Gemah Ripah Loh Jinawi, sebuah ungkapan kalimat yang cukup sederhana namun mempunyai arti dan makna yang luar biasa. Kalimat yang mengantarkan kita pada kesadaran akan kekayaan potensi yang dimiliki oleh NKRI. Kekayaan yang akan membawa kemakmuran, ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian bagi masyarakat seutuhnya.
Sayup-sayup semboyan itu sudah tidak lagi bermakna di Bumi Nusantara ini. Tongkat kayu, dan batu jadi tanaman-pun (Kolam Susu) hanya tinggal sekedar lirik lagu belaka. Kekayaan potensi yang sering disebut itu tidak lagi hadir bagi masyarakatnya.
Namun
Spoiler for namun:
Kita dihadapkan pada kenyataan saat ini. Gema dari “Gemah ripah loh jinawi, subur tanpo tinandur, murah tanpo tinuku” hanyalah angan belaka saat ini. Kawulo alit yang menjerit kelaparan, anak putus sekolah karena keterbatasan biaya, dan petani yang mengeluhkan tingginya harga pupuk, nelayan kecil tak bisa melaut karena kelangkaan dan mahalnya BBM. Ini sungguh sebuah Ironi di negeri “NUSANTARA ZAMRUT KHATULISTIWA”. Ibarat rakyat mati di lumbung padi. Hukum yang bisa dibeli, dll Carut marutnya permasalahan negeri ini, petinggi2 negeri yang mementingkan kantong sendiri, lupa janji. Kadang saya berpikir, sepertinya sy ini bodoh cara berpikirya,” Fakir miskin dan anak – anak terlantar dipelihara oleh negara”. DIPELIHARA dalam hal ini agar selalu ada kan? “…….. dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai negara dan dipergunakan sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Mana…….. saudara- saudara kita di Papua MISKIN padahal kekayaan alam melimpah. Kita seolah menjadi pengemis dikampung sendiri.