka 11: 11 mempresentasikan kehadiran alam spiritual yang bersanding dengan harmonis dengan alam material. Nama rectoverso pun digunakan karena konsep yang terkandung dalam nama ini tidak asing bagi Dewi, Rectoverso yang merupakan pengistilahan untuk dua hal yang yang seperti terpisah, namun sesunggguhnya satu kesatuan yang saling melengkapi. Satu nama yang pas dengan konsep ‘hibrida’ musik dan buku ini.

Baik buku maupun musiknya bisa dinikmati sebagai hal yang terpisah, namun juga bisa dinikmati sebagai satu kesatuan. Dan paket ini semakin lengkap dengan gambar foto dan ilustrasi yang mengiringi setiap cerpen dalam buku ini. Terdapat ilustrasi dengan arsiran pensil hitam-putih dan foto berwarna yang memberikan imaji visual yang bisa membangkitkan dan memperkuat visualisasi suasana dalam setiap kisah di buku ini. Jadi, tidak hanya mendengar lagunya, yang bisa ikut disenandungkan dengan liriknya yang puitis di awal setiap kisah, kita juga bisa membaca cerpennya, dan merenungkan ilustrasinya, untuk menghadirkan imajinasi dan perasaan yang disampaikan tiap kisah tersebut. Atau dengan menggunakan kata-kata slogan si penulis: dengarkan kisahnya, baca musiknya.

Semua kisah ini dihubungkan oleh benang merah satu tema universal, yaitu cinta. Kisah pertama, Curhat buat Sahabat bercerita tentang seseorang yang mengundang temannya untuk makan malam bersama dan mendengarkan curhatnya. Dia mengatakan bahwa dirinya telah menjadi baru, bahwa kisah cintanya telah usai….dan dia tersadar bahwa dirinya tidak butuh orang yang perlu dikejar-kejar melainkan hanya seorang teman dekat yang hadir di saat dia membutuhkannya. Serta membawakannya satu gelas air putih ketika dia sakit.
Kisah kedua, Malaikat Juga Tahu menceritakan tentang seorang ibu, anaknya yang paling tua dan autis, seorang perempuan yang menjadi pujaan hati anak tertua Ibu itu, dan adik anak tersebut yang memacari perempuan pujaan hati kakaknya itu. Abang, anak Ibu tersebut yang autis, mempunyai hubungan persahabatan yang erat dengan seorang perempuan. Setiap malam Minggu mereka selalu berbaring di halaman rumah kos Ibu tersebut dan mengobrol bersama. Dimana keluh kesah si perempuan akan ditanggapi dengan lontaran daftar album Genesis, simfoni Beethoven, dan tangan yang bergerak-gerik seperti tangan konduktor. Persahabatan ini berlangsung sekian lama sampai perempuan dan adik Abang hendak menikah, meninggalkan rumah kos Ibu tersebut. Sang ibu pun meminta agar sang perempuan memikirkan lagi keputusan itu. “Dia mencintai bukan dengan hati. Tapi dengan seluruh jiwanya. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta tanpa pilihan. Seumur hidupnya.” “ Tapi… bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih saying sama saya. Tidak ada yang pernah tahu.”

Namun tak kau lihat/ Terkadang malaikat tak bersayap,/ tak cemerlang, tak rupawan,/ Namun kasih ini, silakan kau adu/ Malaikat juga tahu/ Siapa yang jadi juaranya/

Kisah ketiga, Selamat Ulang Tahun, bertutur tentang seorang penulis surat yang menanti temannya. Temannya ini selalu tepat waktu, gila prosesi, tak lelah menantang temannya untuk merayakan dan menghitung waktu hingga ke detik-detiknya. Namun anehnya, teman sang penulis ini melewatkan satu momen yang membuat si penulis berpikir apakah kiamat sudah dekat karena absurditas yang terjadi, yaitu keterlambatan si temannya ini. Tetapi si penulis terus menunggu, menanti dengan sabar kata-kata yang pasti akan diucapkan si temannya ini padanya: selamat ulang tahun.

Kisah keempat, Aku Ada, dituturkan dari seseorang atau sesuatu yang mengamati seseorang yang berjalan menyusuri pantai. Si pengamat ini terus memperhatikan orang tersebut, yang sangat berharga dan dicintainya.
Pesan ini akhirnya tiba. Saat pasir tempatmu berpijak ditelan ombak, akulah lautan yang memeluk pantaimu dengan erat. Akulah langit beragam warna yang mengasihimu lewat beragam cara. Engkau hanya perlu merasa dan biarkan alam berbicara….Engkau tersenyum bersama segenap jiwamu, karena hari ini kita sama-sama mengetahui satu rahasia: cinta adalah aku, cinta adalah engkau, cinta adalah dia, dan cinta tak pernah mati. Sekalipun jasadku sudah.
Di kisah kelima, si pencerita adalah seorang pengagum rahasia yang hanya mengamati orang yang dicintainya, yang hanya bisa mencintai sebatas punggungnya saja, tidak pernah bisa memilikinya. Kisah keenam, Peluk, adalah kisah yang menggambarkan perasaan seseorang yang akan meninggalkan kekasihnya setelah enam tahun berhubungan. Grow a Day Older, kisah ketujuh yang menawarkan kisah dengan gaya bahasa seperti novel populer, melukiskan hubungan persahabatan yang lebih dekat daripada persahabatan platonik antara dua orang yang sudah memiliki tunangan, dan si gadis dengan berat hati ingin mengakhiri hubungan manis yang tidak mungkin berlanjut lagi ini.

Cicak di Dinding adalah kisah kedelapan yang berbicara tentang seorang pelukis yang jatuh cinta dengan wanita yang akan menikah dengan sahabatnya. Sebagai hadiah perkimpoiannya, dia membuat lukisan yang juga menyiratkan perasaannya pada wanita itu. Firasat adalah sebuah tanda-tanda alam dan tubuh yang bisa menyadarkan kita akan suatu hal yang akan terjadi atau menimpa kita, baik yang membahagiakan maupun yang pahit. Hal ini pula yang didapat si tokoh utama dalam kisah kesembilan, Firasat. Perasaaan membuncah setelah penantian selama dua tahun berujung pada pertemuan. Apa yang kita rasakan saat hari pertemuan itu tiba? Apa yang akan kita lakukan untuk meluapkan rasa rindu yang membanjiri hati dan siap tumpah? Perasaan itulah yang akan kita alami saat membaca kisah kesepuluh, Tidur. Kemudian pada kisah kesebelas, Back to Heaven’s Light, kita bisa menyelami perasaan wanita yang ditinggal pergi suaminya. Wanita itu menghadapi hari pemakaman suaminya dengan ketenangan dan keanggunan luar biasa yang membuat keluarga, teman, dan orang-orang di pemakaman itu, termasuk si pencerita, terheran-heran.
Once in a dream, I saw you telling me/ That you’ve traveled in the dark/ Just to find that little spot/ How you settle for a light/ In the vastness of the night/ Then I saw some tears were coming from your eyes/ As you said you found your paradise/ And I began to ask you: why you have to cry?/ It’s a journey, you say, an illusion of a journey/ What’s left for me to do is to welcome you home/ Back to my heart, back to heaven’s light/ Back to my heart, and we’re never apart

Buku ini adalah buku kumpulan puisi dan cerpen yang membawakan tema cinta, dengan pembawaan dan jenis cinta yang berbeda-beda di setiap ceritanya. Walaupun bisa digolongkan sebagai karya sastra, bahasanya yang lebih sederhana dan ringan daripada karya sastra lainnya membuat kumpulan cerpen ini bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, tidak hanya penyuka sastra saja. Dalam merangkai antara satu cerpen dengan cerpen lainnya, si penulis selalu mengawalinya dengan lirik lagu yang merupakan lagu dari cerpen tersebut. Lirik itu seperti puisi yang bisa ikut kita senandungkan sambil membaca cerpen tersebut. Puisi itu bisa dinikmati sendiri terpisah dari cerpennya, bisa juga dianggap sebagai pendukung suasana atmosfir dalam membayangkan cerita itu.

Setiap cerpen mempunyai topik kisah cinta yang berbeda, yang melibatkan individu dengan hubungan cinta yang berlainan. Karena ceritanya lepas, kita bisa membacanya tidak berurutan. Isinya simpel, pesan dan kisah yang ingin disampaikan adalah kisah sederhana yang bisa terjadi di keseharian pembaca.

Namun kekuatan karya ini bukan pada karakternya, tetapi lebih kepada perasaan para tokoh yang dideskripsikan dengan detail dan penuh metafora, serta bahasa yang indah. Hampir semua tokohnya tidak mempunyai nama, namun karena tiap cerita terdiri dari dua sampai tiga tokoh saja, pembaca tidak kebingungan dalam mengidentifikasi tiap tokohnya. Dan karena ketiadaan nama itu, pembaca jadi bisa menempatkan dirinya dalam posisi tiap tokoh. Hal ini sangat sesuai karena cerita ini seperti kumpulan perasaan dan refleksi dari pengalaman si penulis sendiri yang diungkapkan dalam kisah-kisah yang bisa menggambarkan perasaannya saat itu. Karena isinya yang bervariasi, pembaca tidak bosan dalam membaca kesebelas kisah ini. Hampir semua cerita diceritakan dari sudut pandang si tokoh utama dengan sudut pandang ‘akuan’.

Dengan bahasa yang tidak rumit tapi tetap puitis dan mengalir, pembaca jadi terus ketagihan membacanya. Ada dua cerpen yang ditulis dalam bahasa Inggris, yaitu Grow a Day Older dan Back to Heaven’s Light. Meski dalam bahasa Inggris, penulis mampu membahasakan kisah, perkataan, penokohan, dan atmosfir suasana dalam cerita itu menjadi tetap sesuai dengan konteksnya, tetap mengalir, mampu merangkai tiap kata menjadi bermakna dan menawan pembaca, seperti kisah lainnya. Buku ini juga tersedia dalam hard cover dan soft cover dengan desain sampul lukisan berwarna hijau yang sederhana, namun tetap artistik, memperlihatkan kesederhanaan isi buku tersebut yang tetap tersajikan apik.

Setiap cerpen dibuka dengan judul yang ditulis dalam satu halaman tersendiri, dilanjutkan lirik lagu yang tertera di halaman belakangnya. Pembuka tiap judul cerpen itu disajikan dengan warna dan latar yang berwarna seperti buku bergambar yang menarik mata (eye-catching). Selain itu, ada kata-kata penutup seperti epilog yang ditulis di akhir cerpen yang hanya terdiri dari satu-dua kalimat memenuhi satu halaman, dan kadang diselingi foto atau ilustrasi. Hal ini membuat pembaca jadi teringat bahwa yang dibacanya ini adalah karya sastra, yang kadang memainkan tipografi, kadang satu halaman hanya terisi satu baris, kalimat, atau hanya satu-dua kata. Hal ini memang disengaja penulis untuk membuat suatu imaji visual yang menarik, artistik, dan untuk menyampaikan suatu makna tertentu.

Meski ada beberapa foto, ilustrasi yang sulit dihubungkan dengan isi cerita dan membuat pembaca berpikir sejenak untuk mengerti makna gambar-gambar tersebut, akan tetapi hal ini tidak mengganggu kenikmatan pembaca. Beberapa cerpen menggunakan bahasa yang sangat puitis dan diceritakan dari sudut pandang orang yang tidak jelas atau sulit dibayangkan, serta isinya tidak mempunyai alur yang jelas (hanya berupa pengamatan atau pemikiran yang filosofis nan mendalam). Hal-hal ini membuat pembaca menjadi sulit untuk mengerti isi cerpen tersebut. Namun seperti layaknya karya sastra lainnya, hal ini merupakan hal yang wajar dan sering ditemui di karya sastra lainnya.

Terlepas dari hal-hal tersebut, buku ini menghadirkan pengalaman baru dalam menikmati literatur. Semua panca indera dapat dimanjakan, mulai dari segi ilustrasi yang apik secara visual, musik yang indah untuk didengarkan, dan tentunya cerpen yang menggelitik pikiran dan menyentuh hati. Tidak usah berpikir terlalu keras dalam menyelami cerpen-cerpen ini, karena cerpen-cerpen ini mengajak kita untuk melihat, merasakan pengalaman dan rasa yang pernah dialami penulis dalam hidupnya, tentang cinta yang beragam rasa, serta spiritualitas dan imajinasi si penulis. Semuanya dituturkan secara abstrak dan mendetail sehingga kita pun bisa mendalaminya seolah-olah melalui mata dan hati si penulis juga. Dengan segala kelebihan dan kelemahannya, buku ini adalah satu buah pikiran yang patut dibaca dan dikoleksi untuk memperluas khazanah literatur Anda. Jadi, marilah kita sisihkan waktu untuk duduk sejenak sambil menyeruput secangkir kopi, dan membuka halaman buku berjudul Recto Verso ini.


sumber: http://bukuina.blogspot.com/2013/02/...faultvmlo.html


emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Blue Guy Cendol (L)

emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S)
Diubah oleh bukupedia01 19-09-2013 22:01
0
6.5K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan