TS cuma pengen berbagi Petisi Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur di Change.org menolak perusakan Situs Biting ini gan
Kawasan Situs Biting dikelilingi oleh benteng pertahanan dengan tebal 6 meter, tinggi 10 meter dan panjang 10 km. Hasil penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 1982-1991, Kawasan Situs Biting memiliki luas 135 hektar yang mempunyai nilai penting dimana Kawasan Situs Biting merupakan bekas kawasan ibu kota yang dikelilingi oleh tembok benteng yang dibangun
dengan unsur-unsur budaya lokal Indonesia.
Kawasan Situs Biting adalah sebuah kawasan ibu kota kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin Arya Wiraraja yang merupakan putra Lumajang asli yang sangat berperan dalam konstelasi sejarah politik di Nusantara masa lalu. Menurut kepercayaan lokal, Arya Wiraraja mempunyai penasehat yang beragama islam bernama Sayyid Abdurrohman Assyaibani seorang penyebar islam keturunan Rosulullah SAW yang datang dari Hadramaut. Keduanya diyakini saling bahu-membahu dalam membangun kerajaan Lamajang Tigang Juru sehingga di kerajaan ini kehidupan agama baik Hindu, Islam maupun Buddha saling menghormati satu sama lain.
Pada tahun 1995 di Kawasan Situs Biting mulai dirusak oleh pengembang tanpa ada peringatan dari pihak-pihak terkait seperti Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang. Pada tahun 2010, Lembaga Swadaya Masyarakat bernama Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur (MPPM Timur) melakukan advokasi pelestarian Situs Biting dan situs-situs lainnya di Lumajang yang disertai oleh Komunitas Mahasiswa Peduli Lumajang (KMPL) dan berbagai elemen masyarakat lokal Biting. Semangat pelestarian sejarah Lumajang ini kemudian didukung oleh berbagai elemen tidak saja dari masyarakat Lumajang, namun juga berbagai daerah seperti Jember, Situbondo dan Banyuwangi maupun yang ada di luar Jawa Timur seperti pelestari dari Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.
Dalam perkembangannya pemerintah Kabupaten Lumajang membentuk Tim pelestarian dan Perlindungan Benda Cagar Budaya Kabupaten Lumajang dengan SK Bupati Nomer 188.45/427.12/2011 tanggal 23 Februari 2011 yang menghasilkan rekomendasi untuk melindungi dan menyelamatkan cagar budaya di Lumajang dengan prioritas utama Situs Biting, termasuk dinding Benteng barat yang lalu telah dihancurkan. Demikian juga Presiden Republik Indonesia melalui Sekretariat Negara membuat surat melalui Asisten Deputi Hubungan Organisasi Kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat Kepada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur di Trowulan dengan Nomor surat 21/SPA-MPPMT/IX/2011, tanggal 12 Oktober 2011.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan langkah-langkah nyata pelestarian Cagar budaya seperti:
1. Menghentikan pengrusakan Kawasan Situs Biting oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
2. Menurunkan Tim Nasional Cagar Budaya untuk melakukan langkah-langkah nyata penyelamatan.
Pada tahun 1300-an, Kerajaan Lamajang atau yang di dalam Babad Tanah Jawa sering disebut Majapahit Timur adalah suatu kerajaan besar. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Tiga Juru, yaitu Lamajang, Panarukan, Blambangan serta ditambah dengan daerah-daerah seperti Sumenep (Madura) dan Bali.
Kerajaan Lamajang didirikan oleh seorang tokoh pengatur siasat yang mumpuni dan menjadi arsitek utama Kerajaan Majapahit, yaitu Arya Wiraraja. Arya Wiraraja adalah seorang negarawan dan tokoh politik internasional yang sebelumnya adalah seorang Adipati Sumenep. Ia sangat pandai berdiplomasi dengan sejumlah pedagang dan pejabat kerajaan luar negeri di zamannya. Wiraraja adalah keturunan Raja Airlangga dan Singosari yang kemudian memimpin Kerajaan Majapahit Timur (Lamajang) karena berhasil membantu Raden Wijaya memberontak pada Jayakatwang Raja Singosari.
Kebesaran Lamajang saat itu dikenal bukan saja karena luasnya daerah kekuasaan, tetapi juga karena disana merupakan basis pemerintahan tokoh-tokoh yang disegani. Wiraraja memiliki putra bernama Adipati Nambi. Nambi inilah yang sebenarnya teman seperjuangan Raden Wijaya yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit. Berkat campur tangan dan pemikiran Wiraraja dan Nambi, Kerajaan Majapahit ini dapat berdiri dan menguasai nusantara hingga separuh dunia.
Juru Kunci Makam Ki Joyoboyo menuturkan, Arya Wiraraja memilih Kerajaan Lamajang untuk dipimpinnya karena negeri ini makmur dan damai. “Jika Kerajaan Lamajang dipadankan dengan Kerajaan Majapahit yang ada di Mojokerto, Kerajaan Lamajang jauh lebih besar.”
Diceritakannya, sejarah Lumajang yang paling dikenal adalah saat Adipati Nambi hendak menjenguk Wiraraja yang sedang sakit keras. Saat menjenguk, Nambi dihasut Mahapatih, salah seorang adipati dari Kerajaan Majapahit yang licik.
Mahapatih sesungguhnya dititah Raja Kertanegara untuk menyampaikan pesan sembari menjenguk Wiraraja. Usai menjenguk, Mahapatih ketika menemui Kertanegara bukannya bercerita tentang sakitnya Wiraraja, melainkan bercerita tentang Nambi yang dikatakannya sedang menyusun kekuatan untuk memberontak (makar) pada Majapahit. Kertanegara pun percaya dan terpengaruh. Kertanegara kemudian mempersiapkan pasukannya untuk menyerbu Kerajaan Lamajang.
Nambi yang mengetahui akan adanya penyerbuan Majapahit, lalu mencoba menyampaikan melalui surat dari daun lontar bahwa berita pemberontakan tersebut tidak benar. Sayang, Kertanegara yang saat itu masih terlalu muda menjadi raja, sudah terlalu marah dan emosi serta tetap ingin menghancurkan Kerajaan Lamajang yang Kota Raja-nya lebih besar dibanding Majapahit.
Akhirnya, terjadilah perang besar yang kita kenal dengan Perang Paregreg. Nambi bersama pengikutnya terus berperang dengan seluruh kekuatan untuk menjaga dan mempertahankan tanah kelahirannya. Sayang, karena kalah pasukan dan persenjataan, Nambi kalah dan tewas. Akibat perang itu, Lamajang mulai tenggelam dan menjadi bawahan Majapahit.
Pasca peperangan, Benteng Kota Raja Lamajang hancur. Meski hancur, sisa bangunan kerajaan masih ada, yaitu Situs Biting. Situs Biting adalah peninggalan peradaban Kerajaan Lamajang. Situs ini terletak di Dusun Biting, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Dari situs inilah, kita dapat menyaksikan kebesaran Kerajaan Lamajang. Disana terdapat benteng dengan ketebalan 6 meter, tinggi 8-10 meter dan panjang sejauh 10 km.
Di samping tembok benteng Kota Raja, di situs ini dijumpai adanya menara pengawas dan juga makam petilasan Minak Koncar. Minak Koncar dahulu adalah seorang Adipati yang menjadi tokoh legenda di Lamajang.
Lokasi Situs Biting mencapai 135 hektar. Lokasi ini banyak menyimpan potensi benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam sejumlah penggalian, pernah ditemukan ujung keris serta manik-manik. Bahkan pernah ditemukan kepingan uang emas.
Sayang, Situs Kerajaan Lumajang Kuno ini kini terancam musnah. Seorang pengembang real estate telah membeli lahan kerajaan tersebut untuk diperluas menjadi komplek perumahan. Jarak antara bangunan perumahan dengan situs kerajaan bersejarah ini kini hanya berjarak 40 meter. Bahkan, ada bagian tembok kuno yang nyaris terkena buldoser.
Terancamnya situs Kerajaan Lamajang menarik para pemerhati sejarah yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) karena gundukan tanah yang banyak bata bagunan kerajaan hendak dibuldoser. Mengetahui pengembang perumahan hendak membuldoser sisa Kerajaan Lumajang Kuno, MPPM segera memberikan surat mengenai perusakan situs sejarah melanggar undang-undang (UU).
Upaya lain juga dilakukan oleh Warga Arya Wang Bang Pinatih se-Bali. Mereka berencana untuk melakukan pemugaran lantaran di dalamnya terdapat situs sejarah makam Minak Koncar. Minak Koncar ternyata adalah nama lain Ida Banyak Wide yang merupakan ayah dari Warga Arya Wang Bang Pinatih. Ida Banyak Wide adalah leluhur warga Bali. Oleh karena itulah, Warga Arya Wang Bang Pinatih berencana untuk turut serta menyelamatkannya.
Meski sejauh ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang menyetujui rencana pemugaran tersebut, namun kegiatan tersebut masih belum bisa dilaksanakan. Pasalnya, situs itu berada dibawah pengelolaan cagar budaya Trowulan, Mojokerto.
Mungkin hal ini dapat menjawab pertanyaan mengapa pemeluk agama Hindu mendirikan Pura Mandara Giri Semeru Agung di Senduro, Lumajang. Bisa jadi, karena leluhur mereka Minak Koncar berada di tanah ini. Setiap perayaan keagamaan Hindu, banyak warga dari berbagai penjuru, termasuk dari Bali, yang berbondong-bondong mengunjungi Pura Mandara Giri ini. Pura ini adalah Pura termegah yang berada di luar Pulau Bali.
Berita Lumajang Post (blog)
[URL="http://news.detik..com/surabaya/read/2011/01/31/171212/1557449/475/bp3-trowulan-teliti-situs-biting"]Detik Surabaya (2011): BP3 Trowulan Teliti Situs Biting[/URL]