- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Berita Jokohok] Hasil kerja yang mulai terlihat


TS
SatrioPininggit
[Berita Jokohok] Hasil kerja yang mulai terlihat
berita buat formalitas:
http://lipsus.kompas.com/gebrakan-jo...urah.dan.Camat
ini yang penting:
Kaget, Pelayanan Kelurahan DKI sudah Berubah
_jakarta.kompasiana.com/layanan-publik/2013/06/25/kaget-pelayanan-kelurahan-dki-sudah-berubah-571806.html
testi kaskuser:
kalo nanti jakarta udah rapi, tertib, nyaman, gw mau deh mempertimbangkan utk tinggal disana
http://lipsus.kompas.com/gebrakan-jo...urah.dan.Camat
Spoiler for :
Jokowi Tak Mau Salah Tempatkan Lurah dan Camat
JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Joko Widodo mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengolah 498 lurah dan camat yang lolos seleksi tahap pertama untuk di tempatkan di wilayah. Hal itu dilakukan karena ada lurah dan camat yang memiliki nilai manajerial tinggi, tetapi rendah di lapangan atau sebaliknya.
"Itu harus dibedakan. Ada yang lapangannya baik, tapi nilainya di (kategori) cukup atau standar. Itu harus dipertajam, saya enggak mau keliru lagi menempatkan orang," ujar Jokowi di Balaikota Jakarta, Senin (24/6/2013) sore.
Jokowi mengatakan, proses seleksi perbedaan nilai tersebut diserahkan kepada wali kota di masing-masing wilayah. Ia berharap hasilnya telah keluar Selasa besok. Dengan demikian, rangkaian proses seleksi dan promosi terbuka atau lelang jabatan terhadap lurah dan camat dapat mendekati tahap akhir.
"Sore tadi masih mau diolah lagi oleh wali kota masing-masing, saya beri waktu," kata Jokowi.
Selanjutnya, pada Selasa (25/6/2013) besok, para lurah dan camat pun akan menjalani public hearing di gedung Balaikota Jakarta sebelum diputuskan dan diumumkan pada publik. Jokowi memastikan bahwa hasil public hearing besok tak akan memengaruhi golongan para camat atau lurah tersebut.
"Digeser, tapi di eselon yang sama. Enggak pengaruhi golongan," kata mantan Wali Kota Surakarta tersebut.
Ujian tahap pertama seleksi dan promosi terbuka jabatan lurah dan camat meloloskan 498 peserta. Jakarta membutuhkan 44 jabatan camat dan 267 jabatan lurah. Oleh sebab itu, para peserta yang tidak mendapatkan jabatan lurah atau camat akan disimpan dan akan dipertimbangkan kembali jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk jabatan tersebut.
JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Joko Widodo mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengolah 498 lurah dan camat yang lolos seleksi tahap pertama untuk di tempatkan di wilayah. Hal itu dilakukan karena ada lurah dan camat yang memiliki nilai manajerial tinggi, tetapi rendah di lapangan atau sebaliknya.
"Itu harus dibedakan. Ada yang lapangannya baik, tapi nilainya di (kategori) cukup atau standar. Itu harus dipertajam, saya enggak mau keliru lagi menempatkan orang," ujar Jokowi di Balaikota Jakarta, Senin (24/6/2013) sore.
Jokowi mengatakan, proses seleksi perbedaan nilai tersebut diserahkan kepada wali kota di masing-masing wilayah. Ia berharap hasilnya telah keluar Selasa besok. Dengan demikian, rangkaian proses seleksi dan promosi terbuka atau lelang jabatan terhadap lurah dan camat dapat mendekati tahap akhir.
"Sore tadi masih mau diolah lagi oleh wali kota masing-masing, saya beri waktu," kata Jokowi.
Selanjutnya, pada Selasa (25/6/2013) besok, para lurah dan camat pun akan menjalani public hearing di gedung Balaikota Jakarta sebelum diputuskan dan diumumkan pada publik. Jokowi memastikan bahwa hasil public hearing besok tak akan memengaruhi golongan para camat atau lurah tersebut.
"Digeser, tapi di eselon yang sama. Enggak pengaruhi golongan," kata mantan Wali Kota Surakarta tersebut.
Ujian tahap pertama seleksi dan promosi terbuka jabatan lurah dan camat meloloskan 498 peserta. Jakarta membutuhkan 44 jabatan camat dan 267 jabatan lurah. Oleh sebab itu, para peserta yang tidak mendapatkan jabatan lurah atau camat akan disimpan dan akan dipertimbangkan kembali jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk jabatan tersebut.
ini yang penting:
Kaget, Pelayanan Kelurahan DKI sudah Berubah
Quote:
Terakhir kali saya mengurus administrasi di kantor kelurahan, kira-kira sudah lewat satu tahun lalu. Waktu itu ada panggilan untuk mengambil e-KTP. Rasanya malas sekali meninggalkan pekerjaan untuk berdesak-desakan, dan berpanas-panasan di kantor kelurahan. Banyak waktu terbuang sia-sia untuk menunggu dokumen yang sedang dikerjakan oleh staff kelurahan di wilayah Jakarta Timur ini. Kalau tidak terpaksa sekali sih, saya memilih untuk tidak pernah datang ke tempat yang namanya kantor kelurahan.
Tapi siang ini saya harus kembali ke kantor kelurahan Cililitan dengan terpaksa. Masalahnya, anak saya yang bersekolah di SMP Depok akan melanjutkan ke SMA Negeri Depok. Dan ada kebutuhan melegalisir Kartu Keluarga untuk pendaftaran di sekolah nanti. Ya sudah, tekad sudah dibulatkan untuk mengantri lagi berdesakan dan berpanas-panasan di kantor kelurahan. Namanya juga sayang anak.
Saya memarkir mobil di parkiran kantor kelurahan Cililitan yang relatif sepi. Pintu tertutup semua, hanya ada satu orang sedang duduk di luar di bangku teras. Pikiran saya yang negatif sudah langsung menghakimi, “Ini pasti staff kelurahan sudah kabur makan siang semua, urusan bakalan jadi lama deh”. Orang yang duduk di luar tadi tadi, mempersilakan saya masuk ke pintu itu. Maka saya buka pintu dan masuk ke dalam.
Begitu masuk, saya langsung terpana. Di dalamnya suasana dingin ber-AC. Saya sempat bingung. Ini kantor kelurahan, atau Bank Swasta sih ?. Ada 4 petugas kelurahan berbaju resmi duduk di belakang meja seperti meja Customer Service bank, semuanya wanita. Yang paling ujung kiri, bekerja dengan laptop. Ada seorang staff kelurahan yang tersenyum pada saya, dan kursi di depannya kosong. Langsung saya duduk disitu. Saya sungguh masih bingung. Mana loket tempat mengurus surat-surat seperti biasa ?. Mana tukang ketik yang biasa sibuk ketak-ketik seperti kelurahan pada umumnya ?. Ada sekitar 4 orang tamu duduk di ruang tunggu, tapi tidak mirip orang mengantri.
Ibu yang tersenyum tadi langsung melayani saya. Foto Copy Kartu Keluarga saya langsung dicap dan ditulis-tulis, dan dimasukkan buku registrasi. Kami mengobrol ngalor-ngidul, dia bertanya kenapa anak saya tidak sekolah di DKI Jakarta saya, kan bagus ? Lalu anak saya apakah tinggal dengan nenek-nya di Depok ?, dan sebagainya. Prosesnya cuma 3 menit. Yang luarbiasa, tiba-tiba ada seseorang yang mungkin Lurah Cililitan duduk di samping saya dan menandatangani fotocopy Kartu Keluarga saya. Beres. Total waktu cuma 4 menit. Semua lembar tadi diserahkan kepada saya yang masih kaget.
Lho, ini beneran sudah selesai ?. Dari rumah tadi saya sudah siapkan waktu sekitar 3 jam untuk mengurus legalisir Kartu Keluarga ini, tapi sekarang cuma dilayani 4 menit saja di tempat yang dingin dan mirip kantor Bank Swasta ini.
Lalu saya salaman dengan ibu tadi sambil memberi salam tempel 2 lembaran rupiah. Saya memberi uang ini bukan untuk menyogok, sebab pekerjaan sudah selesai. Tapi lebih kepada kepuasan dan terima kasih. Ibu itu mengatakan, “Wah bapak saya beri kupon ya pak. Sebab bapak sudah memberikan uang kepada saya”. Saya heran, kupon apaan ?. Dia menyobek 2 lembar kupon. Ternyata itu adalah kupon amal untuk sebuah panti asuhan. Ternyata uang saya akan dihibahkan lagi untuk anak-anak yatim yang tertulis di kupon itu. Saya jadi tambah kagum lagi dengan kantor kelurahan ini. Hati yang tadinya kesal karena berpikir akan antri lama di kantor kelurahan, sudah diubah menjadi kepuasan yang tak terhingga atas pelayanan kantor kelurahan Cililitan ini yang tidak lebih dari 5 menit.
Sepanjang perjalanan pulang, di dalam diri saya tumbuh yang namanya sebuah harapan. Tadinya saya sudah apatis melihat negara dan bangsa Indonesia. Tidak mungkin mental bobrok pejabat dari atas sampai bawah bisa diubah. Namun sejak gubernur yang baru memimpin Jakarta, perlahan-lahan Jakarta berubah melayani warganya. Hati saya rasanya puas dan gembira sekali. Harapan baru tumbuh untuk Jakarta yang baru, dan juga nanti menyongsong Indonesia baru.
Lewat blog Kompasiana ini saya menitipkan terima kasih untuk pak Jokowi, pak Ahok dan juga pak Lurah Cililitan beserta staf-stafnya. Saya yakin di kelurahan lain di DKI Jakarta juga sudah berubah baik seperti Kelurahan Cililitan. Berubah untuk melayani warga Jakarta.
Sekarang, datang ke kantor Kelurahan sama mengasyikkan seperti datang ke kantor cabang bank Swasta. Selamat datang Jakarta baru.
Tapi siang ini saya harus kembali ke kantor kelurahan Cililitan dengan terpaksa. Masalahnya, anak saya yang bersekolah di SMP Depok akan melanjutkan ke SMA Negeri Depok. Dan ada kebutuhan melegalisir Kartu Keluarga untuk pendaftaran di sekolah nanti. Ya sudah, tekad sudah dibulatkan untuk mengantri lagi berdesakan dan berpanas-panasan di kantor kelurahan. Namanya juga sayang anak.
Saya memarkir mobil di parkiran kantor kelurahan Cililitan yang relatif sepi. Pintu tertutup semua, hanya ada satu orang sedang duduk di luar di bangku teras. Pikiran saya yang negatif sudah langsung menghakimi, “Ini pasti staff kelurahan sudah kabur makan siang semua, urusan bakalan jadi lama deh”. Orang yang duduk di luar tadi tadi, mempersilakan saya masuk ke pintu itu. Maka saya buka pintu dan masuk ke dalam.
Begitu masuk, saya langsung terpana. Di dalamnya suasana dingin ber-AC. Saya sempat bingung. Ini kantor kelurahan, atau Bank Swasta sih ?. Ada 4 petugas kelurahan berbaju resmi duduk di belakang meja seperti meja Customer Service bank, semuanya wanita. Yang paling ujung kiri, bekerja dengan laptop. Ada seorang staff kelurahan yang tersenyum pada saya, dan kursi di depannya kosong. Langsung saya duduk disitu. Saya sungguh masih bingung. Mana loket tempat mengurus surat-surat seperti biasa ?. Mana tukang ketik yang biasa sibuk ketak-ketik seperti kelurahan pada umumnya ?. Ada sekitar 4 orang tamu duduk di ruang tunggu, tapi tidak mirip orang mengantri.
Ibu yang tersenyum tadi langsung melayani saya. Foto Copy Kartu Keluarga saya langsung dicap dan ditulis-tulis, dan dimasukkan buku registrasi. Kami mengobrol ngalor-ngidul, dia bertanya kenapa anak saya tidak sekolah di DKI Jakarta saya, kan bagus ? Lalu anak saya apakah tinggal dengan nenek-nya di Depok ?, dan sebagainya. Prosesnya cuma 3 menit. Yang luarbiasa, tiba-tiba ada seseorang yang mungkin Lurah Cililitan duduk di samping saya dan menandatangani fotocopy Kartu Keluarga saya. Beres. Total waktu cuma 4 menit. Semua lembar tadi diserahkan kepada saya yang masih kaget.
Lho, ini beneran sudah selesai ?. Dari rumah tadi saya sudah siapkan waktu sekitar 3 jam untuk mengurus legalisir Kartu Keluarga ini, tapi sekarang cuma dilayani 4 menit saja di tempat yang dingin dan mirip kantor Bank Swasta ini.
Lalu saya salaman dengan ibu tadi sambil memberi salam tempel 2 lembaran rupiah. Saya memberi uang ini bukan untuk menyogok, sebab pekerjaan sudah selesai. Tapi lebih kepada kepuasan dan terima kasih. Ibu itu mengatakan, “Wah bapak saya beri kupon ya pak. Sebab bapak sudah memberikan uang kepada saya”. Saya heran, kupon apaan ?. Dia menyobek 2 lembar kupon. Ternyata itu adalah kupon amal untuk sebuah panti asuhan. Ternyata uang saya akan dihibahkan lagi untuk anak-anak yatim yang tertulis di kupon itu. Saya jadi tambah kagum lagi dengan kantor kelurahan ini. Hati yang tadinya kesal karena berpikir akan antri lama di kantor kelurahan, sudah diubah menjadi kepuasan yang tak terhingga atas pelayanan kantor kelurahan Cililitan ini yang tidak lebih dari 5 menit.
Sepanjang perjalanan pulang, di dalam diri saya tumbuh yang namanya sebuah harapan. Tadinya saya sudah apatis melihat negara dan bangsa Indonesia. Tidak mungkin mental bobrok pejabat dari atas sampai bawah bisa diubah. Namun sejak gubernur yang baru memimpin Jakarta, perlahan-lahan Jakarta berubah melayani warganya. Hati saya rasanya puas dan gembira sekali. Harapan baru tumbuh untuk Jakarta yang baru, dan juga nanti menyongsong Indonesia baru.
Lewat blog Kompasiana ini saya menitipkan terima kasih untuk pak Jokowi, pak Ahok dan juga pak Lurah Cililitan beserta staf-stafnya. Saya yakin di kelurahan lain di DKI Jakarta juga sudah berubah baik seperti Kelurahan Cililitan. Berubah untuk melayani warga Jakarta.
Sekarang, datang ke kantor Kelurahan sama mengasyikkan seperti datang ke kantor cabang bank Swasta. Selamat datang Jakarta baru.
_jakarta.kompasiana.com/layanan-publik/2013/06/25/kaget-pelayanan-kelurahan-dki-sudah-berubah-571806.html
testi kaskuser:
Quote:
Original Posted By harsonodoank►ane juga tinggal di kelurahan cililitan dan emang betul seperti cerita di atas mo ke kelurahan kecamatan ato puskesmas dijamin dah enggak serepot dulu
malah repotan minta tandatangan rt menurut sy
malah repotan minta tandatangan rt menurut sy
Quote:
Original Posted By saiyan_shady►Ane juga kemarin di kelurahan duren sawit jaktim , ngurus surat pengantar untuk buat SKCK , proses 30 menit ( agak lama ngantri ) , tanpa biaya sepeser pun .... ruang tunggu AC , CS nya pun perempuan semua ada 3 orang ...
memang lebih susah minta pengantar RT nya , soalnya Pak RT nya kerjaan utamanya narik metromini .... semoga kedepanya , ga perlu pengantar RT dan RW lagi RIBEEET , semoga e-ktp memotong birokrasi RT ini ....
memang lebih susah minta pengantar RT nya , soalnya Pak RT nya kerjaan utamanya narik metromini .... semoga kedepanya , ga perlu pengantar RT dan RW lagi RIBEEET , semoga e-ktp memotong birokrasi RT ini ....
kalo nanti jakarta udah rapi, tertib, nyaman, gw mau deh mempertimbangkan utk tinggal disana

Diubah oleh SatrioPininggit 25-06-2013 07:42
0
7.2K
Kutip
94
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan