Mereka sampai di stasiun, segera keluar dari taksi setelah membayar terlebih dulu argo yang cukup banyak. Ellea segera Abi gandeng di tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang tas milik gadisnya dan punggungnya ada tas miliknya. Vin dan Allea berjalan di belakang mereka, tapi masih malu-ma
Silakan saja cari novelnya kalau ketemu. Karena saya pastikan ini murni dari kepala saya sendiri. Bukan hasil nyolong novel terjemahan.
Ini adalah hari minggu. Radit libur dan otomatis para pegawai nya juga sama. Hari ini Radit mengajak Aretha untuk menghadiri acara pernikahan teman satu kantor. Kebetulan karena letak tempat pernikahan yang cukup jauh dari desa, akhirnya mereka berangkat bersama sama dengan rombongan teman kantor...
Aretha penasaran dengan halaman belakang rumah setelah obrolannya siang tadi dengan Pak Slamet dan Ratno. Dia sempat heran, bagaimana bisa ada manusia yang dimakamkan di halaman belakang rumah. Di saat tempat pemakaman umum masih banyak di luaran sana. Alhasil dia pun ingin melihat di mana letak ...
Pintu dibuka perlahan. Aretha terus memperhatikan suasana di luar. Dia jelas jelas mendengar ada suara langkah orang yang sedang berlarian di ruang tengah. Tetapi saat pintu kamarnya dibuka, Aretha tidak menemukan siapa pun di sana. Notifikasi grup di ponselnya berdering beberapa kali. Dia tahu ka
"Rapat apa, Dit?" tanya Aretha saat Radit baru saja pulang dari kantor dan memberi kabar. Kalau dia akan segera pergi ke Balai pertemuan warga untuk membahas sesuatu. "Itu, Sayang. Soal hilangnya Gibran kemarin malam. Kalau nggak salah tadi aku baca di grup RT akan ada informasi sus
Sudah hampir pukul 02.00 dini hari. Tapi antusias warga untuk mencari anak itu masih tinggi. Mereka terus memanggil nama anak tersebut, berharap anak yang dimaksud bisa mendengar suara mereka. "Gibran!" "Gibran!" Tua, muda, dewasa dan remaja semua ikut dalam pencarian ini. Han...
Sayang, ngapain?" tanya Radit saat dia sampai di halaman rumah. "Tabur garam. Kan ini malam selasa kliwon, Dit. Kemarin kita udah diwanti wanti buat tabur garam ke bawah jendela sama pintu, bagian luar. Biar setannya nggak bisa masuk," jelas Aretha masih melakukan hal itu hingga sel
"Kata suami saya bahan materialnya nanti datang siang, Pak," ucap Aretha saat melihat Pak Slamet masuk ke halaman rumah. Dia juga datang bersama Ratno. Mereka berdua hendak menggarap kamar mandi di kamar utama mulai hari ini. Pak Slamet tentu membutuhkan bantuan orang lain untuk menggara
"Sepi. Nggak ada apa apa, Dit," kata Hendra lalu membuka lebar lebar pintu tersebut. Radit yang penasaran lantas berjalan masuk ke dalam. Kamar ini merupakan kamar utama yang seharusnya ia tempati. Tapi karena beberapa alasan, Aretha enggan menempati kamar ini. "Wah, gede juga kam
Setelah mendapatkan informasi dari Mbak Dian, Hendra segera pulang ke rumah. Walau dengan perasaan cemas dan was was, dia tetap dengan berani pulang ke rumah yang baru saja diketahui kalau tempat tersebut berhantu. Hendra memang takut Tetapi dia memutuskan untuk bertahan paling tidak satu bulan d...
Hendra kembali terbangun di tengah malam. Lagi lagi dia merasakan haus saat sedang tidur nyenyak. "Hem, kenapa sih aku selalu pingin minum kalau udah tidur. Seharusnya lain kali aku siapkan minum sebelum tidur," gumamnya yang akhirnya beranjak mengambil air minum ke dapur. Hendra tersent
"Dit, kalian termasuk pemberani sih," ucap Hendra sambil menaiki tangga bersama Radit. "Kenapa?" "Ya mau maunya tinggal di rumah ini. Bagus sih bagus, tapi... Serem," bisik Hendra masih mengikuti langkah Radit menaiki tangga. Radit tertegun, dia tahu kalau ucapan
Radit dan Aretha sama sama terkejut mendengar informasi terbaru yang baru saja mereka dengar. Bahkan mereka tidak sadar kalau desa ini memang berada di wilayah yang berdekatan dengan Alas Ketonggo. Ingatan tentang semua hal yang pernah Aretha dan Radit alami dulu, kini kembali muncul. Bagai sebuah
Matahari baru saja tenggelam beberapa menit yang lalu. Mobil Radit masuk ke halaman yang disambut oleh Aretha dengan riang. "Assalamualaikum," ucap Radit begitu turun dari mobil. "Wa alaikum salam." Aretha langsung menyambut sang suami dengan mengambil alih jas yang ia sampirka
Kembali Abimanyu menarik nafas dalam-dalam. "Siap, Kesayanganku." Ellea tersenyum senang lalu memejamkan mata. Ia sedang menikmati rasa nyaman di dekat Abimanyu. Lagi. Dengan posisi ini, ia merasakan tenang, nyaman, dan aman. Di kursi lain, ada Allea dan Vin yang duduk di barisan tengah.
Flashback Itu adalah malam terakhir Alan dan Austin bertransaksi. Di sebuah dermaga di San Feansisco, Pier 39. Senjata itu memang selalu di datangkan lewat perairan, karena Alan memang memiliki orang di dalam kepolisian dan tidak akan pernah tertangkap. Ia juga membayar pajak yang tinggi untuk bisn