Berawal dari pesta khusus orang kaya. Karena gedung yang terlihat sekarang cukup meriah dengan berbagai balon dan hiasan seperti yang ada di pohon natal. Ini menjelaskan kalau akan ada pesta besar. Beberapa orang masuk dengan penampilan mewah, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Semua yang dipakai
"Ell, bawa Faizal pergi," suruh Allea melirik ke arah dapur, berharap Allea mengerti maksudnya, ada sebuah jendela dan itu bisa dijadikan jalan keluar dari tempat ini. "Tapi kamu sama kakek gimana?" tanya Allea ragu. "Nggak apa-apa, sana kamu pergi. Kasihan Faizal!" j
Kediaman Faizal, tinggal dua gadis kembar dengan pria tua yang tidak lain adalah Alan, kakek mereka. Dua gadis kembar itu membunuh waktu dengan memasak, menyiapkan beberapa kudapan untuk penghuni rumah itu, dan dua pria yang kini sedang berjuang di sana. Sekalipun Abimanyu sudah terkenal sebagai ...
Mereka mulai keluar dari sempitnya lorong gelap itu, udara yang awalnya pengap, kini berubah segar. Mereka ada di ujung lorong yang terhubung ke hutan tak jauh dari rumah besar itu. Masing-masing menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Nafas yang pendek karena aktivitas barusan, membuat Alan meneka...
Mereka berempat bingung, tidak mengerti apa maksud dari perkataan orang itu. Ellea dan Allea yang paham bahasa Spanyol saling pandangan. Tapi, tak lama Allea maju selangkah. Pistol ditodongkan di kepala Allea. Vin mencoba menarik gadis itu agar menjauh, tapi Allea menahan Vin. "Nosotros somos
Suara ledakan terdengar nyaring di luar. Mereka berempat menoleh ke arah sumber suara. Kemudian saling pandang, waspada. "Jangan-jangan," kata Vin tak melanjutkan perkataan nya. "Yang tadi mau tembak kita pas di luar!" sahut Ellea dengan mata tegas dan tajam. "Gawat! Sembu
" Aku pulang," seru Ronal. Ellea terus mengekor pada pemilik rumah ini, namun saat ia mulai masuk ke ruang tengah, gadis itu terkejut melihat seorang pemuda yang ia kenal. "Biyu?!" jerit Ellea dengan panggilannya dulu, lututnya lemas. Ia tak sanggup berjalan kala melihat sosok
Langkahnya tertatih, tanpa alas kaki dengan kedua kaki yang kotor, karena debu, jalanan becek, dan darahnya sendiri. Ia terluka di beberapa bagian tubuhnya. Telah mengalami penyiksaan selama beberapa hari, membuat tubuhnya ringan, lemah, tapi tetap saja ia harus segera pergi dari tempat ini. Tawa...
Sebuah taman yang cukup rapi dan terawat, duduk di kursi kayu yang memang tidak begitu panjang, membuat Abi terpaksa berdiri di depan dua orang yang kini duduk di hadapannya, Vin dan Allea. Satu yang langsung terlintas sdi pikiran Abi saat mendengar nama Allea. Mereka berdua adalah saudara kembar...
Sebuah cafe yang tampak sepi pengunjung menjadi incaran mereka berdua. Kini Abi melihat tempat itu saat siang hari. Terik matahari membuat bagian depan coffe shop itu sedikit panas, Walau ada payung besar sebagai penutup bagian depan, tak lantas membuat seluruh bagian tertutupi dari sinar matahar...
Sebuah tempat yang paling sepi dari tempat lain tentunya. Diego mengajak mereka masuk. Mengambil 3 botol bir dan meletakan di meja. "Jadi dia?" tunjuk Diego ke Abimanyu. Vin mengangguk, meraih botol bir itu dan meneguknya. "Jadi elu yang cari perempuan itu?" tanya Diego spontan.
Langkah Aretha lamban. Sambil menikmati pemandangan di sekitar, dia sesekali tersenyum. Rupanya tempat itu begitu indah. Sederhana namun terlihat sangat asri. Layaknya desa desa pada umumnya. Dia tidak menyesal ikut sang suami ke Alas Purwo. Aretha anggap ini adalah liburan baginya. Karena sejak ...
Radit baru saja pergi dengan mobilnya. Baru hari pertama pindah saja, dia tetap menunjukkan loyalitas pada perusahaan. Walau terpaksa Aretha harus ditinggalkan di rumah. Untungnya kehadiran Bu jum serta Pak Slamet setidaknya mampu mengisi kekosongan Aretha di rumah besar itu. Mereka bertiga memula
Sarapan roti bakar sudah menjadi menu klasik bagi mereka berdua. Terkadang jika Aretha tidak bisa memasak untuk sarapan, maka roti bakar saja sudah cukup bagi Radit. Karena Radit pun yang tidak terbiasa sarapan makanan berat, akan lebih nyaman hanya diganjal dengan beberapa tangkup roti bakar selai
"Elu pernah ketemu Ellea, Vin?" tanya Abi, saat mereka sedang menikmati secangkir kopi saat sore. Menatap matahari yang akan tenggelam, dengan obrolan santai yang sudah lama tidak mereka lakukan. Ini kali pertama nya mereka bertemu lagi. Berbeda dengan Elang dan Shanum, mereka sudah beb...
Pukul 23.30 Radit dan Aretha sudah membersihkan diri dan kini hendak beristirahat di kamar lantai satu. Aretha sudah menetapkan pilihan pada kamar tersebut, walau tidak sesuai keinginan. Setelah memakai piyama tidur yang bermotif sama, mereka mulai merebahkan diri di ranjang besar kamar itu. Semua
Aretha mulai membuka sebuah kamar yang dikatakan sebagai kamar utama oleh Pak Slamet. Ruangan tersebut memang lebih besar daripada kamar yang berada di bawah tadi. Aretha masuk sambil memperhatikan setiap detil ruangan itu. Rupanya ada balkon yang menghadap ke kebun teh yang berada di depan rumah...
"Selamat datang, Bapak dan Ibu Radit," ucap Pak Slamet sambil membukakan pintu. Dia adalah penjaga rumah tersebut dan dipercaya oleh tuan rumah untuk mengurus bangunan itu selama ini. Maka dari itu semua perabotannya tampak bersih, lantainya mengkilap, bahkan halaman rumahnya terawat. Pas
Lift berhenti. Listrik padam dan membuat keadaan menjadi gelap gulita. "Bagaimana ini?" tanya Nabila, panik. Mungkin kalau menit awal itu bukan hal yang patut dicemaskan. Tapi dalam keadaan seperti sekarang, tidak ada yang akan menolong mereka kecuali diri mereka sendiri. "Senter!&...
Mendengar kalimat itu, tubuh Abi seolah luruh ke bawah. dengkulnya lemas mendengar penuturan mereka. Ridwan?! la merasa masih tidak menyangka kalau Ridwan yang menyuruh orang itu menghabisi nyawa Maya. Adiknya sendiri. Ridwan yang ia sangka adalah pemuda paling teladan yang pernah ia temui, kini ...